Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Bencana Featured Lintas Peristiwa PT Agincourt Spesial Sumatera

    Disebut Jadi Biang Kerok Bencana Sumatra, PT Agincourt Buka Suara - inews

    3 min read

     

    Disebut Jadi Biang Kerok Bencana Sumatra, PT Agincourt Buka Suara

    Tangguh Yudha

    PT Agincourt Resources buka suara menanggapi tudingan yang mengaitkan aktivitas pertambangan dengan bencana Sumatra (dok. Agincourt)

    JAKARTA, iNews.id - PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, buka suara menanggapi tudingan yang mengaitkan aktivitas pertambangan dengan bencana longsor dan banjir bandang yang melanda wilayah Tapanuli Selatan, termasuk Desa Garoga. Perusahaan menilai tuduhan tersebut prematur dan tidak berdasarkan kajian komprehensif.

    Dalam keterangan resminya, Sabtu (6/12/2025), PTAR menegaskan bahwa bencana banjir bandang dan longsor yang terjadi di sejumlah wilayah dapat dijelaskan melalui faktor cuaca ekstrem. Siklon Senyar disebut memicu hujan dengan intensitas sangat tinggi yang melanda sebagian besar Sumatra bagian utara, termasuk kawasan Hutan Batang Toru.

    Perusahaan menyebut, curah hujan tersebut merupakan salah satu yang tertinggi dalam 50 tahun terakhir, menyebabkan aliran Sungai Garoga tidak mampu menahan laju air dan material yang terbawa.

    "Hujan dengan volume luar biasa tersebut jatuh merata di seluruh Sumatra bagian utara termasuk kawasan Hutan Batang Toru, sebuah kawasan hulu dari sungai-sungai utama yang mengalir di Kecamatan Batang Toru, seperti Sungai (Aek) Garoga, Aek Pahu, dan Sungai Batang Toru," tulis PTAR.

    Lebih lanjut, PTAR menyatakan bencana banjir bandang dipicu oleh penyumbatan masif material kayu di Jembatan Garoga I dan II. Ketika sumbatan mencapai titik kritis pada 25 November sekitar pukul 10.00 WIB, dua anak Sungai Garoga bergabung menjadi satu aliran baru yang menerjang Desa Garoga.

    PTAR menegaskan, lokasi operasional Tambang Emas Martabe berada di sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Aek Pahu, yang secara hidrologis terpisah dari DAS Garoga. Meski kedua aliran sungai tersebut bertemu, titik pertemuannya berada jauh di hilir dan tidak berhubungan dengan lokasi terdampak.

    "Meskipun beberapa peristiwa longsoran terpantau di sub DAS Aek Pahu, tidak ada fenomena banjir bandang di sepanjang aliran sungai ini. Karena berbeda dengan Sungai Garoga, tidak ditemukan aliran lumpur dan batang kayu yang intensif di Sungai Aek Pahu, yang dapat menjadi pemicu sumbatan masif," ujar PTAR.

    Di sisi lain, PTAR mengklaim telah terlibat aktif sejak hari pertama bencana sebagai bagian dari tim tanggap darurat. Mereka mengerahkan personel untuk kegiatan pencarian dan penyelamatan (SAR), membuka akses darurat, hingga menyediakan posko pengungsian lengkap dengan tenda, dapur umum, dan klinik kesehatan.

    PTAR juga mengklaim, selama tambangnya beroperasi, perusahaan terus mendukung upaya-upaya perlindungan lingkungan.

    Sebelumnya diberitakan, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq memerintahkan tiga perusahaan besar di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Toru, Tapanuli Selatan untuk menghentikan kegiatan mulai Sabtu (6/12/2025). Langkah ini menjadi tindakan tegas pemerintah merespons potensi pelanggaran lingkungan yang diduga memperparah bencana banjir dan longor di Sumatera Utara (Sumut).

    Tiga perusahaan yang terkena sanksi penghentian sementara adalah PT Agincourt Resources (pertambangan), PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) (perkebunan/sawit) dan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE), pengembang PLTA Batang Toru.

    Seluruh perusahaan diinstruksikan mengikuti audit lingkungan ketat sebagai syarat pemulihan operasional. Pemeriksaan dijadwalkan pada 8 Desember 2025 di Jakarta.

    Editor : Reza Fajri
    Komentar
    Additional JS