Cerita Pedagang Asongan di Tengah Gas Air Mata Demo Grahadi Surabaya: Yang Penting Saya Selamat - Halaman all - Tribunnews
Cerita Pedagang Asongan di Tengah Gas Air Mata Demo Grahadi Surabaya: Yang Penting Saya Selamat - Halaman all - Tribunnews
TRIBUNNEWS.COM - Kericuhan dalam aksi demonstrasi kerap menyisakan kisah lain di luar sorotan utama.
Tidak hanya aparat dan massa aksi yang terlibat, masyarakat kecil yang menggantungkan hidup di sekitar lokasi pun ikut terdampak.
Begitu pula dengan peristiwa di depan Gedung Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat (29/8/2025) siang.
Seorang pedagang asongan air mineral, Heri Siswanto (54), turut menjadi korban.
Pasalnya, tiga kotak kardus pasokan botol air mineral dagangannya raib selama berlangsungnya aksi demo pada siang itu.
Begitu terdengar bunyi keras dari senjata pelontar gas air mata yang ditembakkan dan mendarat di kerumunan orang, Heri langsung terbirit-birit untuk menyelamatkan diri.
Sambil berlari tergesa, ayah satu anak itu berupaya menutupi hidung dan mulutnya dengan menggunakan sehelai handuk kecil yang tersampir di tengkuk.
Heri berlari mengikuti kerumunan massa aksi yang bergerak mundur ke jalanan belakang Taman Apsari.
Namun, terkadang ia juga memilih untuk menjauh dari kerumunan massa agar tak melulu jadi sasaran tembakan gas air mata.
Di balik hiruk pikuk gas air mata dan barisan massa, barang dagangan yang dibawa Heri tiba-tiba hilang begitu saja.
Heri baru menyadari ketika ia kembali menghampiri titik tempat jualannya.
Baca juga: Tak Cuma di Solo, Demo di Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Medan Juga Berakhir Ricuh
Padahal, tiga kardus berisi botol air mineral itu masih tersegel.
Entah siapa pelaku penjarahan barang dagangannya di area tersebut.
Meski mengalami kerugian, ia tetap memilih ikhlas dan lebih mengutamakan keselamatan dirinya.
"Yang buat ikhlas aja. Lebih baik saya tinggal ketimbang kena gas air mata. Menyelamatkan diri, daripada kena batu," ungkapnya, dikutip dari TribunJatim.com.
Ia menganggap barang dagangannya tersebut digunakan oleh massa untuk membasuh muka karena perih terkena gas air mata. Atau mungkin memang untuk diminum akibat kehausan.
Yang terpenting bagi Heri selama berlarian menyelamatkan diri adalah nampan panjang yang terdapat 21 lubang penampang botol dagangannya tetap melekat pada tangannya.
Baginya, benda yang dibuat dari lapisan triplek itu merupakan aset penting yang ia miliki.
Selama kurang lebih 10 tahun terakhir, ia mencari nafkah dengan berdagang asongan.
"Yang penting nampan asongan punya saya, enggak hilang, kan buat jualan lagi. Ini ada 21 lubang," katanya.
Selama berjualan asongan di sekitar Gedung Grahadi, Heri mengaku ini adalah ia jarang melihat kericuhan aksi demo seperti kemarin.
Biasanya, kata Heri, aksi demo yang digelar selalu berakhir damai tanpa tembakan gas air mata.
"Enggak sering mengalami situasi begini. Ya kalau demo ricuh seperti ini. Kalau demo biasa, ya aman aman saja," kata pria asal Tambaksari, Kota Surabaya itu.
Terlepas dari aksi demo, Heri mengaku tidak terlalu mengalami kerugian yang signifikan atas kehilangannya tiga kardus air mineral dagangannya itu.
"Modalnya ya sampai Rp500 ribu. Kadang enggak sampai. Tapi bertahap. Tadi hilang 3 kardus, kerugian gak sampai Rp300 ribu. Tapi ikhlas, namanya juga kayaknya ngene (begini). Tapi ini sudah balik modal kok," katanya.
Aksi Demo di Surabaya Berlangsung Ricuh
Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh massa di depan Gedung Grahadi, Surabaya, Jumat (29/8/2025), berlangsung ricuh.
Aksi demonstrasi ini merupakan buntut tewasnya driver ojek online di Pejompongan, Jakarta, Affan Kurniawan (21), akibat terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob, pada Kamis (28/8) malam.
Massa yang datang sekitar pukul 14.00 WIB itu langsung melakukan aksi pelemparan ke dalam gedung Grahadi dan juga petugas.
Selain itu, massa melakukan perusakan pagar dan berupaya masuk menyerang petugas yang melakukan pengamanan.
“Polisi pembunuh. Jangan tindas rakyat,” teriakan terdengar dari kelompok massa aksi.
Kelompok yang anarkis tak hanya merusak sarana prasarana Grahadi seperti pagar dan lampu, tapi juga membakar motor petugas yang terparkir di dekat pintu masuk Grahadi.
Tercatat ada enam motor yang dibakar oleh massa hingga mengakibatkan asap hitam membumbung tinggi.
Aparat mencoba mengendalikan massa dengan menembakkan gas air mata dan menyemprotkan water cannon melalui mobil pemadam kebakaran.
Water cannon adalah sebuah kendaraan taktis yang dilengkapi dengan meriam air (cannon) bertekanan tinggi untuk membubarkan kerumunan massa, terutama saat unjuk rasa atau demonstrasi, serta dapat berfungsi untuk memadamkan kebakaran, menyemprotkan disinfektan, atau mengangkut air bersih.
“Di dalam ada lima kendaraan motor yang dibakar. Yang diluar ada dua, sepertinya motor petugas,” ujar Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jatim Eddy Supriyanto, di lokasi.
Aksi tersebut membuat para petugas berulang kali melakukan tembakan water cannon agar situasi meredam.
Namun, situasi semakin memanas ketika massa merusak pagar Grahadi, membuat aparat bersama kendaraan taktis bergerak mengepung guna mempersempit ruang gerak demonstran.
Alih-alih mundur, massa justru semakin maju menyerang aparat dengan ranting pohon, melempar batu, hingga memukul ke arah petugas.
Bahkan, kendaraan taktis pun terpaksa mundur akibat tekanan massa.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Kisah Lain di Tengah Ricuh Demo Grahadi Surabaya, Pedagang Asongan Kehilangan Dagangan: Tetap Ikhlas
dan Suasana Mencekam Demo di Gedung Grahadi Surabaya, Massa Bakar 6 Motor, Polisi Tembakkan Gas Air Mata
(Tribunnews.com/Falza) (TribunJatim.com/Fatimatuz Zahroh/Luhur Pambudi)