5 Negara Arab Terkaya di Timur Tengah, Nomor Satu Bukan Arab Saudi - SindoNews
4 min read
5 Negara Arab Terkaya di Timur Tengah, Nomor Satu Bukan Arab Saudi
Senin, 08 Desember 2025 - 10:37 WIB
A
A
A
JAKARTA - Dunia Arab adalah rumah bagi beberapa negara terkaya di dunia, negara-negara yang kemakmurannya bersumber dari sumber daya alam yang melimpah, diversifikasi strategis, dan kepemimpinan visioner.
Pada tahun 2025 dan diproyeksikan berlanjut pada 2026, ada lima negara Arab terkaya di Timur Tengah yang terus menonjol tidak hanya karena kekayaan minyaknya, tetapi juga karena keberhasilan mereka dalam membangun ekonomi modern dan terdiversifikasi yang menarik investasi global.
Arab Saudi, yang dikenal sebagai salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia, kerap dianggap sebagai negara Arab terkaya nomor satu di Timur Tengah. Namun, anggapan itu keliru karena ada negara kecil yang justru menjadi yang terkaya, yakni Qatar.
Baca Juga: Cerita Negara Terkaya di Dunia Bangkrut setelah Mengimpor Lamborghini dan Ferrari
Pada tahun 2025 dan diproyeksikan berlanjut pada 2026, ada lima negara Arab terkaya di Timur Tengah yang terus menonjol tidak hanya karena kekayaan minyaknya, tetapi juga karena keberhasilan mereka dalam membangun ekonomi modern dan terdiversifikasi yang menarik investasi global.
Arab Saudi, yang dikenal sebagai salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia, kerap dianggap sebagai negara Arab terkaya nomor satu di Timur Tengah. Namun, anggapan itu keliru karena ada negara kecil yang justru menjadi yang terkaya, yakni Qatar.
Baca Juga: Cerita Negara Terkaya di Dunia Bangkrut setelah Mengimpor Lamborghini dan Ferrari
1. Qatar
Di peringkat pertama adalah Qatar, yang memimpin dalam hal kemakmuran per kapita di dunia Arab. Dalam pemetaan Prospek Ekonomi Dunia IMF per April 2025, PDB per kapita Qatar adalah USD121.610.
IMF juga menyajikan proyeksi populasi Qatar untuk tahun 2025 sebesar 3,1 juta jiwa dalam profil "At a Glance".
Qatar merupakan eksportir utama gas alam dan LNG. Berbagai analisis ekonomi Qatar mencatat bahwa ekspor energi mendominasi pendapatan ekspor dan pendapatan negara. Misalnya, dalam profil ekonomi negara-negara global, pendapatan energi merupakan pilar penting model fiskal Qatar.
Karena populasinya yang relatif kecil dan output sumber daya yang tinggi, imbal hasil per kapita Qatar sangat luar biasa.
Qatar berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan sektor-sektor berorientasi masa depan. Dana kekayaan kedaulatannya (QIA) berinvestasi secara global untuk mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi pasar energi.
IMF juga menyajikan proyeksi populasi Qatar untuk tahun 2025 sebesar 3,1 juta jiwa dalam profil "At a Glance".
Qatar merupakan eksportir utama gas alam dan LNG. Berbagai analisis ekonomi Qatar mencatat bahwa ekspor energi mendominasi pendapatan ekspor dan pendapatan negara. Misalnya, dalam profil ekonomi negara-negara global, pendapatan energi merupakan pilar penting model fiskal Qatar.
Karena populasinya yang relatif kecil dan output sumber daya yang tinggi, imbal hasil per kapita Qatar sangat luar biasa.
Qatar berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan sektor-sektor berorientasi masa depan. Dana kekayaan kedaulatannya (QIA) berinvestasi secara global untuk mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi pasar energi.
2. Uni Emirat Arab
Uni Emirat Arab (UEA) menempati peringkat kedua di antara negara-negara Arab terkaya berkat diversifikasi yang efektif dan kebijakan yang berwawasan ke depan.
