Jalur gerhana akan melintasi langit Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya, dan Mesir, sebelum bergerak menuju Arab Saudi dan Yaman. Selama fase totalitas, Matahari akan tertutup sepenuhnya oleh Bulan, sehingga siang hari berubah seperti malam dan menghadirkan pemandangan dramatis yang jarang terjadi.

Gerhana Matahari total memang bukan fenomena asing, namun durasi panjang seperti ini sangat jarang terjadi. Peristiwa serupa terakhir kali terjadi pada tahun 2009, dan para astronom memperkirakan fenomena setara baru akan terulang pada 2114 — lebih dari 80 tahun dari sekarang.

NASA menjelaskan bahwa gerhana ini tidak hanya istimewa karena durasinya, tetapi juga karena kesempatan ilmiah yang ditawarkannya. Selama totalitas, korona Matahari—cahaya melingkar yang hanya tampak ketika Matahari tertutup sempurna—akan terlihat jelas, memberikan momen penting bagi ilmuwan untuk mempelajari struktur atmosfer luar Matahari, medan magnet, hingga efek radiasi matahari.

Bagi masyarakat umum, fenomena ini menjadi pengingat akan keajaiban kosmos dan daya tarik manusia terhadap langit sejak zaman dahulu. Jika dulu gerhana dianggap sebagai pertanda menakutkan, kini ia menjadi perayaan besar bagi pengamat langit, ilmuwan, dan wisatawan astronomi.

Menjelang 2 Agustus 2027, sejumlah negara telah mulai menyiapkan lokasi pengamatan serta prosedur keselamatan agar masyarakat dapat menyaksikannya dengan aman, terutama terkait proteksi mata.

Gerhana Matahari 2027 diperkirakan akan menjadi peristiwa astronomi paling berkesan bagi dunia Arab, dan akan dikenang oleh generasi mendatang sebagai momen langit paling spektakuler abad ini.