Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured

    Proyek Jet Siluman Senilai Rp 2.968 Triliun Berantakan Gegara Perseteruan Dassault Aviation dan Airbus - Zona Jakarta

    8 min read

     Dunia Internasional 

    Proyek Jet Siluman Senilai Rp 2.968 Triliun Berantakan Gegara Perseteruan Dassault Aviation dan Airbus - Zona Jakarta




    ZONAJAKARTA.COM - Upaya Eropa membangun pesawat generasi keenam dalam program Future Combat Air System (FCAS) berantakan.

    Proyek senilai 180 miliar dolar AS (sekitar Rp 2.968 triliun) itu kemungkinan akan terhenti dan batal karena perseteruan antara Prancis dan Jerman.

    Proyek ini disangga oleh Prancis, Jerman, dan Spanyol sebagai konsorsium yang berencana membangun pesawat generasi keenam.

    Pesawat masa depan itu dinilai sebagai kebutuhan wajib untuk menyaingi eksistensi China yang sudah melahirkan jet tempur canggih J-36 dan J-50.

    Sementara, Amerika Serikat (AS) sudah mulai jalan mengembangkan pesawat generasi keenam dalam program Next Generation Air Dominance (NGAD) yang kontraknya sudah dimenangkan oleh Boeing.

    Inggris, Italia, dan Jepang juga sudah sepakag membangun pesawat generasi keenam lewat program Global Comat Air Programme (GCAP).

    FCAS diproyeksikan akan mampu melahirkan pesawat masa depan itu pada 2040.

    Namun, program ini telah memasuki titik turbulensi berbahaya yang dapat menentukan apakah benua ini akan bersatu di sekitar satu pesawat generasi keenam atau terpecah menjadi kubu-kubu yang bersaing.

    Yang dipertaruhkan bukan hanya penggantian armada Rafale dan Eurofighter Typhoon pada tahun 2040, tetapi juga kredibilitas kemampuan Eropa untuk memproyeksikan kekuatan militer independen di langit melawan rival-rival sejawat seperti Amerika Serikat, Rusia, dan China.

    Proyek FCAS dimaksudkan untuk melambangkan otonomi strategis Eropa dengan membangun pesawat tempur siluman yang mampu mendominasi langit yang diperebutkan di pertengahan abad ke-21.

    Namun, kini proyek ini terancam terhenti akibat perselisihan sengit mengenai kepemimpinan proyek, kendali industri, dan hak kekayaan intelektual yang mengadu Dassault Aviation dari Prancis melawan Airbus dari Jerman dan Spanyol.

    Titik api yang terjadi saat ini adalah program fase kedua yang seharusnya sudah mencapai tahap percobaan terbang pesawat, tetapi masih terhambat oleh ketidaksepakatan tentang siapa yang memegang kemudi program.

    Prancis tengah berupaya untuk mendominasi secara besar-besaran desain Pesawat Tempur Generasi Berikutnya (NGF), permata mahkota FCAS, dengan menuntut sebanyak 80 persen pangsa produksi.

    Sementara Jerman melihat hal ini sebagai serangan langsung terhadap saham industri negaranya di salah satu proyek pertahanan terbesar dalam sejarah Eropa.

    Sabtu, 30 Agustus 2025 | 14:43 WIB
    Desain pesawat generasi keenam FCAS yang akan dibangun oleh Prancis, Jerman, dan Spanyol semakin menemui jalan buntu. Sementara China sudah melangkah lebih maju. (FCAS)
    Desain pesawat generasi keenam FCAS yang akan dibangun oleh Prancis, Jerman, dan Spanyol semakin menemui jalan buntu. Sementara China sudah melangkah lebih maju. (FCAS)

    Ini yang menimbulkan kekhawatiran Jerman bahwa para insinyur mereka akan diturunkan statusnya menjadi subkontraktor dalam kemitraan yang seharusnya setara.

    CEO Dassault Aviation, Eric Trappier secara blak-blakan telah memperingatkan secara terbuka bahwa perusahaannya memiliki pengalaman dan kemampuan untuk mengembangkan pesawat tempur generasi keenam secara mandiri.

    "Kami sepenuhnya mampu membangun sendiri pesawat tempur generasi mendatang,” ujar Trappier, menggarisbawahi ketidakpuasannya terhadap pembagian kerja di dalam FCAS.

    Trappier geram dengan apa yang ia gambarkan sebagai ketidakseimbangan, karena Dassault Aviation sebagai kontraktor utama NGF, hanya memegang sepertiga hak suara.

    Sementara, Airbus menguasai dua pertiga suaa melalui blok Prancis-Jerman-Spanyol-nya.

    Selama Paris Air Show di Prancis, pertengahan Juni 2025, Trappier mengisyaratkan bahwa Dassault Aviation bahkan bisa menarik diri dari kemitraan FCAS jika kepemimpinannya tidak dihormati.

    Peringatan itu bukanlah ancaman kosong.

    Prancis telah lama menganggap dirinya sebagai arsitek senior penerbangan tempur Eropa, dari seri Mirage hingga Rafale.

    Sementara lembaga pertahanan Prancis enggan melihat lompatan berikutnya dalam teknologi pesawat tempur diredam oleh politik komite.

    Sedangkan Jerman memandang proyek ini sebagai penyeimbang benua yang seharusnya menunjukkan kedalaman industri dan teknologinya, terutama dalam bidang siluman, avionik, dan integrasi sistem.