Dalam proyeksi ekonomi, Reuters melaporkan bahwa ekonomi UEA diperkirakan tumbuh 4,9% pada tahun 2025, didorong oleh sektor hidrokarbon dan non-hidrokarbon.
Menurut profil ekonomi—misalnya dalam "Economy of the United Arab Emirates", PDB per kapita UEA diperkirakan mencapai USD82.000.
Keberhasilan UEA terletak pada perluasan jangkauannya di luar sektor minyak. Sektor non-minyaknya, yang mencakup pariwisata, penerbangan, perdagangan, keuangan, real estate, hingga teknologi kini menyumbang porsi substansial dari PDB.
Negara ini juga mempromosikan zona bebas, kepemilikan asing yang liberal, dan daya tarik bisnis multinasional—yang memungkinkannya bersaing secara global.
Dalam proyeksi ekonomi, Reuters melaporkan bahwa ekonomi UEA diperkirakan tumbuh 4,9% pada tahun 2025, didorong oleh sektor hidrokarbon dan non-hidrokarbon.
Menurut profil ekonomi—misalnya dalam "Economy of the United Arab Emirates", PDB per kapita UEA diperkirakan mencapai USD82.000.
Keberhasilan UEA terletak pada perluasan jangkauannya di luar sektor minyak. Sektor non-minyaknya, yang mencakup pariwisata, penerbangan, perdagangan, keuangan, real estate, hingga teknologi kini menyumbang porsi substansial dari PDB.
Negara ini juga mempromosikan zona bebas, kepemilikan asing yang liberal, dan daya tarik bisnis multinasional—yang memungkinkannya bersaing secara global.
3. Arab Saudi
Arab Saudi menempati posisi ketiga di antara lima negara Arab terkaya di Timur Tengah pada tahun 2025 jika dilihat dari kesejahteraan per kapita dan dinamika pertumbuhannya.
Dalam data IMF April 2025, PDB per kapita Arab Saudi adalah USD 61.920.
Dalam ringkasan jajak pendapat Reuters tentang prospek ekonomi Teluk, pertumbuhan PDB Arab Saudi pada tahun 2025 diproyeksikan sebesar 3,8%—rebound dari pertumbuhan yang lebih lemah pada tahun 2024.
Menurut analisis ekonomi Teluk, Arab Saudi sedang melakukan pivot melalui strategi Visi 2030-nya, mengembangkan megaproyek seperti NEOM, proyek Laut Merah, serta Qiddiya dan mendorong sektor-sektor seperti pariwisata, teknologi, dan energi terbarukan.
Dana Investasi Publik (PIF)-nya telah menjadi kendaraan utama untuk berinvestasi di industri-industri transformatif.
Mengingat skala dan sumber dayanya, Arab Saudi memiliki keuntungan dalam memanfaatkan cadangan devisa yang besar, tetapi metrik per kapitanya dimoderasi oleh populasinya yang besar. Kemampuannya untuk mengelola transisi hidrokarbon dan memperluas sektor-sektor berkelanjutan akan menentukan posisi jangka panjangnya.
Dalam data IMF April 2025, PDB per kapita Arab Saudi adalah USD 61.920.
Dalam ringkasan jajak pendapat Reuters tentang prospek ekonomi Teluk, pertumbuhan PDB Arab Saudi pada tahun 2025 diproyeksikan sebesar 3,8%—rebound dari pertumbuhan yang lebih lemah pada tahun 2024.
Menurut analisis ekonomi Teluk, Arab Saudi sedang melakukan pivot melalui strategi Visi 2030-nya, mengembangkan megaproyek seperti NEOM, proyek Laut Merah, serta Qiddiya dan mendorong sektor-sektor seperti pariwisata, teknologi, dan energi terbarukan.
Dana Investasi Publik (PIF)-nya telah menjadi kendaraan utama untuk berinvestasi di industri-industri transformatif.
Mengingat skala dan sumber dayanya, Arab Saudi memiliki keuntungan dalam memanfaatkan cadangan devisa yang besar, tetapi metrik per kapitanya dimoderasi oleh populasinya yang besar. Kemampuannya untuk mengelola transisi hidrokarbon dan memperluas sektor-sektor berkelanjutan akan menentukan posisi jangka panjangnya.
