Rusia Respons Ultimatum 50 Hari Trump untuk Sanksi Berat Mitra Dagang Moskow | Sindonews
Dunia Internasional,
Rusia Respons Ultimatum 50 Hari Trump untuk Sanksi Berat Mitra Dagang Moskow | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Selasa, 15 Juli 2025 - 21:30 WIB
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Foto/civil georgia
- Rusia membutuhkan waktu untuk menilai ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menjatuhkan sanksi berat kepada mitra dagang Moskow jika konflik Ukraina tidak diselesaikan dalam 50 hari. Pernyataan itu diungkap juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Selasa (15/7/2025).
Pada hari Senin, pemimpin AS tersebut mengatakan ia "sangat, sangat tidak senang" dengan Rusia, memperingatkan tarif sekunder "berat" hingga 100% jika tidak ada kemajuan dalam diplomasi yang dicapai dalam waktu dekat.
Namun, Trump tetap membuka pintu untuk perundingan dengan Moskow, dengan mengatakan meskipun ia "kecewa" dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, ia "belum selesai dengannya."
Berbicara kepada wartawan pada hari Selasa, Peskov menggambarkan pernyataan Trump sebagai "cukup serius."
"Kami tidak diragukan lagi membutuhkan waktu untuk menganalisis apa yang dikatakan di Washington. Dan jika dan ketika Presiden Putin menganggapnya perlu, beliau pasti akan mengomentarinya," ujar Peskov.
Pada saat yang sama, juru bicara tersebut mengatakan perubahan posisi Trump baru-baru ini tidak akan ditafsirkan di Kiev sebagai seruan untuk perdamaian.
"Tampaknya keputusan-keputusan seperti itu yang dibuat di Washington, di negara-negara NATO, dan langsung di Brussel, dianggap oleh pihak Ukraina bukan sebagai sinyal menuju perdamaian, melainkan sebagai sinyal untuk melanjutkan perang," ujar dia.
Menurut Peskov, Rusia tetap terbuka untuk bernegosiasi dengan Ukraina tetapi belum menerima tanggapan mengenai waktu pelaksanaannya.
"Kami sedang menunggu proposal dari pihak Ukraina mengenai waktu penyelenggaraan putaran ketiga negosiasi langsung Rusia-Ukraina... Kami belum menerima proposal dari pihak Ukraina," ujar dia.
Trump telah berupaya menyelesaikan konflik Ukraina sejak menjabat pada bulan Januari. Ia telah melakukan beberapa panggilan telepon dengan Putin, yang berkisar pada potensi penyelesaian damai, memulihkan hubungan bilateral yang lebih luas, dan menjajaki kerja sama ekonomi.
Tahun ini, delegasi Rusia dan Ukraina telah mengadakan dua putaran perundingan langsung di Istanbul.
Meskipun belum menghasilkan terobosan apa pun, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan pertukaran tahanan dalam skala besar.
Baca juga: Rusia Akui Jerman Kembali Menjadi Berbahaya dengan Ancaman Terbaru
(sya)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

Respons Donald Trump usai Gambarnya sebagai Paus Viral