AS Selidiki Apakah Pembunuhan Pejabat Hamas oleh Israel Melanggar Gencatan Senjata Gaza - SindoNews
2 min read
AS Selidiki Apakah Pembunuhan Pejabat Hamas oleh Israel Melanggar Gencatan Senjata Gaza
Selasa, 16 Desember 2025 - 19:41 WIB
Pejabat senior Hamas Raad Saad tewas dalam serangan Israel. Foto/ynetnews
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Donald Trump menyatakan Amerika Serikat (AS) sedang memeriksa apakah Israel melanggar gencatan senjata Gaza dengan membunuh pejabat senior Hamas Raad Saad.
Raad Saad tewas bersama tiga orang lainnya pada hari Sabtu ketika mobilnya menjadi sasaran serangan di dekat alun-alun al-Nabulsi di barat Kota Gaza, menurut laporan media Israel.
Saad adalah anggota senior Brigade al-Qassam, sayap bersenjata Hamas. Ia dikatakan berada di peringkat kedua setelah kepala militer terbaru kelompok itu, Izz al-Din al-Haddad, menurut Reuters.
Israel telah berulang kali melanggar gencatan senjata yang ditandatangani pada 10 Oktober dan dijamin oleh Mesir, Qatar, dan AS.
Lebih dari 350 warga Palestina telah tewas oleh Israel, menurut apa yang dikatakan Kantor Media Pemerintah Gaza sebagai 738 pelanggaran.
Israel telah secara drastis membatasi jumlah bantuan dan pasokan medis yang dapat masuk ke Gaza dan mencegah pembukaan kembali penyeberangan perbatasan Rafah di Gaza ke Mesir.
Pemerintahan Trump umumnya bungkam mengenai pelanggaran-pelanggaran ini di depan umum.
Namun, pembunuhan Saad dapat mempersulit rencana pemerintahan Trump untuk memajukan gencatan senjata.
Middle East Eye melaporkan pada bulan Oktober bahwa utusan AS Steve Witkoff dan menantu Trump, Jared Kushner, bertemu dengan pejabat senior Hamas, termasuk Khalil al-Hayya, di resor Sharm el-Sheikh di Mesir dan secara pribadi menjamin berakhirnya perang sebagai jaminan kepada para pemimpin senior Hamas.
Ketika diberi kesempatan membahas hubungannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump meremehkan laporan di media Israel bahwa ia marah kepada rekannya.
“Israel dan saya telah bergaul dengan sangat baik. Hubungan saya dengan Bibi Netanyahu jelas sangat baik,” ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
Raad Saad tewas bersama tiga orang lainnya pada hari Sabtu ketika mobilnya menjadi sasaran serangan di dekat alun-alun al-Nabulsi di barat Kota Gaza, menurut laporan media Israel.
Saad adalah anggota senior Brigade al-Qassam, sayap bersenjata Hamas. Ia dikatakan berada di peringkat kedua setelah kepala militer terbaru kelompok itu, Izz al-Din al-Haddad, menurut Reuters.
Israel telah berulang kali melanggar gencatan senjata yang ditandatangani pada 10 Oktober dan dijamin oleh Mesir, Qatar, dan AS.
Lebih dari 350 warga Palestina telah tewas oleh Israel, menurut apa yang dikatakan Kantor Media Pemerintah Gaza sebagai 738 pelanggaran.
Israel telah secara drastis membatasi jumlah bantuan dan pasokan medis yang dapat masuk ke Gaza dan mencegah pembukaan kembali penyeberangan perbatasan Rafah di Gaza ke Mesir.
Pemerintahan Trump umumnya bungkam mengenai pelanggaran-pelanggaran ini di depan umum.
Namun, pembunuhan Saad dapat mempersulit rencana pemerintahan Trump untuk memajukan gencatan senjata.
Middle East Eye melaporkan pada bulan Oktober bahwa utusan AS Steve Witkoff dan menantu Trump, Jared Kushner, bertemu dengan pejabat senior Hamas, termasuk Khalil al-Hayya, di resor Sharm el-Sheikh di Mesir dan secara pribadi menjamin berakhirnya perang sebagai jaminan kepada para pemimpin senior Hamas.
Ketika diberi kesempatan membahas hubungannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump meremehkan laporan di media Israel bahwa ia marah kepada rekannya.
“Israel dan saya telah bergaul dengan sangat baik. Hubungan saya dengan Bibi Netanyahu jelas sangat baik,” ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
Komunitas Aman Alternatif
Pemerintahan Trump telah mengirim sekutu Kushner ke Tel Aviv untuk mengerjakan rencana yang akan memperkuat pembagian Gaza menjadi dua, dengan membangun apa yang disebut "Komunitas Aman Alternatif" di bagian Gaza yang diduduki Israel.
Israel telah memberlakukan blokade penuh terhadap wilayah tersebut, sementara pasukannya secara fisik menduduki sekitar 50% wilayah Gaza.
Rencana membagi Gaza telah membuat negara-negara seperti Qatar, Arab Saudi, Indonesia, Mesir, dan Turki merasa khawatir.
Trump membutuhkan dukungan politik, ekonomi, dan tenaga kerja mereka untuk mengerahkan pasukan stabilisasi internasional ke Gaza.
Dewan Keamanan PBB menyetujui mandat untuk pasukan tersebut pada bulan November, tetapi pasukan tersebut belum dikerahkan.
Para pejabat AS mengatakan mereka memperkirakan pasukan tersebut akan siap pada tahun 2026, tetapi Trump mengatakan pasukan tersebut sudah beroperasi.
MEE berbicara dengan tiga pejabat Barat dan Arab pada hari Senin, bersama dengan para analis. Tidak ada yang mengetahui pasukan tersebut sudah beroperasi.
"Saya pikir, dalam bentuk tertentu, itu sudah berjalan," ujar Trump. "Semakin banyak negara yang bergabung. Mereka sudah bergabung, tetapi mereka akan mengirimkan sejumlah pasukan yang saya minta."
Baca juga: ICC Tolak Upaya Israel Blokir Penyelidikan Kejahatan Perang di Gaza
(sya)