Mesir Pantau Ketat dan Pelajari Klaim Israel Raya dengan Cermat - SINDOnews.com
2 min read
Dunia Internasional,
Mesir Pantau Ketat dan Pelajari Klaim Israel Raya dengan Cermat
Rabu, 17 September 2025 - 10:30 WIB

Perdana Menteri Mostafa Madbouly mewaspadai klaim Israel Raya oleh rezim Zionis. Foto/ahram
A
A
A
KAIRO - Perdana Menteri Mostafa Madbouly menyatakan Mesir sedang memantau dan mempelajari dengan saksama apa yang beredar tentang "Israel Raya". Menurut dia, Mesir tidak akan pernah mengizinkan pengusiran warga Palestina.
“Apa yang dikatakan terkait 'Israel Raya' sedang dipantau dan dipelajari secara ketat untuk mengembangkan berbagai langkah penanggulangan guna mengatasi masalah ini,” ujar Madbouly dalam pengarahan dengan para pemimpin redaksi surat kabar dan situs web berita Mesir pada hari Selasa (16/9/2025).
Madbouly menekankan, "Dalam keadaan apa pun Mesir tidak akan mengizinkan pengusiran warga Palestina atau pembubaran perjuangan Palestina."
Ia lebih lanjut menegaskan Mesir memiliki rencana yang jelas untuk menangani potensi dampak dari perkembangan di wilayah Palestina.
“Semua lembaga negara dan kementerian sedang bersiap menghadapi berbagai skenario,” ujarnya.
Dia menjelaskan, "Ada rencana darurat untuk Kementerian Kesehatan, Kementerian Pasokan, dan Kementerian lainnya untuk memastikan kebutuhan dasar saudara-saudara Palestina kita terpenuhi jika terjadi perkembangan baru."
Di bidang ekonomi, perdana menteri mengakui ketidakstabilan regional dan global pasti akan memengaruhi pasar dan investasi.
"Investasi asing sensitif terhadap konflik, bahkan ketika kondisi domestik tetap stabil," jelasnya.
Madbouly menambahkan prospek ekonomi Mesir sudah mencakup skenario konservatif dan pesimistis untuk menghadapi tantangan global.
Ia menekankan kelanjutan langkah-langkah reformasi saat ini akan membuat ekonomi Mesir lebih kuat dan stabil dalam dua hingga tiga tahun ke depan, meskipun terdapat tekanan dari faktor-faktor internasional seperti fluktuasi harga energi.
Pernyataan Madbouly muncul beberapa jam setelah Israel melancarkan serangan darat yang telah lama diungkap di Kota Gaza sebelum fajar, melepaskan pemboman besar-besaran saat pasukan bergerak ke pusat kota terbesar di wilayah itu untuk membersihkan kota berpenduduk 1,2 juta jiwa tersebut secara etnis.
Serangan-serangan tersebut dimulai beberapa jam setelah KTT Darurat Arab-Islam yang diadakan di Doha.
Pertemuan tersebut menyusul serangan Israel di ibu kota Qatar pekan lalu, yang menargetkan satu bangunan tempat tinggal yang menampung para negosiator senior Hamas yang terlibat dalam perundingan gencatan senjata pada 9 September.
Baca juga: Presiden Mesir Sisi Sebut Israel Musuh, Pertama Sejak Anwar Sadat Kunjungi Yerusalem
“Apa yang dikatakan terkait 'Israel Raya' sedang dipantau dan dipelajari secara ketat untuk mengembangkan berbagai langkah penanggulangan guna mengatasi masalah ini,” ujar Madbouly dalam pengarahan dengan para pemimpin redaksi surat kabar dan situs web berita Mesir pada hari Selasa (16/9/2025).
Madbouly menekankan, "Dalam keadaan apa pun Mesir tidak akan mengizinkan pengusiran warga Palestina atau pembubaran perjuangan Palestina."
Ia lebih lanjut menegaskan Mesir memiliki rencana yang jelas untuk menangani potensi dampak dari perkembangan di wilayah Palestina.
“Semua lembaga negara dan kementerian sedang bersiap menghadapi berbagai skenario,” ujarnya.
Dia menjelaskan, "Ada rencana darurat untuk Kementerian Kesehatan, Kementerian Pasokan, dan Kementerian lainnya untuk memastikan kebutuhan dasar saudara-saudara Palestina kita terpenuhi jika terjadi perkembangan baru."
Di bidang ekonomi, perdana menteri mengakui ketidakstabilan regional dan global pasti akan memengaruhi pasar dan investasi.
"Investasi asing sensitif terhadap konflik, bahkan ketika kondisi domestik tetap stabil," jelasnya.
Madbouly menambahkan prospek ekonomi Mesir sudah mencakup skenario konservatif dan pesimistis untuk menghadapi tantangan global.
Ia menekankan kelanjutan langkah-langkah reformasi saat ini akan membuat ekonomi Mesir lebih kuat dan stabil dalam dua hingga tiga tahun ke depan, meskipun terdapat tekanan dari faktor-faktor internasional seperti fluktuasi harga energi.
Pernyataan Madbouly muncul beberapa jam setelah Israel melancarkan serangan darat yang telah lama diungkap di Kota Gaza sebelum fajar, melepaskan pemboman besar-besaran saat pasukan bergerak ke pusat kota terbesar di wilayah itu untuk membersihkan kota berpenduduk 1,2 juta jiwa tersebut secara etnis.
Serangan-serangan tersebut dimulai beberapa jam setelah KTT Darurat Arab-Islam yang diadakan di Doha.
Pertemuan tersebut menyusul serangan Israel di ibu kota Qatar pekan lalu, yang menargetkan satu bangunan tempat tinggal yang menampung para negosiator senior Hamas yang terlibat dalam perundingan gencatan senjata pada 9 September.
Baca juga: Presiden Mesir Sisi Sebut Israel Musuh, Pertama Sejak Anwar Sadat Kunjungi Yerusalem
(sya)