Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Malaysia

    Sosok Sultan Ibrahim, Miliarder Sekaligus Raja Malaysia yang Ketus pada DPR demi Rakyat | Sindonews

    5 min read

     Dunia Internasional,

    Sosok Sultan Ibrahim, Miliarder Sekaligus Raja Malaysia yang Ketus pada DPR demi Rakyat | Halaman Lengkap


    Sultan Ibrahim, miliarder sekaligus raja Malaysia yang ketus pada Parlemen demi membela rakyat Malaysia. Foto/Instagram/officialsultanibrahim

    JAKARTA 

    - Sultan Ibrahim bin Sultan Iskandar adalah Yang di-Pertuan Agong atau Raja Kerajaan Malaysia. Dia dikenal sebagai miliarder dengan dengan kekayaan keluarga sekitar USD5,7 miliar (Rp92,6 triliun).

    Dia merupakan penguasa yang vokal dan bertekad untuk memberikan pengaruh serta menolak menjadi apa yang disebutnya sebagai "raja boneka" di pemerintahan Malaysia.

    Miliarder berusia 66 tahun ini naik takhta tahun lalu di bawah sistem monarki konstitusional Malaysia yang unik, di mana sembilan penguasa turun-temurun, yang dikenal sebagai "sultan", bergantian menjadi raja.

    Baca Juga: Miliarder John Fredriksen Tinggalkan Inggris, Sebut Dunia Barat Menuju Kehancuran

    Sultan Ibrahim, yang memimpin Johor, negara bagian terpadat kedua di Malaysia, dianggap sebagai salah satu tokoh paling berkuasa dan kaya di negara ini jauh sebelum naik takhta. Dia menonjol bahkan di antara para sultan karena kekayaannya yang begitu sering dia pamerkan.

    Sang raja, yang digambarkan oleh Bloomberg sebagai "pengendara sepeda motor, pengemudi Ferrari, dan aktif di Instagram", memiliki koleksi 300 mobil mewah dan empat jet pribadi, termasuk sebuah Boeing 737, serta memiliki kehadiran yang kuat di media sosial dengan lebih dari 1,1 juta pengikut di Facebook dan 973.000 pengikut di Instagram.

    Meskipun banyak perhatian tertuju pada kekayaan dan pengaruhnya, dia juga dikenal karena menyuarakan isu-isu yang biasanya diserahkan kepada politisi terpilih.

    Meskipun peran raja di Malaysia sebagian besar bersifat seremonial, Sultan Ibrahim telah menegaskan bahwa dia tidak berniat menghabiskan lima tahun masa pemerintahannya sebagai "raja boneka", melainkan bersumpah untuk memerangi korupsi dan memajukan persatuan nasional.

    Dia telah memposisikan dirinya sebagai raja rakyat dan mengadvokasi toleransi di Malaysia. Dia pernah menyatakan bahwa dia berdiri bersama rakyatnya, alih-alih bersama anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Parlemen terpilih.

    "Ada 222 dari Anda (anggota Parlemen) di Parlemen—ada lebih dari 30 juta di luar," katanya dalam sebuah wawancara dengan The Straits Times di akhir tahun 2023. "Saya tidak bersama Anda. Saya bersama mereka."

    Dalam pidato kerajaan di sidang Parlemen awal bulan ini, dia meminta anggota Parlemen untuk "berhenti berpolitik" dalam setiap isu untuk memprioritaskan kepentingan satu partai atau kelompok, seperti yang dilaporkan oleh surat kabar Malaysia, The Star.

    "Pemerintah harus memastikan kinerja yang baik ini akan menguntungkan seluruh rakyat dan bukan hanya kalangan tertentu," katanya, merujuk pada kinerja ekonomi negara pada tahun 2024.

    Pernyataan terus terang seperti ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan politisi terkemuka tentang luasnya pengaruhnya di seluruh negeri.

    "Dia orang yang sangat agresif dalam banyak hal," ujar Mahathir Mohamad, mantan perdana menteri yang sering berselisih dengan para sultan selama 24 tahun masa jabatannya, sebagaimana dikutip dari VN Express.

    "Dalam situasi di mana pemerintah lemah, pemerintah tidak dapat memaksakan aturan kepada penguasa," ujarnya.

    Selain itu, Sultan Ibrahim telah menghadapi pengawasan karena terlibat dalam usaha bisnis swasta di samping tanggung jawab resminya.

