Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Khashoggi MBS

    MBS Akui Pembunuhan Khashoggi Sebagai Kesalahan - Kompas

    6 min read

    MBS Akui Pembunuhan Khashoggi Sebagai Kesalahan

    Kompas.com, 19 November 2025, 23:07 WIB

    Penulis: Felix Tamsut & Jon Shelton/DW Indonesia

    WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pangeran Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) tiba di Gedung Putih, Selasa (18/11/2025) siang, disambut Presiden AS Donald Trump dengan kehormatan yang biasanya disiapkan bagi kepala negara: tembakan meriam, fly-over jet tempur, dan karpet seremonial di South Lawn.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Tak lama setelah memasuki Oval Office, MBS mengumumkan kabar besar: investasi Riyadh di AS, yang semula direncanakan 600 miliar dollar AS akan dinaikkan menjadi 1 triliun dollar AS.

    Kunjungan ini adalah yang pertama sejak pembunuhan brutal terhadap jurnalis Washington Post, Jamal Khashoggi, pada 2018, di tangan agen Saudi.

    Analis Ungkap Alasan Trump Undang MBS ke AS: Jauhkan Pengaruh China

    Dinas intelijen AS menyimpulkan, operasi itu sangat mungkin berlangsung atas sepengetahuan sang pangeran.

    Kesalahan besar

    Di depan perapian Oval Office, Trump memuji penguasa de facto Saudi tersebut.

    "Saya sangat terkesan oleh kinerjanya, dia luar biasa dalam hal hak asasi dan hal lainnya,” katanya, tanpa mengidahkan laporan pelanggaran HAM Saudi selama bertahun-tahun.

    Kedua tokoh sebaliknya terlihat nyaman membicarakan investasi. Suasana baru berubah ketika seorang wartawan menyinggung pembunuhan Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul, Turkiye.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Trump buru-buru menjawab dengan menggambarkan Khashoggi sebagai sosok yang sangat kontroversial, bahkan berujar banyak orang tidak menyukainya.

    Dia pun menambahkan MBS tidak tahu apa-apa soal operasi tersebut.

    Dunia mengingat kematian Khashoggi sebagai salah satu pembunuhan politik paling nekat: ketika rezim otoriter menjebak seorang pembangkang ke kantor diplomatik di luar negeri, untuk dibunuh dan dimutilasi oleh pembunuh profesional yang dikirim Riyadh.

    MBS sendiri menanggapi pendek.

    "Kematiannya menyakitkan, sebuah kesalahan yang sangat besar, dan kami berusaha memastikan itu tidak terjadi lagi," ujar MBS.

    Trump lalu membentak reporter yang mengajukan pertanyaan tersebut, menuduhnya telah mempermalukan sang pangeran.

    Benang kusut kepentingan

    Pada hari yang sama, The New York Times merilis laporan yang memperkarakan hubungan bisnis Trump dan MBS sebagai persilangan kepentingan publik dan privat yang jarang terlihat dalam sejarah politik Amerika.

    Trump, yang selama ini menyepelekan Klausul Emolumen dalam Konstitusi AS, larangan pejabat menerima hadiah dari raja atau pemerintah asing, kembali menepis pertanyaan apakah pantas keluarganya berbisnis dengan pemerintahan otoriter, yang sedang bernegosiasi dengannya sebagai presiden.

    "Saya tak ada urusan dengan bisnis keluarga," katanya. Ia menambahkan Trump Organization tak banyak berbisnis di kerajaan Saudi.

    Namun kenyataannya, kesepakatan terbaru melibatkan setidaknya empat proyek bertanda Trump di Maladewa, digarap bersama pengembang Saudi, Dar Global.

    Investor bisa ikut melalui pembelian token digital, model investasi yang disebut pakar menghadirkan risiko karena mempersulit regulator melacak identitas para pemilik modal.

    Dalam wawancara bersama CBS, Jared Kushner, menantu Trump yang juga mitra bisnis dalam sejumlah proyek properti dan kripto, membela diri.

    "Apa yang orang sebut konflik kepentingan. Kami menyebutnya pengalaman dan hubungan terpercaya," papar Kushner.

    Contohnya, Dar Global membayar 21,9 juta dollar AS untuk lisensi merek Trump pada 2024. Pembayaran langsung dari entitas asing kepada keluarga presiden yang sedang menjabat, sebuah aliran dana yang, dalam politik, jarang hadir tanpa motif.

    Normalisasi, Timur Tengah, dan perhitungan besar

    Trump juga mendorong Riyadh agar bergabung dalam Abraham Accords, proyek normalisasi hubungan Arab–Israel. Dia melihatnya sebagai jalan baru menstabilkan Timur Tengah.

    MBS menyatakan dirinya tengah mengupayakan normalisasi hubungan dengan Israel secepat mungkin, tanpa memberi rincian. Bahrain, Maroko, dan Uni Emirat Arab sudah bergabung.

    Tapi Saudi masih bertahan pada syarat klasik: pengakuan Palestina dan langkah nyata menuju negara merdeka.

    Trump mengatakan dia percaya sang pangeran cenderung menyetujui normalisasi. MBS, sebagai balasan, menegaskan keinginan Saudi agar warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat dapat hidup berdampingan secara damai dengan Israel, namun tetap menekankan perlunya jalan menuju solusi dua negara.

    Polemik jet siluman untuk Saudi

    Setelah pertemuan keduanya, Gedung Putih mengonfirmasi paket penjualan senjata besar-besaran: jet tempur siluman F-35 akan dijual ke Riyadh. Keputusan yang oleh sebagian pihak dinilai berisiko menimbulkan kegelisahan di Israel.

    "Sejauh pemahaman saya, kedua negara harus mendapat peralatan terbaik Israel tahu, dan mereka akan senang," papar Trump.

    Di tubuh pemerintahan Trump sendiri, penjualan F-35 ke Saudi memicu perdebatan. Sebagian menilai menilai logis jika sekutu utama AS di Timur Tengah memiliki peralatan canggih untuk menjamin interoperabilitas dengan militer AS.

    Namun yang lain khawatir: teknologi tercanggih Amerika itu bisa saja, pada akhirnya, jatuh ke tangan China - kompetitor strategis terbesar Washington.

    Artikel ini pernah tayang di DW Indonesia dengan judul: MBS Akui Pembunuhan Khashoggi Sebagai 'Kesalahan'.

    Komentar
    Additional JS