Sudah Digebuk Tarif 19%, 4 Mineral Kritis Indonesia Ini Juga Bisa Diakses AS | SINDOnews
Sudah Digebuk Tarif 19%, 4 Mineral Kritis Indonesia Ini Juga Bisa Diakses AS | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Jum'at, 08 Agustus 2025 - 13:22 WIB
Setidaknya ada empat mineral kritis Indonesia yang berpotensi diakses AS sebagai bagian dari kesepakatan tarif yang diteken Juli lalu. Foto/Wikimedia Commons
- Pada Juli lalu, Amerika Serikat (AS) sepakat menurunkan
tarif resiprokaluntuk Indonesia dari 32% menjadi 19%. Sebagai imbalannya, Indonesia akan menghapus hampir seluruh tarif untuk produk AS, dan Washington mendapat akses besar beberapa komoditas industri, termasuk mineral-mineral kritis dari pihak Jakarta.
Tak hanya itu, Indonesia juga diharuskan mengimpor 50 pesawat Boeing dan minyak dari negeri Paman Sam.
Sulit ditepis bahwa kesepakatan ini terlalu menguntungkan Amerika. Bagaimana tidak, Indonesia sudah digebuk tarif 19%, tapi juga harus mencabut larangan ekspor beberapa mineral kritisnya.
AS selama ini menghadapi ketergantungan tinggi pada pasokan mineral kritis seperti nikel, tembaga, dan kobalt—bahan vital untuk baterai kendaraan listrik (EV), teknologi bersih, baja khusus, dan industri pertahanan.
Baca Juga: Sama-sama Digebuk Tarif 50%, Brasil dan India Kompak Melawan AS
Dengan Indonesia mencabut larangan ekspornya, AS melihat potensi akses langsung ke sumber strategis tersebut.
4 Mineral Kritis Indonesia yang Bisa Diakses AS
1. Nikel
♦Fungsi: Bahan utama dalam baterai kendaraan listrik (EV), khususnya baterai lithium-ion jenis NMC (Nikel-Mangan-Kobalt).
♦Kapasitas Indonesia: Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia—menghasilkan sekitar 1,6 juta ton pada 2022 dan menyumbang sekitar 15% cadangan global.
♦Ketertarikan AS: Sangat tinggi, karena AS ingin mengamankan rantai pasok baterai EV yang tidak tergantung pada China.
2. Kobalt
♦Fungsi: Digunakan bersama nikel dalam baterai EV dan peralatan elektronik canggih.
♦Kapasitas Indonesia: Indonesia disebut-sebut sebagai produsen terbesar kedua di dunia setelah Kongo. Kobalt menjadi produk sampingan dari pengolahan nikel laterit (HPAL).
♦Ketertarikan AS: Cukup tinggi karena AS ingin mengurangi ketergantungan pada kobalt dari Afrika yang sering bermasalah secara etika dan stabilitas politik.
3. Tembaga (Copper)
♦Fungsi: Penting untuk jaringan listrik, kendaraan listrik, panel surya, dan turbin angin.
♦Kapasitas Indonesia: Indonesia memiliki cadangan tembaga besar, terutama di Tambang Grasberg, Papua.
♦Ketertarikan AS: Sangat tinggi, terlebih karena Freeport McMoRan (perusahaan AS) masih memiliki saham signifikan di Freeport Indonesia.
4. Bauksit (Aluminium)
♦Fungsi: Digunakan dalam konstruksi pesawat, mobil ringan, dan komponen panel surya.
♦Kapasitas Indonesia: Kaya akan cadangan bauksit, terutama di Kalimantan dan Kepulauan Riau.
♦Ketertarikan AS: Tinggi, karena aluminium adalah bahan ringan yang strategis untuk teknologi hijau dan militer.
Selain empat mineral tersebut, berdasarkan klasifikasi resmi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Indonesia memiliki cadangan timah, magnesium, dan mangan.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Infografis

Sejumlah Pabrik di China Mulai Stop Produksi Akibat Tarif AS