Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Donald Trump Featured Tarif Impor

    Pengusaha Ketar-ketir Tarif Trump 32% Bakal Menggerus Ekspor dan Memicu PHK - Sindonews

    3 min read

     

    Pengusaha Ketar-ketir Tarif Trump 32% Bakal Menggerus Ekspor dan Memicu PHK

    Selasa, 08 Juli 2025 - 15:43 WIB

    Pengusaha Ketar-ketir...

    WKU Kadin Bidang Perindustrian, Saleh Husin merespons keputusan Presiden AS Donald Trump yang tetap memberikan tarif ke Indonesia sebesar 32% cukup berpengaruh terhadap daya saing produk ekspor. Foto/Dok Ilustrasi

    JAKARTA - Wakil Ketua Umum (WKU) Kadin Bidang Perindustrian, Saleh Husin merespons keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang tetap memberikan tarif ke Indonesia sebesar 32%. Menurutnya hal ini cukup berpengaruh terhadap daya saing produk ekspor Indonesia , mengingat AS adalah salah satu tujuan utama ekspor Indonesia.

    Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa di 2024 nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai USD28,18 miliar, tumbuh sebesar 9,27% jika dibandingkan dengan ekspor di 2023. Kontribusinya pun cukup signifikan, yaitu mencapai 9,65% dari total ekspor Indonesia ke dunia.

    "Penurunan daya saing karena tambahan tarif dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap penurunan ekspor, yang pada akhirnya akan berdampak kurang baik pada industri dalam negeri, khususnya yang berorientasi ekspor," ungkap WKU Kadin, Saleh Husin.

    Menurutnya tarif Trump bakal sangat berdampak buruk terhadap industri dalam negeri, khususnya terhadap industri yang selama ini menjadikan AS menjadi tujuan ekspor utama. Tambahan tarif menyebabkan harga produk ekspor Indonesia menjadi relatif lebih mahal sehingga akan berdampak terhadap penurunan kinerja ekspor industri dalam negeri.

    "Hal ini tentunya akan mengurangi laba yang diperoleh industri dalam negeri, yang dalam jangka panjang bisa menyebabkan terjadinya PHK ," bebernya.

    Lebih lanjut diterangkan sektor mana saja yang rentan jelang berlakunya Tarif Impor 32% pada awal Agustus 2025, mendatang yakni beberapa produk utama ekspor Indonesia ke AS, seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), elektronik, alas kaki, dan perikanan.

    "Umumnya industri yang bersifat padat karya sehingga akan berpotensi menimbulkan PHK jika kondisi ini terus berlangsung," sambungnya.

    Belum lagi, Indonesia juga tengah dihantui oleh kontraksi manufaktur selama 3 bulan berturut-turut. Lantaran itu, Saleh Husin menyarankan, diplomasi tetap perlu dilakukan dengan AS. Kemudian pemerintah juga perlu memberikan insentif atau bantuan kepada industri dalam negeri yang terdampak untuk meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul.

    Selain itu perlu menyusun strategi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar AS dengan melakukan diversifikasi pasar ekspor. Baca Juga: Timeline Lobi Indonesia ke Trump Sampai Akhirnya Tetap Kena Tarif Impor 32%

    "Pemerintah perlu mulai melakukan penjajakan dengan pasar-pasar nontradisional, seperti negara-negara di kawasan Afrika, Eropa Timur, Timur Tengah, Amerika Selatan, dan Asia Selatan. Hal yang tidak kalah penting adalah dengan mengoptimalkan penyerapan produk di pasar dalam negeri, misalnya dengan kebijakan TKDN pada pengadaan pemerintah," paparnya.

    (akr)

    Komentar
    Additional JS