Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Kembar Mayang Spesial

    Kembar Mayang Surakarta jadi Warisan Takbenda, Elemen Penting Sarat Makna di Pernikahan Adat Jawa - Tribunsolo.

    8 min read

     

    Kembar Mayang Surakarta jadi Warisan Takbenda, Elemen Penting Sarat Makna di Pernikahan Adat Jawa - Tribunsolo.com

    Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
    banjarmasinpost.co.id/roy
    ELEMEN PERNIKAHAN - Cantrik membawa kembar mayang pada prosesi mantenan atau pernikahan adat Jawa di Desa Tambanlupak, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, beberapa waktu lalu. Inilah sejarah kembar mayang Surakarta yang jadi warisan budaya takbenda. 
    Ringkasan Berita:
    • Tahun 2025, Kementerian Kebudayaan menetapkan 14 karya budaya Solo sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, salah satunya tradisi kembar mayang Surakarta.
    • Kembar mayang adalah sepasang hiasan janur dalam pernikahan adat Jawa yang melambangkan keselarasan, keseimbangan, dan doa bagi kehidupan rumah tangga.

    TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kota Surakarta atau Solo, Jawa Tengah, kembali menegaskan posisinya sebagai pusat pelestarian budaya Jawa.

    Pada tahun 2025, Kementerian Kebudayaan menetapkan sebanyak 14 karya budaya asal Solo sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI).

    Karya-karya tersebut mencakup adat istiadat, kuliner, seni pertunjukan, hingga pengetahuan tradisional yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat.

    Salah satu tradisi yang mendapat pengakuan tersebut adalah kembar mayang Surakarta.

    Kembar mayang ini adalah elemen penting dalam pernikahan adat Jawa yang sarat makna filosofis.

    Kembar Mayang dalam Tradisi Jawa

    Dalam pernikahan adat Jawa, dekorasi bukan sekadar pelengkap visual, tetapi mengandung simbol dan doa.

    Beberapa unsur yang lazim digunakan antara lain bleketepe, tarub, aneka tuwuhan, dan kembar mayang.

    Kembar mayang kerap diletakkan di sisi kanan dan kiri pelaminan pengantin sebagai simbol keseimbangan dan kesatuan.

    Secara umum, kembar mayang merupakan sepasang hiasan yang dirangkai dari janur atau daun kelapa muda, dedaunan, bunga, dan buah tertentu.

    Menurut Gondowasito, kembar mayang adalah buket janur yang dilengkapi bunga mayang atau bunga pudak dengan jumlah dua dan bentuk yang sama persis.

    Kesamaan bentuk tersebut melambangkan keselarasan hidup yang diharapkan tercapai dalam rumah tangga.

    Selain dikenal dengan sebutan kembar mayang, dekorasi ini juga disebut megar mayang atau gagar mayang.

    Megar mayang bermakna mekarnya bunga pinang, simbol kehidupan baru seseorang yang telah memasuki fase dewasa.

    Sementara itu, gagar mayang diartikan sebagai gugurnya masa kanak-kanak. Karena makna “gugur” dianggap kurang baik, masyarakat kini lebih akrab menggunakan istilah kembar mayang.

    PERNIKAHAN ADAT JAWA - Ilustrasi pernikahan adat Jawa saat momen Temu Panggih. GKR Bendoro dan KPH Yudanegara mengikuti prosesi panggih di Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, Selasa (18/10/2011). Beginilah sejarah gending Kebo Giro yang dilantunkan ketika momen sakral Temu Panggih.
    PERNIKAHAN ADAT JAWA - Ilustrasi pernikahan adat Jawa saat momen Temu Panggih. GKR Bendoro dan KPH Yudanegara mengikuti prosesi panggih di Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, Selasa (18/10/2011). Biasanya di pernikahan adat Jawa ada tradisi kembar mayang. (Tribunnews.com/TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI))

    Sejarah Kembar Mayang

    Keberadaan kembar mayang telah dikenal sejak lama.

    Bentuknya bahkan disebut memiliki kemiripan dengan pohon kalpataru yang terukir di relief Candi Prambanan.

    Kalpataru dalam kepercayaan Jawa merupakan simbol kehidupan, kesejahteraan, dan harapan.

    Catatan sejarah menyebutkan bahwa kembar mayang pernah dibuat secara resmi pada tahun 1906 di lingkungan Keraton Yogyakarta, pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII.

    Susunan kembar mayang kala itu sangat kompleks, terdiri dari berbagai jenis daun seperti beringin, alang-alang, puring, hingga daun udan emas, serta unsur janur berbentuk untiran, pecut-pecutan, kupat luar, dan walang-walangan.

    Di bagian tengah terdapat bunga pudak yang dikelilingi bunga potro menggolo berwarna merah.

    Seiring perkembangan zaman, bentuk dan komposisi kembar mayang mengalami penyesuaian.

    Meski demikian, masyarakat Jawa hingga kini masih menjadikan pakem Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta sebagai rujukan utama dalam pembuatannya.

    Kembar Mayang dalam Kisah Wayang

    Tradisi kembar mayang juga hidup dalam cerita pewayangan.

    Dalam kisah pernikahan Dewi Sembadra dan Harjuna, Dewi Sembadra bersedia menikah dengan syarat Pandawa mampu menghadirkan pohon kalpataru.

    Pohon tersebut dianggap membawa pengaruh baik bagi kehidupan.

    Para Pandawa kemudian meminjam kembar mayang dari Batara Guru.

    Setelah prosesi pernikahan selesai, kembar mayang tersebut harus dikembalikan ke alam dengan cara dilarung ke air atau dikembalikan ke tanah.

    Hal ini melambangkan bahwa kembar mayang hanyalah titipan dari para Dewa dan tidak boleh dimiliki secara permanen.

    Makna Filosofis Setiap Komponen Kembar Mayang

    Setiap unsur dalam kembar mayang memiliki makna simbolik yang mendalam.

      (*)

      Komentar
      Additional JS