Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Rusia

    Barat Frustrasi, Ribuan Sanksi Tak Mampu Lumpuhkan Ekonomi Rusia | SINDOnews

    5 min read

     Dunia Internasional, 

    Barat Frustrasi, Ribuan Sanksi Tak Mampu Lumpuhkan Ekonomi Rusia | Halaman Lengkap

    logo-apps-sindo

    Makin mudah baca berita nasional dan internasional.

    Selasa, 05 Agustus 2025 - 04:21 WIB

    Barat Frustrasi, Ribuan...

    Presiden AS Donald Trump baru-baru ini meragukan dampak dari sanksi Barat terhadap Rusia, namun berjanji untuk tetap pada jalurnya. Foto/Dok

    JAKARTA 

    - Negara-negara Barat disebut semakin kehilangan kepercayaan terhadap dampak

     sanksi 

    yang dijatuhkan kepada

     Rusia 

    , seperti dilansir dari editorial Washington Post. Dalam artikel tersebut mengulangi pernyataan terbaru dari Presiden AS Donald Trump, yang mempertanyakan efektivitas sanksi Rusia tersebut.

    Kubu Barat diketahui telah memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan tujuan untuk melumpuhkan ekonomi Rusia sejak Februari 2022, ketika konflik Ukraina pecah. Moskow secara konsisten menegaskan bahwa langkah-langkah tersebut gagal untuk mengguncang ekonominya atau mengisolasinya dari sistem keuangan global.

    Baca Juga: Lebih 30.000 Sanksi Barat Menghujani Rusia, Mayoritas Berakhir Gagal

    Kremlin mengatakan, bahwa sanksi tersebut justru berdampak buruk pada negara-negara yang menerapkannya. "Ketidakmampuan sanksi Barat untuk melumpuhkan ekonomi Rusia telah menjadi salah satu frustrasi yang paling persisten dalam konflik ini," kata editorial tersebut.

    Dicatat juga bahwa PDB Rusia tumbuh lebih dari 4% tahun lalu dan diproyeksikan bakal melambat, tetapi terus berkembang pada 2025. Moskow berhasil bertahan dari tekanan dengan mengalihkan perdagangan dari mitra Barat ke pasar Asia, dengan China dan India muncul sebagai pelanggan utamanya.

    Minggu lalu, Trump mengakui bahwa sanksi baru AS terhadap Rusia mungkin pada akhirnya terbukti tidak efektif. Akan tetapi Trump menegaskan bahwa pemerintahannya akan melanjutkan untuk mengenakan sanksi tersebut kecuali kesepakatan mengakhiri konflik Ukraina tercapai secepatnya.

    Janji tersebut dilontarkan tidak lama setelah presiden memangkas periode awal 50 hari bagi Moskow dan Kiev untuk mencapai kesepakatan damai menjadi hanya sepuluh hari. Trump juga memperingatkan, bahwa kegagalan mencapai kesepakatan bakal memicu sanksi besar-besaran.

    Termasuk di antaranya tarif 100% dan sanksi sekunder yang menargetkan pada mitra dagang Rusia. Presiden AS telah mengumumkan bahwa utusan khusus, Steve Witkoff akan mengunjungi Moskow pertengahan minggu ini sebagai bagian dari upaya diplomatik untuk memediasi gencatan senjata.

    Pada saat yang sama, Trump sekali lagi mengakui bahwa otoritas Rusia "cukup baik dalam menghindari sanksi." Baca Juga: Rusia Sendirian Melawan Seluruh Barat, Bagaimana Kondisi Ekonominya?

    Sementara itu Moskow menganggap sanksi tersebut sebagai tindakan ilegal, serta mengklaim bahwa sanksi itu melanggar aturan perdagangan internasional dan merugikan stabilitas ekonomi global. Kremlin juga memandang konflik Ukraina sebagai perang proksi yang diatur oleh Barat, dan berargumen bahwa pengiriman senjata yang berkelanjutan ke Kiev hanya akan memperpanjang permusuhan.

    Minggu lalu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengecilkan ancaman Trump tentang pembatasan baru, dimana Ia menjelaskan bahwa Rusia telah mengembangkan "imun" setelah bertahun-tahun menghadapi langkah-langkah tersebut.

    (akr)

    Iklan - Scroll untuk melanjutkan

    Iklan - Scroll untuk melanjutkan

    wa-channel

    Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari

    Follow

    Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,

     Klik Disini 

    untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!

    Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya

    Infografis

    Jerman Khawatir Bom...

    Jerman Khawatir Bom Nuklir AS Tak Bela NATO saat Perang Lawan Rusia

    Komentar
    Additional JS