Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Bahlil Lahadalia BBM Etanol Featured Istimewa Spesial

    Bahlil Mau Wajibkan BBM Campur Etanol 10 Persen Masuk Tangki Kendaraan, Pakar Otomotif: Konsumsi BBM Lebih Boros dan Menyerap Air - Fajar

    5 min read

     

    Bahlil Mau Wajibkan BBM Campur Etanol 10 Persen Masuk Tangki Kendaraan, Pakar Otomotif: Konsumsi BBM Lebih Boros dan Menyerap Air

    FAJAR.CO.ID -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mewacanakan akan mewajibkan penggunaan BBM campur etanol 10 persen pada setiap kendaraan. Namun, pakar otomotif mengingatkan dampak dari campuran etanol pada BBM dapat membuat konsumsi BBM menjadi lebih boros.

    Dampak lain pada penggunaan BBM campur etanol yang juga perlu perhatian adalah sifat etanol yang mudah menyerap air. Bila mesin kendaraan belum didesain lebih tahan korosif, maka penggunaan etanol yang lebih mudah menyerap air membuat komponen kendaraan lebih mudah berkarat.

    Pemerintah saat ini tengah menyiapkan kebijakan baru untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) sekaligus menekan emisi karbon. Salah satunya dengan mewacanakan menambah etanol 10 persen pada BBM atau dikenal dengan istilah biofuel.

    Rencana pemerintah mewajibkan penggunaan bahan bakar minyak atau BBM campir etanol mulai 2026 memicu perdebatan di kalangan industri otomotif.

    Di satu sisi, kebijakan ini dinilai selaras dengan transisi energi hijau. Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran soal kesiapan teknis kendaraan dan infrastruktur bahan bakar di lapangan.

    Langkah kontroversial ini diumumkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Dia telah memastikan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui implementasi mandatori penggunaan E10 — campuran 10 persen etanol berbasis nabati (seperti tebu dan jagung) dengan 90 persen bensin fosil.

    Kebijakan tersebut meniru model keberhasilan biodiesel sawit (B40) yang lebih dulu berjalan beberapa waktu belakangan.

    Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak, memperkuat ketahanan energi nasional, sekaligus mempercepat peralihan menuju energi yang lebih ramah lingkungan.

    Namun, penambahan etanol pada BBM untuk kendaraan masyarakat juga tanpa dampak buruk jika tidak disiapkan dengan baik. Sejumlah pihak menilai penambahan etanol pada BBM tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa.

    Analisis dampak penambahan etanol pada BBM, salah satunya datang dari reviewer otomotif sekaligus pembalap nasional, Fitra Eri. Dia menilai kebijakan ini idealnya secara bertahap agar industri otomotif dan penyedia bahan bakar memiliki waktu beradaptasi.

    Fitra Eri mengakui salah satu keunggulan penambahan etanol pada kendaraan adalah kemampuannya untuk
    meningkatkan oktan dan menekan konsumsi bahan bakar fosil.

    Akan tetapi, BBM campur etanol juga bukan tanpa dampak pada performa kendaraan. "Nilai energinya menjadi lebih kecil. Akibatnya, tenaga mesin bisa sedikit turun dan konsumsi BBM justru jadi lebih boros,” ujar Fitra melalui akun Instagram-nya @fitra.eri yang dilihat Kamis (9/10/2025).

    Ia juga mengingatkan soal sifat etanol yang mudah menyerap air dari udara. Kondisi ini berisiko menimbulkan korosi pada komponen mesin, terutama di negara tropis dengan kelembapan tinggi seperti Indonesia.

    “Aman digunakan, asal base fuel dan aditifnya memang dirancang untuk campuran etanol. Tapi faktanya, banyak SPBU swasta belum siap, karena aditif mereka masih berbasis bahan bakar konvensional,” jelasnya.

    Selain itu, menurut Fitra, tidak semua mesin mobil tahan pada etanol yang tercampur dalam BBM. Memang, mesin pada mobil-mobil modern relatif siap menghadapi bahan bakar beretanol.

    Namun, kendaraan lawas, khususnya yang diproduksi pada era 1980–1990-an berpotensi bermasalah. Mesin kendaraan yang dibuat pada tahun di bawah 1990-an, sebagian besar dirancang tanpa adaptasi penambahan etanol pada BBM.

    Perubahan pada penggunaan BBM dengan mencampur etanol, kata Fitra Eri, bisa saja dilakukan, tetapi juga harus memberi waktu pada industri otomotif untuk beradaptasi.

    “Produsen otomotif perlu waktu untuk memastikan semua model baru yang dijual kompatibel dengan etanol. Kemudian beri kesempatan kepada SPBU swasta maupun Pertamina untuk merancang aditif yang lebih bagus lagi untuk bekerja bersama dengan base fuel beretanol," imbaunya.

    Fitra menekankan bahwa transisi menuju bahan bakar rendah emisi tetap penting, tapi harus dilakukan dengan perencanaan matang.

    “Perubahan ini boleh, tapi jangan mendadak. Berikan waktu bagi industri menyesuaikan diri, supaya konsumen tetap mendapatkan bahan bakar berkualitas dan kendaraan yang awet,” ujarnya menegaskan.

    Konsumsi BBM Indonesia 1,6 Juta Barel per Hari


    Sebagai informasi juga, kebijakan ini muncul di tengah fakta bahwa konsumsi BBM nasional mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari, sementara produksi minyak domestik baru sekitar 600 ribu barel per hari.

    Artinya, Indonesia masih mengimpor sekitar 1 juta barel per hari untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.

    Dengan mendorong pemanfaatan etanol berbasis bahan nabati, pemerintah berharap dapat menekan ketergantungan impor sekaligus membuka peluang bagi industri bioenergi nasional.

    Namun, sebelum kebijakan ini benar-benar diterapkan, satu hal menjadi kunci: sinkronisasi antara visi energi hijau dan kesiapan teknis di lapangan. (*)

    Pentingnya Perjanjian dalam Bentuk Akta Notaris
    Komentar
    Additional JS