Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Konflik Rusia Ukraina Rusia Ukraina

    Ukraina Bombardir 'Pearl Harbor Rusia', Ini Penjelasan Sistem Rudal S-400 Gagal Beraksi | Sindonews

    4 min read

     dunia Internasional, Konflik Rusia Ukraina,

    Ukraina Bombardir 'Pearl Harbor Rusia', Ini Penjelasan Sistem Rudal S-400 Gagal Beraksi | Halaman Lengkap

    Ukraina bombardir Pearl Harbor Rusia, 41 pesawat terkena serangan. Kinerja sistem pertahanan rudal S-400 Rusia dianggap gagal atasi serangan. Foto/SBU/India TV News

    MOSKOW 

    - Gelombang serangan

    drone Ukraina 

    dengan nama sandi "Operasi Jaring Laba-laba" pada hari Minggu terlah membombardir lima pangkalan udara

     Rusia. 

    Kini kinerja

     sistem pertahanan rudal S-400 Moskow 

    dipertanyakan karena gagal mengatasi serangan dahsyat tersebut, yang digambarkan para pakar sebagai tragedi "Pearl Harbor Rusia".

    Militer Ukraina mengatakan 41 pesawat Rusia, termasuk pesawat pengebom nuklir, terkena serangan dalam operasi tersebut.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bangga dengan Operasi Jaring Laba-laba karena berhasil menargetkan pesawat pengebom strategis bernilai tinggi di dalam wilayah Rusia—lebih dari 4.000 km dari perbatasan Ukraina.

    Baca Juga: Ukraina Bombardir 5 Pangkalan Udara Rusia: Lebih dari 40 Pesawat Dihantam, Termasuk Bomber Nuklir

    Serangan tersebut diatur oleh badan intelijen Ukraina, SBU, menargetkan pangkalan udara di Belaya (Siberia timur), Dyagilevo (wilayah Ryazan), Ivanovo Severny (Ivanovo), Olenya (Murmansk), dan Ukrainka (wilayah Amur).

    Namun, skala dan keberhasilan serangan tersebut telah menimbulkan pertanyaan kritis: Bagaimana Rusia, yang dilengkapi dengan beberapa sistem pertahanan udara tercanggih di dunia seperti S-400 dan S-500, gagal mencegah serangan tersebut?

    Menurut pensiunan Letnan Jenderal India Vishnu Chaturvedi, jaringan pertahanan udara Rusia secara teknis "tidak gagal".

    Sebaliknya, jaringan tersebut dilewati. Drone-drone Ukraina dilaporkan diluncurkan bukan dari seberang perbatasan atau melalui rute udara, tetapi dari dalam wilayah Rusia sendiri—kemungkinan dari kontainer tersembunyi yang dipasang di truk.

    Dengan jarak tempuh yang jauh lebih pendek, kata Chaturvedi, drone-drone tersebut mencapai targetnya dalam hitungan detik atau menit, sehingga pasukan Rusia tidak punya banyak waktu untuk bereaksi.

    Yang terpenting, drone-drone tersebut terbang pada ketinggian yang sangat rendah, di bawah jangkauan deteksi radar sistem jarak jauh seperti S-400, yang dirancang untuk mencegat ancaman dari ketinggian tinggi dan jarak jauh. Diperkirakan 117 drone diluncurkan dalam operasi tersebut, yang membuat pertahanan Rusia kewalahan.

    Chaturvedi menekankan bahwa kegagalan itu bukan pada sistem pertahanan rudal S-400, tetapi pada intelijen Rusia.

    Ukraina dilaporkan telah merencanakan operasi tersebut selama lebih dari setahun, dengan mengangkut pesawat nirawak ke Rusia, mungkin melalui Kazakhstan. Namun, imbuh dia, badan-badan intelijen Rusia gagal mendeteksi ancaman tersebut.

    "Sistem S-400 sangat mampu mencegat target hingga sejauh 400 km, termasuk rudal dan pesawat nirawak yang terbang tinggi. Namun, sistem itu tidak pernah dirancang untuk serangan jarak dekat dan ketinggian rendah yang diluncurkan dari dalam wilayahnya sendiri," katanya, seperti dikutip India TV News, Selasa (3/6/2025).

    Ini bukan pertama kalinya pesawat nirawak Ukraina menerobos pertahanan Rusia. Antara Agustus 2023 hingga 2024, Ukraina berhasil menghancurkan beberapa sistem S-400, termasuk baterai radarnya.

    Namun, Chaturvedi mencatat bahwa hal ini tidak menyiratkan kelemahan pada sistem pertahanan canggih tersebut. Faktor penyebabnya bisa jadi karena kurangnya pengalaman operator, kesalahan penempatan, atau kurangnya pertahanan berlapis yang mendukung S-400—sesuatu yang telah dipastikan India dalam penempatannya sendiri.

    Chaturvedi memperingatkan bahwa Rusia tidak mungkin membiarkan serangan 1 Juni itu tidak ditanggapi.

    "Presiden [Rusia Vladimir] Putin akan membalas dengan kekuatan. Kyiv dan Sumy bisa menghadapi serangan yang lebih intensif," katanya, seraya menambahkan bahwa ketergantungan Presiden Zelensky pada dukungan Barat telah menimbulkan kerugian besar.

    "Zelensky telah mengubah negara yang dulunya berkembang pesat menjadi zona perang. Bahkan jika Ukraina keluar dari konflik, akan butuh waktu 15-20 tahun untuk membangun kembali lembaga dan ekonominya," paparnya.

    Sementara Rusia juga menderita dalam perang yang berkepanjangan, serangan pesawat nirawak dan ketidakmampuan Rusia untuk mencegahnya telah mengalihkan perhatian pada meningkatnya kerentanan bahkan militer paling maju ketika dihadapkan dengan peperangan udara asimetris dan berbiaya rendah.

    (mas)

    Komentar
    Additional JS