4. Kuwait
Kuwait berada di urutan keempat dalam daftar negara Arab terkaya di Timur Tengah. Kekuatan Kuwait bersumber dari cadangan minyak yang besar dan pengelolaan kekayaan tersebut melalui aset negara.
Dalam dataset IMF April 2025, PDB per kapita Kuwait adalah USD 50.960.
Model Kuwait yang telah lama berlaku melibatkan alokasi sebagian besar pendapatan minyak kepada Otoritas Investasi Kuwait (KIA), yang berinvestasi secara global untuk meredam volatilitas pendapatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kuwait menghadapi tekanan untuk mempercepat diversifikasi dan mengurangi ketergantungan negara pada minyak.
Beberapa laporan terbaru dari Financial Times menunjukkan Kuwait telah mempertimbangkan pinjaman untuk investasi infrastruktur, yang akan menjadi perubahan penting dalam postur fiskalnya yang sebelumnya konservatif.
Dengan demikian, meskipun Kuwait mungkin tertinggal dari negara-negara Teluk lainnya dalam hal diversifikasi, basis sumber daya dan infrastruktur pengelolaan kekayaannya membantunya mempertahankan status per kapita yang tinggi di antara negara-negara Timur Tengah terkaya.
Dalam dataset IMF April 2025, PDB per kapita Kuwait adalah USD 50.960.
Model Kuwait yang telah lama berlaku melibatkan alokasi sebagian besar pendapatan minyak kepada Otoritas Investasi Kuwait (KIA), yang berinvestasi secara global untuk meredam volatilitas pendapatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kuwait menghadapi tekanan untuk mempercepat diversifikasi dan mengurangi ketergantungan negara pada minyak.
Beberapa laporan terbaru dari Financial Times menunjukkan Kuwait telah mempertimbangkan pinjaman untuk investasi infrastruktur, yang akan menjadi perubahan penting dalam postur fiskalnya yang sebelumnya konservatif.
Dengan demikian, meskipun Kuwait mungkin tertinggal dari negara-negara Teluk lainnya dalam hal diversifikasi, basis sumber daya dan infrastruktur pengelolaan kekayaannya membantunya mempertahankan status per kapita yang tinggi di antara negara-negara Timur Tengah terkaya.
5. Bahrain
Di urutan kelima ada Bahrain. Negara ini telah lama menerapkan model ekonomi yang kurang bergantung pada minyak, yang membantunya mempertahankan posisinya di antara negara-negara Arab terkaya.
Pada kuartal pertama tahun 2024, PDB riil Bahrain tumbuh sebesar 3,3% year-on-year, dan sektor non-migasnya, yang menyumbang sekitar 85,9% PDB, juga tumbuh sebesar 3,3% pada periode tersebut.
Karena ekonomi Bahrain relatif kecil dalam produksi minyak, penekanan strategisnya adalah pada jasa keuangan, pariwisata, dan industri. Pangsa non-migasnya cukup menonjol, yakni 85,9% menurut laporan Reuters.
Namun, Bahrain menghadapi tantangan: cadangan hidrokarbon terbatas dan utang publik yang lebih tinggi, yang menggarisbawahi pentingnya reformasi struktural yang berkelanjutan, diversifikasi ekonomi lebih lanjut, dan peningkatan investasi.
Pada kuartal pertama tahun 2024, PDB riil Bahrain tumbuh sebesar 3,3% year-on-year, dan sektor non-migasnya, yang menyumbang sekitar 85,9% PDB, juga tumbuh sebesar 3,3% pada periode tersebut.
Karena ekonomi Bahrain relatif kecil dalam produksi minyak, penekanan strategisnya adalah pada jasa keuangan, pariwisata, dan industri. Pangsa non-migasnya cukup menonjol, yakni 85,9% menurut laporan Reuters.
Namun, Bahrain menghadapi tantangan: cadangan hidrokarbon terbatas dan utang publik yang lebih tinggi, yang menggarisbawahi pentingnya reformasi struktural yang berkelanjutan, diversifikasi ekonomi lebih lanjut, dan peningkatan investasi.
(mas)