Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Israel Qatar

    Israel Sasar Gudang Penyimpanan Senjata di Beit Lahiya, Qatar Frustasi dengan Kekerasan Bertubi - Tribunnews

    6 min read

     

    Israel Sasar Gudang Penyimpanan Senjata di Beit Lahiya, Qatar Frustasi dengan Kekerasan Bertubi - Tribunnews.com

    Editor: Tiara Shelavie


    khaberni/tangkap layar
    SERANGAN UDARA ISRAEL - Tangkap layar Khaberni yang menunjukkan bekas ledakan bom dari serangan udara Israel di Beit Lahiya, Gaza Utara, Sabtu (14/3/2025). Militer Israel kembali melancarkan serangan udara di wilayah Beit Lahiya, Gaza utara, pada Rabu (29/10/2025), menewaskan sedikitnya dua orang, menurut laporan Rumah Sakit al-Shifa. 
    Ringkasan Berita:
    • Militer Israel kembali menggempur Beit LahiyaGaza utara, menewaskan dua orang dan memperburuk gencatan senjata yang rapuh.
    • Serangan itu terjadi sehari setelah Netanyahu memerintahkan balasan “kuat” ke Gaza selatan yang menewaskan lebih dari 100 orang.
    • Trump menilai gencatan senjata masih aman, namun Qatar dan PBB mengecam keras kekerasan berulang itu.

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel kembali melancarkan serangan udara di wilayah Beit LahiyaGaza utara, pada Rabu (29/10/2025), menewaskan sedikitnya dua orang, menurut laporan Rumah Sakit al-Shifa.

    Israel mengklaim serangan itu menargetkan lokasi penyimpanan senjata yang disebut sebagai “ancaman langsung” bagi pasukannya, Al Jazeera melaporkan.

    Serangan tersebut memperburuk ketegangan di tengah gencatan senjata rapuh yang sudah berulang kali dilanggar.

    Gelombang pemboman ini terjadi sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan serangan balasan “kuat” ke Gaza selatan, menyusul kematian seorang tentara Israel di Rafah.

    Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 104 orang tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

    Israel berdalih menargetkan anggota senior Hamas, sementara Hamas membantah keterlibatan dalam penembakan di Rafah dan menegaskan komitmennya terhadap gencatan senjata.

    Menyikapi situasi ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim bahwa gencatan senjata “tidak dalam bahaya” meski kekerasan terus berlanjut, dikutip dari CNN.

    Sementara itu, mediator regional Qatar menyatakan rasa frustrasinya terhadap kekerasan yang terus berulang.

    “Harapan singkat akan ketenangan berubah menjadi keputusasaan,” ujar juru bicara Qatar kepada Gulf News.

    Doha menegaskan tetap berupaya menjaga jalur diplomatik agar fase kedua gencatan senjata, termasuk pelucutan senjata Hamas, bisa terlaksana.

    Di lapangan, warga Gaza kembali menjadi korban utama.

    Khadija al-Husni, seorang ibu pengungsi di kamp Shati, mengatakan serangan itu terjadi saat warga “baru mulai bernapas kembali.”

    “Entah ada gencatan senjata atau perang—tidak mungkin keduanya,” katanya kepada AFP.

    PBB juga mengecam keras serangan tersebut.

    Juru bicara Sekretaris Jenderal Antonio Guterres, Stephane Dujarric, menyebut “pembunuhan warga sipil, termasuk banyak anak-anak, tidak bisa dibenarkan.”

    Kepala HAM PBB Volker Turk menambahkan, “Jangan biarkan perdamaian lepas dari genggaman kita,” seraya menyerukan semua pihak mematuhi kesepakatan gencatan senjata.

    Pemulangan Jenazah Sandera

    Di sisi lain, Hamas menunda penyerahan jenazah tawanan yang telah meninggal, menuduh Israel melanggar kesepakatan dan menghambat proses pemulangan jenazah.

    Hamas juga mengecam larangan kunjungan Palang Merah ke tahanan Palestina sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

    Sementara itu, kelompok The Elders – organisasi berisi mantan pemimpin dunia seperti Ban Ki-moon dan Mary Robinson – menyerukan pembebasan Marwan Barghouti, tokoh Palestina yang sering disebut sebagai “Nelson Mandela-nya Palestina.”

    Dalam pernyataannya yang dikutip Reuters, The Elders mendesak Israel menghormati hukum internasional dan meminta Presiden Trump memastikan pembebasan Barghouti.

    “Marwan Barghouti telah lama menjadi pendukung solusi dua negara melalui cara damai,” ujar The Elders.

    “Perlakuan buruk terhadap tahanan Palestina adalah pelanggaran hak asasi manusia yang serius.”

    Serangan terbaru ini semakin memperdalam keretakan diplomatik di Timur Tengah, dengan Qatar, Mesir, dan PBB berupaya keras menjaga gencatan senjata tetap bertahan di tengah siklus kekerasan yang tampaknya tak berujung.

    (Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

    Komentar
    Additional JS