    Spanyol, mitra juniornya, telah berupaya menyeimbangkan kedua kekuatan besar tersebut dengan mengajukan perusahaan pertahanannya, Indra, yang menjadi jangkar sistem elektronik dan sensor program tersebut.

    Perpecahan ini bukan hanya tentang prestise, tetapi tentang siapa yang mengendalikan teknologi paling sensitif.

    Pembentukan teknologi siluman, perangkat lunak kendali penerbangan, integrasi mesin, dan arsitektur pelepasan senjata menjadi wilayah yang diperebutkan sebagai simbol prestise.

    Inilah "permata mahkota" yang menentukan apakah suatu negara dapat mengembangkan industri kedirgantaraan yang mandiri atau tetap bergantung pada lisensi asing.

    Halaman:
    Sabtu, 30 Agustus 2025 | 14:43 WIB
    Desain pesawat generasi keenam FCAS yang akan dibangun oleh Prancis, Jerman, dan Spanyol semakin menemui jalan buntu. Sementara China sudah melangkah lebih maju. (FCAS)
    Desain pesawat generasi keenam FCAS yang akan dibangun oleh Prancis, Jerman, dan Spanyol semakin menemui jalan buntu. Sementara China sudah melangkah lebih maju. (FCAS)

    FCAS sudah mencapai kontrak tahap pertama senilai 3,5 miliar (sekitar Rp 57,7 triliun) yang ditandatangani pada Desember 2022.

    Kondtrak pertama ini dimaksudkan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut dengan meletakkan fondasi bagi peragaan darat dan prototipe pesawat tempur.

    Namun, memasuki tahap kedua yang bernilai puluhan miliar, kerja sama ketiga negara ini menemui konflik dan kebuntuan.

    Kebuntuan ini terjadi tepat ketika inisiatif generasi keenam saingan Eropa, Program Udara Tempur Global (GCAP) yang dipimpin oleh Inggris, Italia, dan Jepang, melaju menuju cakrawala 2040 yang sama.

    GCAP sudah memiliki momentum politik yang lebih tajam, dengan London, Roma, dan Tokyo sepakat tentang perlunya mengimbangi kemajuan teknologi siluman China dan Rusia di kawasan Indo-Pasifik dan Eropa.

    Jika FCAS ragu-ragu dalam pembagian kerja, GCAP menghadirkan front persatuan yang memasarkan dirinya sebagai lebih cepat, lebih ramping, dan lebih menentukan secara geopolitik.

    Bagi Jerman, skenario terburuknya adalah penundaan FCAS dapat membuat Berlin terlantar tanpa pesawat generasi mendatang yang layak, sementara negara-negara tetangganya melaju lebih cepat.

    Beberapa anggota parlemen Jerman sudah mempertimbangkan alternatif: memesan sejumlah Eurofighter canggih baru dengan radar AESA yang ditingkatkan dan perangkat peperangan elektronik.

    Bahkan, di Jerman sudah muncul wacana menjajaki kerja sama dengan Swedia yang sedang membangun landasan bagi pesawat tempur generasi keenamnya sendiri untuk menggantikan Gripen.

    Peralihan seperti itu akan menghancurkan visi FCAS untuk menjadi proyek unggulan di benua Eropa.

    Namun, bagi Prancis, alternatifnya lebih jelas, mengejar pesawat secara independen melalui Dassault Aviation, mempertahankan kendali kedaulatan dengan mengorbankan skala, meski taruhannya sangat tinggi.

    Pada tahun 2040, Rusia dan China diperkirakan akan memiliki keluarga pesawat tempur siluman dan sistem wingman nirawak yang sangat canggih, terintegrasi ke dalam gelembung anti-akses/penolakan area (A2/AD).

    Sistem ini padat dan didukung oleh rudal jarak jauh dan sensor berbasis ruang angkasa.

    Pesawat tempur generasi keenam Eropa tidak hanya harus bertahan di langit yang mematikan itu, tetapi juga harus mendominasinya, terhubung secara mulus dengan drone, satelit, jaringan siber, dan senjata presisi.

    Halaman:
    Sabtu, 30 Agustus 2025 | 14:43 WIB
    Desain pesawat generasi keenam FCAS yang akan dibangun oleh Prancis, Jerman, dan Spanyol semakin menemui jalan buntu. Sementara China sudah melangkah lebih maju. (FCAS)
    Desain pesawat generasi keenam FCAS yang akan dibangun oleh Prancis, Jerman, dan Spanyol semakin menemui jalan buntu. Sementara China sudah melangkah lebih maju. (FCAS)

    Hal itu membutuhkan investasi besar-besaran dan koordinasi industri dalam skala yang jarang terlihat di lanskap pertahanan Eropa yang terfragmentasi.

    Melihat FCAS yang makin berantakan dan GCAP yang belum juga menunjukkan tanda lebih meyakinkan, wajar muncul kepanikan Eropa.

    Sebab, jika mereka tertinggal dalam teknologi pesawat generasi keenam, maka bisa tertekan oleh kekuatan China dan Rusia yang sudah melangkah lebih lanjut.

    Sementara AS juga belum juga menunjukkan bentuk nyata pesawat generasi keenamnya, meski kontrak sudah diberikan kepada Boeing. ***

    Halaman:
    Komentar
    Additional JS