Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Brazil Dunia Internasional Featured Narkoba Rio de Janeiro

    Mayat-mayat Bergelimpangan di Jalanan Rio de Janeiro usai Polisi Gerebek Geng Narkoba Terkuat - SindoNews

    3 min read

     

    Mayat-mayat Bergelimpangan di Jalanan Rio de Janeiro usai Polisi Gerebek Geng Narkoba Terkuat

    Kamis, 30 Oktober 2025 - 11:36 WIB


    Mayat-mayat bergelimpangan di sebuah ruas jalan di kota Rio de Janeiro, Brasil, setelah polisi menggerebek geng narkoba terkuat yang dikenal sebagai Comando Vermelho. Foto/O Globo
    A
    A
    A
    RIO DE JANEIRO - Ratusan mayat bergelimpangan di sebuah ruas jalan di kota Rio de Janeiro, Brasil, setelah polisi menggerebek geng narkoba terkuat yang dikenal sebagai Comando Vermelho pada Rabu. Jalanan itu kini dipenuhi warga yang menunggu banyak jasad semalaman.

    Polisi negara bagian Rio de Janeiro mengatakan penggerebekan yang menargetkan geng narkoba terkuat telah direncanakan secara menyeluruh selama lebih dari dua bulan, yang dirancang untuk menggiring para tersangka ke lereng bukit berhutan tempat unit operasi khusus sedang menunggu untuk menyergap.

    “Tingginya tingkat kematian dari operasi ini memang sudah diperkirakan tetapi tidak diinginkan,” ujar Victor Santos, kepala keamanan negara bagian Rio de Janeiro, dalam konferensi pers, yang dilansir Reuters, Kamis (30/10/2025).

    Baca Juga: Rio de Janeiro Jadi Medan Perang, Polisi vs Geng Narkoba Baku Tembak Tewaskan 132 Orang

    Polisi Rio de Janeiro mengonfirmasi 119 kematian sejauh ini, termasuk empat petugas polisi. Namun, Kantor Pembela Umum—sebuah badan negara di Rio de Janeiro yang menyediakan bantuan hukum bagi masyarakat miskin—mengatakan jumlah akhir meningkat menjadi setidaknya 132 orang.

    Santos mengatakan tidak ada hubungan antara kekerasan tersebut dengan acara-acara global yang akan diselenggarakan Rio de Janeiro minggu depan terkait negosiasi iklim COP30 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk pertemuan puncak para wali kota C40 yang membahas pemanasan global dan Penghargaan Earthshot Pangeran William.

    Warga di lingkungan Penha di Rio de Janeiro mengumpulkan puluhan jenazah dari hutan di sekitarnya semalaman dan menata lebih dari 70 jenazah di tengah jalan utama.

    “Saya hanya ingin membawa putra saya keluar dari sini dan menguburkannya,” kata Taua Brito, ibu dari salah satu korban tewas, dikelilingi oleh para pelayat dan penonton yang menangis di kedua sisi barisan jenazah yang panjang, beberapa di antaranya ditutupi seprai atau tas.

    Sebuah iring-iringan sepeda motor berangkat dari lingkungan tersebut pada sore hari untuk memprotes kekerasan polisi di luar istana gubernur, tempat para demonstran berkumpul sambil melambaikan bendera Brasil yang diwarnai dengan tanda telapak tangan merah.

    Penggerebekan polisi paling mematikan di kota ini sebelumnya adalah penggerebekan tahun 2021 yang menewaskan 28 orang di lingkungan Jacarezinho. Pada tahun 1992, 111 tahanan tewas ketika polisi Sao Paulo menyerbu Lembaga Pemasyarakatan Carandiru untuk memadamkan pemberontakan.

    PBB Desak Penyelidikan


    Para pejabat PBB dan pakar keamanan mengkritik tingginya korban jiwa dalam operasi polisi bergaya militer tersebut. Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pembunuhan tersebut menambah tren penggerebekan polisi yang sangat mematikan di komunitas-komunitas terpinggirkan di Brasil.

    “Kami mengingatkan pihak berwenang akan kewajiban mereka berdasarkan hukum hak asasi manusia internasional, dan mendesak penyelidikan yang cepat dan efektif,” kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan.

    Keluarga korban menggambarkan bukti eksekusi singkat, termasuk anggota badan yang diikat, luka tusuk, dan tembakan di wajah dan leher.

    “Beberapa keluarga melaporkan tanda-tanda penyiksaan pada jenazah para korban,” kata Guilherme Pimentel, seorang pengacara hak asasi manusia yang bekerja dengan keluarga korban di kamar mayat polisi Rio de Janeiro.

    Gubernur Rio de Janeiro Claudio Castro mengatakan dia yakin mereka yang tewas dalam operasi itu adalah penjahat yang menembakkan senjata api dari hutan.

    "Saya rasa tidak akan ada orang yang berjalan-jalan di hutan pada hari konflik," katanya kepada wartawan, menyebut penggerebekan itu sebagai upaya memerangi "narkoterorisme".

    "Korban sebenarnya hanyalah petugas polisi," katanya.

    Pemerintah negara bagian Rio de Janeiro mengatakan operasi itu adalah yang terbesar yang pernah dilakukannya untuk menyasar geng Comando Vermelho, yang mengendalikan perdagangan narkoba di beberapa favela—permukiman miskin dan padat penduduk yang terjalin di antara perbukitan pesisir kota.

    Polisi mengatakan mereka telah menangkap 113 tersangka dalam operasi itu dan menyita 118 senjata api.

    Presiden Luiz Inácio Lula da Silva terkejut mengetahui polisi Rio de Janeiro telah melancarkan operasi "yang sangat berdarah dan penuh kekerasan" tanpa memberi tahu atau melibatkan pemerintah federal, kata Menteri Kehakiman Ricardo Lewandowski kepada para wartawan.

    Menteri tersebut mengatakan dia akan bertemu dengan gubernur Rio de Janeiro dan dapat menambah jumlah petugas keamanan federal di sana.

    Lula, yang kembali ke Brasilia Selasa malam setelah kunjungan ke Malaysia, bertemu dengan Wakil Presiden Geraldo Alckmin dan anggota kabinet kemarin untuk membahas masalah tersebut.
    (mas)
    Komentar
    Additional JS