Wisman Anjlok 80%, Bandara Kertajati Jadi Beban Bagi Pariwisata Majalengka - Bisnis com
Wisman Anjlok 80%, Bandara Kertajati Jadi Beban Bagi Pariwisata Majalengka
Bisnis.com, MAJALENGKA - Harapan besar menjadikan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati sebagai pintu masuk pariwisata global ke Kabupaten Majalengka kembali terguncang.
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Majalengka mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada Juli 2025 hanya mencapai 263 orang.
Angka ini terjun bebas lebih dari 80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 1.365 orang.
Kepala BPS Majalengka Joni Kasmuri menyebut penurunan tersebut menjadi alarm serius bagi keberlangsungan industri pariwisata daerah.
"Jika dibandingkan dengan Juni 2025 yang mencapai 513 kunjungan, jumlah pada Juli turun hampir setengahnya. Tren ini menunjukkan bahwa arus wisman ke Majalengka melalui Kertajati masih jauh dari stabil, apalagi jika dikaitkan dengan target PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari sektor pariwisata,” ujarnya, Rabu (3/9/2025).
Menurut Joni, lonjakan investasi infrastruktur yang selama ini dikapitalisasi untuk membangun daya tarik Majalengka kini menghadapi tantangan serius.
Baca Juga
Dengan penurunan drastis kunjungan wisman, dampak ekonomi mulai terasa, terutama bagi sektor perhotelan, transportasi lokal, hingga usaha mikro yang bergantung pada wisatawan.
“Pariwisata bukan sekadar hitungan jumlah wisatawan. Setiap kedatangan wisman punya efek domino pada ekonomi rakyat. Kalau jumlahnya anjlok, maka daya ungkitnya otomatis melemah. Ini harus segera jadi perhatian serius, baik pemerintah daerah maupun pengelola bandara,” tegas Joni.
Berdasarkan data BPS, wisman asal Singapura masih mendominasi kunjungan pada Juli 2025 dengan jumlah 105 orang. Namun, angka ini turun signifikan dari 206 orang pada bulan sebelumnya.
Hal serupa juga dialami oleh wisatawan asal Tiongkok, yang jumlahnya merosot dari 94 orang di Juni menjadi hanya 14 orang di Juli.
“Dua pasar besar yang selama ini menopang kunjungan internasional ke Majalengka justru mengalami kontraksi tajam. Ini menandakan ada persoalan serius terkait daya tarik maupun konektivitas rute penerbangan,” jelas Joni.
Meski secara total terjadi penurunan, ada perkembangan menarik dari sisi keberagaman asal negara wisatawan. Beberapa negara justru mencatatkan kenaikan, seperti Malaysia dari 12 menjadi 21 orang, serta Filipina dari 1 menjadi 6 orang.
Selain itu, masuk pula wisman dari negara-negara yang sebelumnya tidak tercatat, seperti Amerika Serikat (6 orang), Inggris (3 orang), Belanda (2 orang), Jerman (1 orang), dan Perancis (1 orang).
“Diversifikasi ini harusnya jadi modal awal. Artinya, meskipun angka total kecil, Majalengka sudah mulai dilirik oleh pasar yang lebih luas. Namun, tanpa strategi promosi yang agresif, keberagaman ini tidak akan otomatis berubah menjadi volume besar,” kata Joni.
Menurut BPS, fluktuasi jumlah kunjungan wisman ke Majalengka mencerminkan adanya faktor musiman dan kondisi eksternal. Juli misalnya, bertepatan dengan periode libur panjang di beberapa negara Asia Tenggara, namun persaingan destinasi antarnegara semakin ketat.
“Wisatawan punya banyak pilihan. Kalau infrastruktur pendukung, promosi, dan aksesibilitas kita kalah, mereka dengan mudah beralih ke negara tetangga. Padahal, Bandara Kertajati seharusnya bisa menjadi gerbang utama dengan potensi logistik dan pariwisata yang luar biasa,” papar Joni.
Penurunan ini, lanjut Joni, tidak bisa dianggap sekadar angka statistik. Pemerintah daerah harus segera membaca tren global, memanfaatkan momentum kehadiran bandara internasional, dan menyesuaikan strategi. Tanpa langkah konkret, Majalengka akan terus kehilangan peluang emas.
“Kalau tidak segera direspons, kita hanya akan menjadi penonton. PAD dari sektor pariwisata yang selama ini digadang-gadang bisa menopang pembangunan daerah bisa tergerus. Investasi di sektor ini akan stagnan,” tambahnya.
Joni juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, pengelola bandara, dan pelaku usaha wisata. Menurutnya, promosi internasional, paket wisata tematik, dan event-event berskala global perlu digenjot agar Majalengka tidak sekadar menjadi kota transit.
Meski kondisi saat ini belum menggembirakan, BPS menilai ada peluang untuk bangkit. Keberagaman asal wisman menjadi sinyal awal yang bisa dikapitalisasi. Ditambah, jika pemerintah pusat konsisten mendukung rute penerbangan internasional di Kertajati, Majalengka bisa kembali menarik minat pasar mancanegara.
“Jangan sampai Kertajati hanya jadi simbol kebanggaan tanpa isi. Angka-angka ini bicara keras: kita harus segera berbenah,” tutup Joni.