Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa Prabowo Subianto Purbaya Yudhi Sadewa Spesial

    Sindiran Prabowo Riwayat Pendidikan Purbaya di Depan Pejabat Negara: You Ada Gelar Profesornya Gak? - Tribunbengkulu

    5 min read

     

    Sindiran Prabowo Riwayat Pendidikan Purbaya di Depan Pejabat Negara: You Ada Gelar Profesornya Gak? - Tribunbengkulu.com

    Tribun X
    Doc.Menpan RB/TribunBengkulu Maulana Ahmad Al Hafizullah
    MENKEU PURBAYA - Kolase foto Menkeu Purbaya dan Presiden Prabowo Subianto, Jumat 17 Oktober 2025. Presiden Prabowo menyindir riwayat pendidikan Menkeu Purbay di hadapan para pejabat " “You ada (gelar) profesornya enggak". 

    TRIBUNBENGKULU.COM - Seketika suasana tegang saat penyerahan uang pengganti kerugian negara sebesar Rp 13 triliun dari kasus korupsi fasilitas ekspor Crude Palm Oil (CPO) berubah menjadi hangat dan penuh tawa. 

    Momen hangat dan penuh tawa itu berubah saat Presiden Prabowo membuka sambutan dengan menyapa satu per satu pejabat yang hadir di hadapannya.

    Ia memulai dari sang tuan rumah, Jaksa Agung RI, Profesor ST Burhanuddin. Suaranya lantang dan penuh penghormatan,

    “Yang saya hormati dan saya banggakan, Jaksa Agung RI Profesor ST Burhanuddin beserta seluruh jajaran Kejaksaan Agung yang saya banggakan.” Tepuk tangan pun bergema di ruangan, menandakan penghormatan bersama kepada sang jaksa agung.

    Tak berhenti di situ, Prabowo melanjutkan sapaan kepada para tokoh penting lain yang turut hadir. 

    Ia menyebut nama Menteri Pertahanan Jenderal (Purn) Sjafri Sjamsoeddin dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, dua sosok yang juga pernah menempuh perjalanan panjang di dunia militer seperti dirinya.

    Namun, suasana benar-benar mencair ketika giliran Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa disapa.

    Dengan nada bersahabat dan sedikit gurauan, Prabowo berkata, “Menteri Keuangan, Saudara Purbaya Yudhi Sadewa.”

    Setelah sejenak menatap ke arah Menkeu, ia menambahkan dengan tawa ringan, “You ada (gelar) profesornya enggak?”

    Tawa kecil pun pecah dari hadirin yang memenuhi aula.

    Purbaya, yang dikenal sebagai ekonom jebolan Purdue University, Amerika Serikat, tampak tersenyum menanggapi gurauan itu.

    Begitu mendengar bahwa sang menteri belum bergelar profesor, Prabowo kembali berkelakar, “Belum, belum. Sebentar lagilah.”

    Candaan itu tak berhenti di satu orang saja. Prabowo kemudian menoleh ke arah Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, dan kembali melontarkan canda segar.

    “Udah doktor? Belum doktor,” ujarnya sambil tersenyum.

    “Saya juga belum,” imbuhnya, membuat suasana ruangan semakin cair dan hangat.

    Bahkan kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Muhammad Yusuf Ateh, ia melontarkan pertanyaan serupa, “Udah doktor?”

    Saat Yusuf menjawab bahwa dirinya sudah bergelar doktor, Prabowo mengangguk sambil tersenyum lebar, disambut gelak tawa hadirin.

    Namun di balik canda yang menghangatkan ruangan itu, ada keseriusan besar yang tengah berlangsung.

    Acara tersebut menandai penyerahan uang pengganti kerugian negara dari kasus korupsi ekspor CPO yang nilainya mencapai Rp 13 triliun.

    Secara simbolis, Jaksa Agung ST Burhanuddin menyerahkan uang sebesar Rp 13.255.000.000 kepada negara.

    “Jumlahnya tidak mungkin kami hadirkan di sini semua. Kalau Rp 13 triliun, tempatnya tidak memungkinkan.

    Jadi ini sekitar Rp 2,4 miliar,” ujar Burhanuddin sambil menunjuk tumpukan uang warna merah yang dipajang di depan kamera wartawan.

    Kasus besar ini menyeret tiga perusahaan raksasa: PT Wilmar Group, PT Musim Mas, dan PT Nagamas Palmoil Lestari—anak perusahaan PT Permata Hijau Group.

    Ketiganya dinyatakan bersalah melanggar Pasal 2 Ayat (1) jo Pasal 18 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

    Dalam putusan kasasi, Mahkamah Agung menghukum PT Wilmar Group membayar uang pengganti sebesar Rp 11,8 triliun, sementara PT Musim Mas harus membayar Rp 4,89 triliun.

    Hingga saat ini, PT Musim Mas telah menyerahkan sekitar Rp 1,1 triliun, sementara PT Nagamas Palmoil Lestari menyetorkan Rp 186,4 miliar kepada Kejaksaan Agung.

    Angka-angka besar ini menjadi bukti nyata bahwa negara masih mampu menegakkan keadilan, sekaligus mengembalikan hak rakyat yang sempat dirampas.

    Di penghujung acara, suasana kembali mencair dengan gaya khas Prabowo yang tak bisa lepas dari humor.

    Namun di balik tawa yang bergema di ruangan Kejaksaan Agung hari itu, terselip pesan kuat: keadilan bisa ditegakkan tanpa kehilangan sisi kemanusiaan.

    Sebuah momen bersejarah yang memperlihatkan bahwa perjuangan melawan korupsi tak harus selalu kaku kadang, ia datang bersama senyum dan tawa seorang pemimpin.

    Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

    Tags:
    Komentar
    Additional JS