Korea Selatan Hadapi Penurunan Populasi 85% pada Tahun 2125 | Sindonews
Dunia Internasional,
Korea Selatan Hadapi Penurunan Populasi 85% pada Tahun 2125 | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Kamis, 03 Juli 2025 - 21:06 WIB
Pejalan kaki berada di jalanan Seoul, Korea Selatan. Foto/pexels
- Populasi Korea Selatan (Korsel) dapat menurun hingga 85% selama abad berikutnya jika tren demografi saat ini terus berlanjut, menurut studi baru. Penelitian tersebut menyoroti perjuangan berkelanjutan negara tersebut dengan angka kelahiran yang rendah dan populasi yang menua.
Laporan tersebut dirilis pada hari Rabu (2/7/2025) oleh Korean Peninsula Population Institute for Future.
Laporan menunjukkan bahkan di bawah skenario yang paling optimis, populasi diproyeksikan akan turun menjadi 15,73 juta, yang kurang dari sepertiga dari ukurannya saat ini.
Perkiraan median menyebutkan populasi pada tahun 2125 sebesar 11,15 juta.
Dalam skenario terburuk yang diuraikan lembaga tersebut, populasi Korea Selatan dapat menurun menjadi 7,53 juta pada tahun 2125, penurunan tajam dari 51,68 juta saat ini.
Angka itu akan lebih rendah dari populasi ibu kota Seoul saat ini yang lebih dari 9,3 juta.
Lembaga tersebut menggunakan metode komponen-kohort yang diakui secara internasional untuk memproyeksikan perubahan populasi di masa mendatang berdasarkan tren fertilitas, mortalitas, dan migrasi.
Laporan tersebut menyoroti tingkat penurunan demografi Korea Selatan yang luar biasa cepat.
Penurunan tersebut tidak hanya didorong angka kelahiran yang rendah tetapi juga oleh efek gabungan: karena setiap generasi menjadi lebih kecil, jumlah calon orang tua juga menurun, yang mempercepat penurunan populasi secara keseluruhan.
Dalam 75 tahun, proyeksi kasus terburuk menunjukkan untuk setiap 100 orang usia kerja (antara 15 dan 64 tahun) mungkin ada 140 lansia berusia 65 tahun atau lebih.
Saat ini, 100 orang usia kerja menghidupi sekitar 30 lansia, yang menandakan Korea Selatan sedang menuju masyarakat "piramida terbalik", di mana jumlah lansia yang menjadi tanggungan jauh melebihi mereka yang bekerja.
Temuan tersebut juga menunjukkan generasi muda sekarang lebih mementingkan "uang" dan "perumahan" daripada "cinta" ketika berbicara tentang pernikahan.
Tekanan keuangan merupakan kekhawatiran yang paling umum muncul dalam diskusi tentang memiliki anak.
Laporan tersebut menyimpulkan faktor ekonomi saat ini memainkan peran yang lebih besar daripada pilihan pribadi dalam keputusan tentang pernikahan dan menjadi orang tua.
Proyeksi tersebut menyoroti tekanan demografi yang dihadapi Korea Selatan karena negara tersebut menghadapi salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia dan populasi yang menua paling cepat.
Hingga tahun 2024, tingkat kelahiran total negara tersebut hanya meningkat 0,75, dan masih jauh di bawah tingkat penggantian sebesar 2,1.
Baca juga: Hamas Siap Akhiri Perang Sepenuhnya, Bukan Gencatan Senjata 60 Hari
(sya)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

Head to Head Indonesia vs China: 38 Tahun Tanpa Kemenangan