Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Donald Trump Dunia Internasional Featured Iran Konflik Rusia Ukraina Konflik Timur Tengah Rusia Ukraina Vladimir Putin

    Trump Cemooh Tawaran Putin soal Jadi Mediator Israel-Iran: Vladimir, Kita Mediasi Rusia-Ukraina Dulu - Halaman all - TribunNews

    8 min read

     Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah,

    Trump Cemooh Tawaran Putin soal Jadi Mediator Israel-Iran: Vladimir, Kita Mediasi Rusia-Ukraina Dulu - Halaman all - TribunNews

    TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mencemooh tawaran Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyarankan Rusia menjadi penengah dalam perundingan damai antara Israel dan Iran.

    Trump mengindikasikan Rusia tidak bisa menjadi penengah perang Israel-Iran ketika mereka sendiri belum menyelesaikan perangnya dengan Ukraina.

    Rusia berulang kali menawarkan diri untuk menengahi perundingan tersebut setelah Israel memulai serangannya terhadap Iran pada 13 Juni 2025.

    Meski Trump sebelumnya mengatakan ia akan "terbuka" bagi Putin untuk bertindak sebagai mediator, ia mengubah pendiriannya pada hari Rabu (18/6/2025). 

    "Dia (Putin) benar-benar menawarkan diri untuk membantu menjadi penengah. Saya berkata, 'Tolong bantu saya, mediasi masalahmu sendiri. Mari kita mediasi Rusia dulu, oke?'" kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih. 

    "Saya berkata, 'Vladimir, mari kita mediasi Rusia dulu, kamu bisa urus ini nanti,'" lanjutnya seperti diberitakan Politico.

    Setelah Trump mengatakan hal tersebut, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov memberikan tanggapannya.

    "Trump tidak menerima atau menolak upaya mediasi," kata Dmitry Peskov pada hari Kamis (19/6/2025).

    Ia menjelaskan keputusan terkait mediasi tersebut berada di tangan kedua negara yang terlibat langsung dalam perang tersebut.

    Trump mengubah pernyataan sebelumnya yang mengatakan ia dan Putin terbuka untuk menjadi mediator antara Israel dan Iran.

    "Dia (Putin) siap. Ia menelepon dan kami membahasnya secara panjang lebar," kata Trump dalam wawancara dengan Rachel Scott dari ABC News pada hari Minggu (15/6/2025).

    Baca juga: Rusia Minta AS Tak Ikut Campur dalam Perang Israel-Iran: Itu Keputusan Berbahaya

    Namun, hanya beberapa hari kemudian, Trump mengubah pernyataan tersebut yang mengindikasikan tekanannya kepada Putin agar menyelesaikan perang Rusia dan Ukraina terlebih dahulu.

    Sebelumnya, tak lama setelah Trump dilantik sebagai presiden pada Januari lalu, AS menawarkan diri menjadi mediator untuk menengahi Rusia dan Ukraina

    Perwakilan Rusia dan Ukraina kemudian bertemu dengan tim AS secara terpisah, namun negosiasi kedua pihak belum dapat menyelesaikan perang yang berlangsung sejak tahun 2022 itu.

    Rusia Jalin Hubungan Baik dengan Iran dan Israel

    Rusia merupakan salah satu negara yang dekat dengan Iran, sehingga Putin menawarkan diri untuk menjadi penengah dalam perundingan antara Iran dan Israel.

    Selama perangnya dengan Ukraina, sejumlah media Barat menuduh Iran memasok senjata ke Rusia, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Iran dan Rusia.

    Di sisi lain, Rusia juga telah menjaga hubungan baik dengan Israel, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sering mengunjungi Moskow sebelum tahun 2022. 

    Namun, para pemimpin Eropa telah menunjukkan kemunafikan dalam upaya perdamaian Putin di Timur Tengah.

    "Saya tidak percaya bahwa Rusia, yang sekarang terlibat dalam konflik berintensitas tinggi dan telah memutuskan untuk tidak menghormati Piagam PBB selama beberapa tahun, dapat menjadi mediator," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Minggu (15/6/2025).

    Di tengah berlanjutnya aksi saling serang antara Israel dan Iran, Trump secara serius mempertimbangkan untuk bergabung dalam serangan untuk membantu Israel melawan Iran.

    Sementara Netanyahu berjanji untuk meningkatkan serangan terhadap Iran sebagai tanggapan atas serangan rudal terhadap rumah sakit Israel pada Kamis (19/6/2025) pagi.

    Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan Rusia yakin Iran menggunakan haknya untuk mempertahankan diri terhadap serangan Israel

    Dalam pernyataannya kepada Interfax, ia meminta Israel untuk menahan diri.

    "Kami menyampaikan seruan ini kepada pimpinan Israel, dan apa yang terjadi selanjutnya sangat bergantung pada hal itu," katanya pada Rabu (18/6/2025).

    Israel memulai serangannya terhadap Iran dalam Operasi Rising Lion pada 13 Juni 2025.

    Iran membalas serangan tersebut dengan menargetkan kota Tel Aviv dan Haifa. 

    Aksi saling balas serangan masih berlanjut antara Israel dan Iran, menewaskan lebih dari 638 orang dan melukai lebih dari 1.968 lainnya di Iran serta menewaskan 24 orang dan melukai 800 orang di Israel, seperti diberitakan Anadolu Agency.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Komentar
    Additional JS