Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Banjir Featured Istimewa Semarang Spesial

    Mengapa Banjir Semarang Tak Juga Surut Setelah Sepekan | tempo.co

    3 min read

     

    Mengapa Banjir Semarang Tak Juga Surut Setelah Sepekan | tempo.co



    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan fenomena cuaca ekstrem ini dipicu oleh dinamika atmosfer skala besar. Berdasarkan pengamatan pada 28 Oktober 2025, hujan sangat lebat di atas 100 mm per hari terjadi di beberapa wilayah Jawa Tengah, terutama Banjarnegara dan Kudus.

    Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

    Baca berita dengan sedikit iklan,

    “Kejadian hujan ekstrem tersebut dipicu oleh aktivitas kuat Madden–Julian Oscillation (MJO) yang sedang melintas di wilayah Indonesia bagian barat, termasuk Pulau Jawa,” kata Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani kepada Tempo, Jumat, 31 Oktober 2025.

    BACA JUGA
    Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta dan Sekitarnya Siap-siap Hujan Lagi Hari Ini

    Aktivitas MJO ini, kata Andri, berperan dalam meningkatkan pembentukan awan konvektif yang menghasilkan hujan dengan intensitas tinggi.

    BMKG juga memprakirakan kondisi hujan sedang hingga lebat masih berpotensi berlangsung di sebagian besar Jawa Tengah pada 1 November 2025. Peluang hujan ini didukung oleh aktivitas gelombang Rossby ekuatorial yang bergerak di sekitar wilayah Jawa dan meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan. 

    BACA JUGA
    BPBD Jakarta Catat 33 RT Masih Terendam Banjir Pagi Ini

    BMKG pun mengimbau masyarakat dan pihak terkait untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. “Khususnya di wilayah yang memiliki risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor,” ucap Andri.

    Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merencanakan penambahan armada Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengurangi potensi hujan di wilayah hulu Semarang. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan kondisi cuaca di dataran tinggi Semarang masih labil sehingga banjir belum surut, meski kawasan hilir tidak lagi diguyur hujan.

    "Kondisi ini membuat banjir di Kota Semarang seolah enggan pergi. Di sisi lain, keberadaan proyek tol dan tanggul laut turut memperlambat aliran air menuju laut," kata Muhari melalui keterangan tertulis, Kamis, 30 Oktober 2025.

    Merujuk pemantauan Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom) BNPB, genangan masih terpantau di sepanjang Jalan Kaligawe Raya hingga wilayah Genuk, Kota Semarang, hingga Rabu, 29 Oktober 2025. Ketinggian air di depan RSI Sultan Agung bahkan kembali naik hingga 90 sentimeter.

    Tim BNPB di lapangan melaporkan beberapa truk besar tampak terseok melewati jalur tersebut, sementara kendaraan kecil sama sekali tak mampu melintas. Banyak pekerja di kawasan industri Kaligawe terpaksa menumpang truk-truk yang lewat.

    Banjir juga masih merendam 15 kelurahan di tiga kecamatan. BNPB mencatat 22.669 jiwa terdampak, serta 39 jiwa harus mengungsi. Tiga warga lokal dilaporkan meninggal dunia akibat kecelakaan air, sementara satu orang masih dalam pencarian.

    Komentar
    Additional JS