Mantan Panglima IRGC Peringatkan Arab Saudi, Irak, dan Turki soal Agresi Israel, Serukan Koalisi - Tribunnews.com
Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah,
Mantan Panglima IRGC Peringatkan Arab Saudi, Irak, dan Turki soal Agresi Israel, Serukan Koalisi - Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran memperingatkan Arab Saudi, Turki, dan Irak bahwa mereka berisiko menjadi target serangan Israel jika gagal membentuk "koalisi militer" untuk menghadapi entitas Zionis tersebut.
IRGC adalah adalah pasukan militer elit Iran yang beroperasi terpisah dari tentara reguler dan melapor langsung kepada Pemimpin Tertinggi.
Mengutip PressTV, mantan panglima IRGC Mohsen Rezaee (Mohsen Rezaei) menyampaikan seruan itu melalui unggahan di platform X (sebelumnya Twitter) pada Sabtu (13/9/2025).
Rezaee menyarankan agar KTT Darurat Arab-Islam yang akan digelar oleh Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di ibu kota Qatar, Doha, pada Senin (15/9/2025), secara serius mempertimbangkan kemungkinan agresi tersebut.
“Jika KTT gagal mengambil langkah nyata untuk merespons agresi rezim Zionis terhadap lima negara Muslim dan genosida di Gaza, maka Arab Saudi, Turki, dan Irak juga harus bersiap menghadapi pesawat tempur serta bom rezim itu,” ujarnya.
Rezaee, yang juga anggota Dewan Penentuan Kebijaksanaan—badan penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Sayyid Ali Khamenei—menyebut lima negara yang dimaksud adalah Lebanon, Suriah, Yaman, Iran, dan yang terbaru Qatar.
“Sebelum rezim itu menyerang negara-negara kawasan satu per satu, koalisi militer harus dibentuk untuk menghadapinya,” tegasnya.
Pernyataan ini muncul setelah surat kabar Israel Haaretz dalam sebuah opini memperingatkan bahwa serangan udara terbaru di Qatar, yang menargetkan pimpinan Hamas, bisa membuka front baru melawan Turki.
Namun, Haaretz menyebut langkah itu berpotensi membawa konsekuensi “bencana.”
Para analis yang dikutip juga menilai konfrontasi dengan Turki akan jauh lebih berbahaya dibandingkan serangan di Doha.
Sementara itu, Times of Israel melaporkan bahwa Israel sebelumnya menunda operasi serupa di Turki karena statusnya sebagai anggota NATO, dan memilih Qatar sebagai target alternatif.
Meski begitu, laporan tersebut sulit diverifikasi.
Pihak Turki menolak klaim-klaim tersebut.
Seorang mantan pejabat senior militer Turki yang berbicara secara anonim kepada Middle East Eye menyebut laporan itu manipulatif.
“Jika tidak ada ancaman langsung, Turki tidak akan dan tidak seharusnya merespons provokasi media sosial,” ujarnya.
“Terus-menerus membayangkan serangan Israel terhadap Turki hanya memperkuat perang psikologis [Perdana Menteri Benjamin] Netanyahu, memberi Israel proyeksi kekuatan yang sebenarnya tidak dimilikinya.”
Mengapa Israel Bisa Mengincar Turki?
Menurut Middle East Eye, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji akan mengejar pejuang Hamas di mana pun mereka berada.
Turki disebut masuk dalam daftar lokasi pelarian anggota Hamas, karena sejak 2011 negara itu menampung sejumlah anggotanya.
Sebanyak 40 anggota Hamas direlokasi ke Turki sebagai bagian dari pertukaran tahanan Gilad Shalit—seorang prajurit Israel—dengan sekitar seribu tahanan Palestina.
KTT Darurat Arab-Islam Bahas Serangan Israel ke Qatar
KTT Darurat Arab-Islam akan digelar di Doha pada Senin, 15 September 2025, untuk membahas serangan Israel terhadap Qatar.
Sehari sebelumnya, pada 14 September 2025, akan diadakan pertemuan persiapan tingkat Menteri Luar Negeri.
Dalam pernyataan di platform X, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menegaskan bahwa KTT tersebut bertujuan memperkuat solidaritas Arab dan Islam dengan Qatar, sekaligus merumuskan sikap bersama menghadapi agresi Israel.
OKI menyebut serangan Israel ke Qatar sebagai pelanggaran nyata terhadap kedaulatan negara, Piagam PBB, dan hukum internasional, serta ancaman terhadap stabilitas kawasan.
Mengenal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Mengutip World Economic Forum, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), sebelumnya bernama Organisasi Konferensi Islam, adalah organisasi antarpemerintah terbesar kedua setelah PBB.
Didirikan pada September 1969, OKI beranggotakan 57 negara yang tersebar di empat benua.
OKI menjadi wadah kolektif dunia Muslim untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingannya, sekaligus mempromosikan perdamaian dan harmoni internasional.
Daftar Anggota OKI (57 Negara)
Status pengamat: Serbia.
Tentang Serangan Israel terhadap Qatar
Mengutip Al Jazeera, Israel melancarkan serangan rudal ke ibu kota Qatar, Doha, pada Selasa (9/9/2025).
Serangan tersebut dikatakan menargetkan para pemimpin senior Hamas, termasuk delegasi negosiasi kelompok Palestina yang terlibat dalam perundingan untuk mengupayakan gencatan senjata di Gaza.
Menurut BBC, Hamas menyatakan bahwa anggota delegasi mereka di Doha menjadi sasaran, namun berhasil selamat dari serangan itu.
Meski begitu, Hamas menambahkan bahwa enam orang lainnya tewas, termasuk seorang pejabat keamanan Qatar.
Mereka yang dilaporkan tewas adalah:

Qatar mengecam serangan itu, menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional sekaligus kedaulatannya.
Banyak negara dan blok internasional juga turut mengecam tindakan Israel tersebut.
Serangan ini terjadi ketika Qatar, yang berperan sebagai mediator utama antara Israel dan Amerika Serikat di satu sisi, serta Hamas di sisi lain, sedang berusaha menengahi gencatan senjata di Gaza.
Sejak Oktober 2023, ketika Israel melancarkan perang di Jalur Gaza, lebih dari 64.600 orang dilaporkan tewas.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)