Kisah Gumbreg, Pasukan Barisan Berani Mati Bung Tomo yang Tembak Pesawat Tempur di Perang November 1945 - SINDOnews
2 min read
Kisah Gumbreg, Pasukan Barisan Berani Mati Bung Tomo yang Tembak Pesawat Tempur di Perang November 1945
Rabu, 05 November 2025 - 07:23 WIB
Di balik peperangan November 1945 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional, sosok pemuda bernama Gumbreg menjadi salah satu pasukan Barisan Berani Mati bentukan Sutomo alias Bung Tomo. Foto: Ist
A
A
A
NAMAGumbreg tak begitu dikenal masyarakat Indonesia dalam perannya mempertahankan kemerdekaan . Namanya mungkin kalah dengan tokoh-tokoh yang diajukan menjadi pahlawan nasional seperti Soeharto, Marsinah, hingga KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur.
Namun, di balik itu peran Gumbreg ketika pertempuran mempertahankan kemerdekaan sangat vital. Bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Bahkan, peperangan sengit di beberapa daerah Indonesia terjadi kembali lagi, salah satunya di Jawa Timur dan Surabaya.
Baca juga: Kisah Subagyo HS, Jenderal Kopassus Berjuluk Bima yang Disegani Prabowo
Di balik peperangan November 1945 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional, Gumbreg menjadi salah satu pasukan Barisan Berani Mati bentukan Sutomo alias Bung Tomo. Memang secara peran Gumbreg jauh dari tokoh-tokoh seperti Bung Tomo, Gubernur Suryo, Mayjen Sungkono, hingga KH Hasyim Asy'ari yang mencetuskan resolusi jihad.
Tapi, Gumbreg seperti pemuda lain memiliki keberanian dan keahlian khusus. Gumbreg yang awalnya jadi pegawai pelayan kantor dagang milik Jepang mengundurkan diri dan bergabung ke pasukan Bung Tomo. Di pasukan Barisan Berani Mati itu Gumbreg dilatih khusus menembak, khususnya pesawat - pesawat Belanda dan sekutu.
Dikutip dari buku "Bung Tomo: Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November", sosok Gumbreg menjelma menjadi penembak pesawat udara di daerah pertempuran Surabaya. Selama berkiprah di pasukan Barisan Berani Mati, Gumbreg telah berhasil menembak lebih dari 10 pesawat musuh dengan tembakan meriam. Dia sangat bangga dengan keberhasilannya itu walaupun nyawanya menjadi taruhan.
Bahkan, pemuda asal Jember itu rela tidak digaji menjadi pasukan Barisan Berani Mati karena memang seluruh anggota pasukan ini sama sekali tidak mengharapkan gaji dan semata-mata ingin mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan Indonesia. Rekam jejaknya membuat Belanda dan sekutunya susah payah menguasai kembali Surabaya dan sekitarnya yang awalnya diprediksi mudah.
Seorang pemuda lainnya asal Jember bahkan rela mendaftarkan diri sebagai pasukan Barisan Berani Mati terlihat tidak meyakinkan secara penampilannya. Dia datang dari Jember menuju Surabaya memakai sarung lusuh dan hem yang kucel.
Belakangan dia ingin mendaftarkan diri sebagai anggota pasukan Barisan Berani Mati yang didirikan Bung Tomo. Dari penampilannya terlihat Bung Tomo awalnya tak yakin dengan pemuda tersebut. Bung Tomo pun mengajak pemuda itu berdialog dan akhirnya melihat bagaimana kesungguhan dan daya juangnya kendati sekilas terlihat begitu lemah.
Sang pemuda ini akhirnya dilatih meledakkan bom akhirnya Bung Tomo memberikan kesempatan pertama untuk meledakkan bom ke tank milik tentara sekutu. Dengan gagah berani, pemuda yang awalnya dikira memiliki fisik lemah itu maju tanpa rasa takut sedikit pun.
Dia berlari menuju tank tentara sekutu dan memasang bom. Tank sekutu meledak akibat bom yang diledakkan pemuda itu. Pemuda dari Jember yang membawa bom itu pun gugur sebagai syahid bersama hancurnya tank sekutu.
Namun, di balik itu peran Gumbreg ketika pertempuran mempertahankan kemerdekaan sangat vital. Bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Bahkan, peperangan sengit di beberapa daerah Indonesia terjadi kembali lagi, salah satunya di Jawa Timur dan Surabaya.
Baca juga: Kisah Subagyo HS, Jenderal Kopassus Berjuluk Bima yang Disegani Prabowo
Di balik peperangan November 1945 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional, Gumbreg menjadi salah satu pasukan Barisan Berani Mati bentukan Sutomo alias Bung Tomo. Memang secara peran Gumbreg jauh dari tokoh-tokoh seperti Bung Tomo, Gubernur Suryo, Mayjen Sungkono, hingga KH Hasyim Asy'ari yang mencetuskan resolusi jihad.
Tapi, Gumbreg seperti pemuda lain memiliki keberanian dan keahlian khusus. Gumbreg yang awalnya jadi pegawai pelayan kantor dagang milik Jepang mengundurkan diri dan bergabung ke pasukan Bung Tomo. Di pasukan Barisan Berani Mati itu Gumbreg dilatih khusus menembak, khususnya pesawat - pesawat Belanda dan sekutu.
Dikutip dari buku "Bung Tomo: Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November", sosok Gumbreg menjelma menjadi penembak pesawat udara di daerah pertempuran Surabaya. Selama berkiprah di pasukan Barisan Berani Mati, Gumbreg telah berhasil menembak lebih dari 10 pesawat musuh dengan tembakan meriam. Dia sangat bangga dengan keberhasilannya itu walaupun nyawanya menjadi taruhan.
Bahkan, pemuda asal Jember itu rela tidak digaji menjadi pasukan Barisan Berani Mati karena memang seluruh anggota pasukan ini sama sekali tidak mengharapkan gaji dan semata-mata ingin mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan Indonesia. Rekam jejaknya membuat Belanda dan sekutunya susah payah menguasai kembali Surabaya dan sekitarnya yang awalnya diprediksi mudah.
Seorang pemuda lainnya asal Jember bahkan rela mendaftarkan diri sebagai pasukan Barisan Berani Mati terlihat tidak meyakinkan secara penampilannya. Dia datang dari Jember menuju Surabaya memakai sarung lusuh dan hem yang kucel.
Belakangan dia ingin mendaftarkan diri sebagai anggota pasukan Barisan Berani Mati yang didirikan Bung Tomo. Dari penampilannya terlihat Bung Tomo awalnya tak yakin dengan pemuda tersebut. Bung Tomo pun mengajak pemuda itu berdialog dan akhirnya melihat bagaimana kesungguhan dan daya juangnya kendati sekilas terlihat begitu lemah.
Sang pemuda ini akhirnya dilatih meledakkan bom akhirnya Bung Tomo memberikan kesempatan pertama untuk meledakkan bom ke tank milik tentara sekutu. Dengan gagah berani, pemuda yang awalnya dikira memiliki fisik lemah itu maju tanpa rasa takut sedikit pun.
Dia berlari menuju tank tentara sekutu dan memasang bom. Tank sekutu meledak akibat bom yang diledakkan pemuda itu. Pemuda dari Jember yang membawa bom itu pun gugur sebagai syahid bersama hancurnya tank sekutu.
(jon)