Setelah 55 Tahun, Kartika Sari Dewi Soekarno Akhirnya Ziarah ke Makam Bung Karno - Kompas
Setelah 55 Tahun, Kartika Sari Dewi Soekarno Akhirnya Ziarah ke Makam Bung Karno
KOMPAS.com – Putri Presiden Pertama Republik Indonesia, Kartika Sari Dewi Soekarno, akhirnya menunaikan ziarah ke makam ayahandanya, Ir. Soekarno, di Blitar, Jawa Timur.
Momen bersejarah itu terjadi setelah penantian panjang selama 55 tahun.
Melalui akun Instagram pribadinya, Kartika Sari Dewi membagikan potret dirinya yang sedang berdoa khusyuk di pusara Bung Karno.
Kartika Sari Dewi tampak didampingi putranya, Frederik Kiran Soekarno Seegers, cucu sang Proklamator.
“Today Blitar #myfather #prayers,” tulis Kartika di unggahan Instagram, dikutip Rabu (17/9/2025).
Pertama Kali Kembali Sejak Usia 3 Tahun
Kartika Sari Dewi mengaku kunjungan kali ini begitu emosional.
Pasalnya, terakhir kali Kartika Sari Dewi datang ke makam Bung Karno adalah pada tahun 1970, ketika dirinya baru berusia tiga tahun.
“Ya sungguh emosional datang ke Blitar, saya datang pertama kali saat usia 3 tahun. Saya selalu berdoa untuk memohon maaf dan dukungan dari Papa,” ucap Kartika Sari Dewi, Senin (15/9/2025), seperti dilansir RRI.
Dalam kunjungannya, Kartika bersama putranya juga tampak menaburkan bunga sebagai bentuk penghormatan.
Rasa Haru Kartika Sari Dewi
Kartika Sari Dewi mengaku perjalanan spiritual ini begitu mendalam baginya. Selama bertahun-tahun, ia memang tinggal di luar negeri dan jarang pulang ke tanah kelahiran ayahnya.
Kehadiran Kartika di Blitar seakan menjadi penegasan ikatan batin yang tetap terjalin antara dirinya dengan Bung Karno, meski jarak dan waktu sempat memisahkan.
Sekilas tentang Kartika Sari Dewi Soekarno
Kartika lahir pada 11 Maret 1967 di Tokyo, Jepang, dari pasangan Bung Karno dan Ratna Sari Dewi. Setelah Bung Karno wafat pada 1970, Kartika lebih banyak menetap di luar negeri.
Meski demikian, Kartika Sari Dewi tetap aktif menjaga warisan sejarah dan nilai-nilai sang ayah.
Melalui yayasan Kartika Soekarno Foundation, ia berfokus pada bidang pendidikan dan kemanusiaan di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Kartika menjadi anak terakhir Bung Karno dari pernikahannya dengan Ratna Sari Dewi, lahir ketika sang proklamator tengah memasuki penghujung masa kekuasaan.
Sejak kecil, Kartika tumbuh di luar Indonesia. Pasca kejatuhan Soekarno pada 1967, ia dibesarkan ibunya di Jepang, jauh dari hiruk-pikuk politik tanah air.
Pendidikan ditempuh di Jepang dan Eropa, membuat Kartika lebih dikenal dalam lingkaran sosialita internasional ketimbang dalam percaturan politik Indonesia.
Meski demikian, darah Bung Karno tetap mengalir kuat. Ia kerap menekankan bahwa dirinya selalu merasa bangga menjadi putri Presiden Pertama RI.
Kehidupan Pribadi dan Peran Sebagai Ibu
Kartika menikah dengan Frits Frederik Seegers, seorang bankir asal Belanda. Dari pernikahan itu lahirlah seorang putra, Frederik Kiran Soekarno Seegers, yang kini telah dewasa.
Meski pernikahannya tidak bertahan lama, Kartika terus menaruh perhatian besar pada anaknya, yang kini juga dikenal publik sebagai salah satu cucu Bung Karno berdarah campuran Indonesia–Belanda–Jepang.
Kehadiran Kiran mendampingi Kartika saat ziarah ke Blitar menambah haru suasana. Publik melihat, meski jauh dari tanah air, garis keturunan Soekarno tetap hadir menyapa pusara sang proklamator.
Dari Sosialita Jadi Filantropis
Kartika Sari Dewi mungkin tidak mengikuti jejak politik keluarga besar Soekarno, tetapi ia memilih jalan kemanusiaan.
Ia mendirikan Kartika Soekarno Foundation (KSF), sebuah yayasan yang fokus pada nutrisi dan pendidikan anak-anak Indonesia.
Lewat yayasan itu, Kartika ingin memastikan generasi muda mendapat kesempatan tumbuh sehat dan cerdas, sebuah nilai yang diyakininya sejalan dengan cita-cita Bung Karno.
Program-program KSF bahkan mendapat perhatian dunia internasional, menjadikan Kartika salah satu putri Soekarno yang aktif menjaga warisan ayahnya melalui kerja sosial.