- Kehangatan dan haru menyelimuti pertemuan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (

) Brian Yuliarto dengan Feby Antonia Ngutra Imbi, mahasiswa baru Program Studi Teknik Informatika Universitas Musamus.

Kunjungan itu berlangsung di rumah sederhana berdinding papan milik Feby di Merauke, Kamis (3/7/2025), usai ia dinyatakan lolos Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan menerima bantuan KIP Kuliah .

Baca juga: Apakah UGM Bisa Pakai KIP Kuliah di Jalur Mandiri? Camaba Cek Yuk

Dalam kunjungan tersebut, tak ada sekat antara pejabat negara dan rakyat kecil. Menteri Brian duduk bersama Feby dan ibunya, Mama Yustina, mendengarkan cerita perjuangan mereka yang penuh keteguhan. Mama Yustina membesarkan kelima anaknya seorang diri setelah kepergian sang suami. Feby, sang bungsu, menjadi anak pertama yang berhasil mengenyam pendidikan tinggi.

“Kenapa ingin kuliah, bukan ikut jejak saudara-saudaramu ke kampung?” tanya Mendiktisaintek penasaran, melalui siaran pers, Jumat (4/7/2025).

Baca juga: Kisah Adreas, Anak Papua Raih KIP Kuliah demi Cita-Cita Jadi Tenaga Kesehatan

Dengan penuh keyakinan, Feby menjawab, “Saya ingin menambah ilmu dan membahagiakan orang tua.”

Jawaban sederhana itu menyimpan kisah panjang perjuangan hidup. Sejak kecil, Feby terbiasa belajar hingga malam berkat dorongan sang ibu. Ia juga telah memiliki minat kuat di bidang komputer sejak menempuh pendidikan di SMK.

Bagi Brian, Feby adalah potret anak muda dengan semangat belajar tinggi meski hidup dalam keterbatasan. Ia berpesan kepada Feby untuk memanfaatkan bantuan KIP Kuliah dengan bijak dan terus menyalakan semangat belajar.

Baca juga: Kapan Pendaftaran KIP Kuliah 2025 Dibuka? Simak Jadwal, Syarat, dan Besaran Bantuan Terbaru

“Kalau sudah bayar kuliah, sisanya ditabung ya. Jangan buat hal yang aneh-aneh. Belajarlah sungguh-sungguh, dan banggakan ibumu saat kamu sukses nanti,” pesannya.

Feby mengaku sangat bersyukur dan tersentuh bisa mendapat perhatian langsung dari Menteri. Ia pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah dan menyemangati teman-teman seperjuangannya.

“Terima kasih atas bantuannya. Untuk teman-teman, kalau dapat KIP, gunakan sebaik mungkin untuk pendidikan, jangan disia-siakan,” ujar Feby.

Pertemuan itu menjadi momen penuh makna—bukan sekadar kunjungan pejabat, tetapi juga pengakuan bahwa dari pelosok Merauke, mimpi besar bisa lahir. Feby membuktikan bahwa keterbatasan tak mampu menghalangi cita-cita. Ia kini menjadi simbol harapan baru: bahwa pendidikan adalah jalan perubahan, dan Merauke adalah bagian penting dalam peta masa depan bangsa.

(nnz)

Iklan - Scroll untuk melanjutkan

Iklan - Scroll untuk melanjutkan