Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa Makan Bergizi Gratis Spesial

    Semangka MBG Setipis Tisu, Ombudsman: Permainan Bahan Baku, - Kompas

    3 min read

     

    Semangka MBG Setipis Tisu, Ombudsman: Permainan Bahan Baku

    Kompas.com, 30 September 2025, 19:46 WIB
    Ramai di media sosial video siswa SMA memperlihatkan buah semangka tipis yang ada menu Makan Bergizi Gratis (MBG) miliknya
    Lihat Foto

    JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika menyoroti menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyajikan buah semangka yang diiris sangat tipis seperti tisu.

    Menurut Yeka, semangka yang diiris tipis-tipis itu merupakan salah satu bentuk penyimpangan dalam program MBG dengan mengakali pengadaan dan penggunaan bahan baku di lapangan.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    "Yang terjadi itu adalah permainan di bahan baku. Itu sangat unik. Faktanya banyak beredar, misalnya menu untuk Rp 10.000 porsi tapi buahnya (semangka) tipis banget, seperti tisu ‘wer-ewer’ gitu,” kata Yeka di kantor Ombudsman, Jakarta, Selasa (30/9/2025).

    Ia menjelaskan bahwa praktik seperti ini jelas melanggar standar penyajian dan prinsip penggunaan bahan baku dalam program MBG.

    Gempa Magnitudo 6,5 Guncang Sumenep, Terasa hingga Bali

    “Kalau cuma kasih snack atau buah yang sangat tipis, itu jelas permainan bahan baku, dan itu melanggar,” ujar Yeka.

    Yeka menuturkan, secara sistem, program MBG relatif sulit dikorupsi karena anggaran yang dicairkan pemerintah langsung mengalir ke virtual account dari masing-masing pelaksana.

    Akan tetapi, potensi penyimpangan tetap ada dengan mempermainkan harga bahan baku oleh pihak-pihak yang bertugas di lapangan.

    Menurut dia, celah penyimpangan itu muncul karena lemahnya pengawasan oleh pemerintah.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Oleh karena itu, Yeka menyarankan pemerintah untuk lebih serius membangun sistem pengawasan dan transparansi harga bahan baku.

    “Makanya pengawasan itu merupakan sebuah keniscayaan. Cuma sayangnya, di program-program seperti ini, pemerintah masih kurang aware terhadap pentingnya infrastruktur pengawasan. Mestinya ini dibuat transparan saja,” kata dia.

    Sebagai contoh, Yeka menyoroti ketidaksesuaian harga bahan pokok di lapangan yang sulit diverifikasi secara akurat.

    “Misalnya, harga telur di pasar Rp 30.000 per kilogram. Kalau SPPG belanja ke pasar, ya harusnya beli dengan harga segitu. Pertanyaan saya: siapa yang bisa menjamin bahwa dia benar-benar beli dengan harga Rp 30.000?” ujar Yeka.

    Menurut dia, bukti pembelian seperti bon atau kuitansi belum tentu bisa menjamin kebenaran harga yang tercatat.

    “Hanya pembuktian di atas kertas. Kalau tidak ada verifikasi, ya bisa saja dia belinya Rp 28.000 tapi dilaporkan Rp 30.000. Nah, yang seperti ini kan jadi persoalan,” kata Yeka.

    Yeka menambahkan, penyimpangan semacam ini bisa berdampak pada kualitas gizi makanan yang disajikan anak-anak, misalnya dengan porsi buah atau lauk yang tidak sesuai standar.

    “Apalagi kalau sudah semangka dipotong kecil-kecil begitu, ya itu jelas permainan bahan baku,” ujar dia.

    Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
    Komentar
    Additional JS