    Keluarga Kerajaan Johor memiliki investasi di berbagai industri dan usaha, termasuk proyek Forest City senilai USD100 miliar yang bekerja sama dengan pengembang China; Country Garden, menurut The Business Times.

    Raja taipan itu beralasan bahwa dia "harus mencari nafkah seperti orang lain" karena dia tidak dapat hanya mengandalkan tunjangan bulanannya sebesar RM27.000 (USD6.100), dan bahwa dia selalu terbuka dan transparan tentang bisnisnya.

    "Saya tidak pernah mencoba menyembunyikan urusan bisnis saya menggunakan proxy, seperti yang dilakukan beberapa orang," ujarnya.

    Namun, orientasi bisnisnya juga mendorong dorongannya untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

    Dia telah mendesak pemerintah federal untuk berfokus pada inisiatif infrastruktur utama, mengadvokasi kebangkitan kereta cepat Kuala Lumpur-Singapura dan upaya untuk merevitalisasi proyek Forest City yang sedang terpuruk.

    Dalam sebuah pidato kerajaan, dia menyerukan investasi yang lebih besar dalam industri teknologi tinggi dan digital, peningkatan infrastruktur, layanan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik, serta perumahan yang lebih terjangkau bagi warga negara.

    Dia mendorong upaya kolektif untuk menjaga negara tetap bersih dan aman bagi wisatawan di tengah kampanye pariwisata negara yang baru saja diluncurkan, Visit Malaysia 2026, yang dia pandang sebagai peluang untuk memperkenalkan budaya dan nilai-nilai unik Malaysia kepada dunia.

    "Ini juga akan membuka peluang ekonomi dan memperkuat citra negara di mata dunia," imbuh dia.

    Meskipun memiliki visi ambisius dan kepemimpinan yang aktif, Sultan Ibrahim mengungkapkan dalam wawancara dengan The Straits Times bahwa dia awalnya merasa khawatir untuk menjadi raja.

    "Saya tidak tahu apa yang akan saya hadapi, kejutan budaya," ujarnya.

    Namun, dia memuji didikan yang membentuk ketahanan dan kesiapannya menghadapi tantangan, termasuk potensi konflik politik.

    Dia mengenang bagaimana almarhum ayahnya, Sultan Iskandar, yang memerintah Johor dari tahun 1981 hingga wafatnya pada tahun 2010, sangat ketat terhadapnya. Ayahnya pernah menolak memberinya uang untuk membeli sepeda setelah dia membawa pulang rapor yang buruk. Dengan tekad bulat, dia mengumpulkan botol, kotak, dan besi tua untuk didaur ulang dan akhirnya menabung cukup banyak untuk membeli sepeda chopper pertamanya.

    Sultan Ibrahim menikah dengan Raja Zarith Sofiah, seorang anggota keluarga kerajaan lain, dan mereka memiliki enam anak—lima putra dan satu putri. Istrinya, seorang lulusan Oxford, juga telah menulis beberapa buku anak-anak, seperti dilansir AP.

    Sultan Ibrahim beberapa bulan lalu melakukan perjalanan ke luar negeri untuk menjalani perawatan konservatif guna mengatasi nyeri muskuloskeletal akibat latihan militer yang berat dan keterlibatan aktifnya dalam olahraga seperti polo di masa mudanya. Perawatan tersebut berhasil.

    Datuk R. Sugumaran, pejabat pribadi raja dan mantan ajudan sejak 2003, menyampaikan kepada kantor berita Bernama bahwa raja menghargai ketepatan waktu, selalu tiba 5-10 menit lebih awal daripada membuat orang lain menunggu.

    Dia menambahkan bahwa Sultan Ibrahim berbelas kasih dan cepat berempati kepada orang lain, meskipun dia memiliki sikap yang tegas. Dia juga senang berinteraksi dengan rakyat dan mendengarkan keluh kesah mereka.

    "Yang Mulia tidak suka marah dan cepat menunjukkan belas kasihan. Jika seseorang melakukan kesalahan dan kami meminta Yang Mulia untuk memberinya kesempatan lagi, tanggapan Sultan akan selalu, 'Baiklah Sugu (Sugumaran), lakukanlah apa yang menurutmu benar'," kata Sugumaran.

    (mas)

    Komentar
    Additional JS