Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Amerika Serikat Featured Rusia Spesial Ukraina Zelensky

    Meski Ditekan AS, Zelensky Tetap Ogah Serahkan Wilayah Ukraina ke Rusia - SindoNews

    3 min read

     

    Meski Ditekan AS, Zelensky Tetap Ogah Serahkan Wilayah Ukraina ke Rusia

    Selasa, 09 Desember 2025 - 12:19 WIB


    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tetap menolak menyerahkan wilayah Donbas kepada Rusia meski ditekan AS. Foto/X @ZelenskyyUa
    A
    A
    A
    KYIV - Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina tetap pada penolakannya untuk menyerahkan wilayahnya kepada Rusia. Dia juga mengakui bahwa Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump telah menekan Kyiv untuk kompromi atas tuntutan Moskow.

    Ketika perundingan damai yang didukung AS terhambat di tengah pertentangan pandangan tentang cara mengakhiri perang, pemimpin Ukraina tersebut menegaskan bahwa masalah wilayah tetap menjadi salah satu jurang pemisah terbesar.

    Kremlin bersikeras agar Ukraina menyerahkan seluruh wilayah timur yang dikenal sebagai Donbas, termasuk wilayah yang tidak dapat direbut oleh pasukan Moskow selama hampir empat tahun perang. Zelensky mengatakan pada hari Senin bahwa Ukraina tidak memiliki hak "hukum" atau "moral" untuk menyerahkan lahan apa pun.

    Baca Juga: Mantan PM Ukraina: AS Bisa Lengserkan Zelensky Jika Rintangi Upaya Akhiri Perang

    "Tentu saja, Rusia bersikeras agar kami menyerahkan wilayah," kata Zelensky, seperti dikutip The New York Times, Selasa (9/12/2025).

    "Kami, tentu saja, tidak ingin menyerahkan apa pun. Itulah yang sedang kami perjuangkan," katanya lagi.

    "Amerika saat ini sedang mencari kompromi. Saya akan terus terang," imbuh Zelensky.

    Zelensky menyampaikan komentar tersebut dalam obrolan daring dengan para jurnalis setelah bertemu di London dengan para pemimpin negara-negara dengan ekonomi terbesar di Eropa, yang berjanji untuk terus mendukung Ukraina dalam perang melawan agresi Rusia.

    Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menjamu Zelensky di 10 Downing Street, bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Friedrich Merz dalam sebuah diskusi tertutup.

    Dalam sambutan singkat sebelum pertemuan dimulai, Zelensky mengatakan bahwa dia hadir untuk membahas "isu-isu sensitif" dan menekankan bahwa sangat penting bagi Eropa dan Amerika untuk bersatu dengan Ukraina dalam membela Kyiv melawan Rusia dan dalam merundingkan akhir konflik.

    "Ada beberapa hal yang tidak dapat kita tangani tanpa Amerika; hal-hal yang tidak dapat kita tangani tanpa Eropa," ujarnya. "Itulah mengapa kita perlu membuat beberapa keputusan penting."

    Setelah pertemuan berakhir, kantor Macron mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa kelompok tersebut telah menggarap proposal perdamaian Amerika dengan tujuan melengkapinya dengan kontribusi Eropa, dalam koordinasi yang erat dengan Ukraina.

    Pernyataan tersebut menambahkan, "Secara paralel, upaya akan ditingkatkan untuk memberikan jaminan keamanan yang kuat kepada Ukraina dan untuk merencanakan langkah-langkah rekonstruksi Ukraina."

    Pihak Eropa mengulangi janji lama mereka untuk memberikan dukungan yang kuat bagi Ukraina, baik di dalam maupun di luar medan perang.

    Macron menyatakan bahwa Eropa dan Ukraina memiliki "banyak kartu di tangan kita", yang tampaknya merujuk pada pernyataan Presiden Trump awal tahun ini bahwa Zelensky tidak "memiliki kartu" untuk dimainkan dalam negosiasi dengan Rusia untuk mengakhiri perang.

    Macron mengatakan Ukraina melawan dalam perang ini, dan fakta bahwa ekonomi Rusia mulai terpuruk.

    Sedangkan Merz mengatakan bahwa momen saat ini bisa menjadi saat yang menentukan bagi semua pihak, menunjukkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina tidak hanya menghancurkan negara itu, tetapi juga menimbulkan ancaman jangka panjang terhadap keamanan dan stabilitas semua negara di Eropa.

    "Kita semua tahu bahwa nasib negara ini adalah nasib Eropa," katanya. "Jadi itulah alasan mengapa kita di sini mencoba mencari tahu apa yang bisa kita lakukan."

    Kanselir Jerman itu mengaku skeptis terhadap beberapa ketentuan dalam proposal perdamaian yang dirancang oleh Amerika Serikat. "[Namun], kita harus membicarakannya. Itulah mengapa kita di sini," ujarnya.

    Tiga pemimpin Eropa tersebut berharap untuk memperkuat posisi negosiasi Zelensky dalam menghadapi apa yang mereka anggap sebagai tuntutan yang tidak dapat diterima dari Presiden Rusia Vladimir Putin, termasuk soal wilayah Donbas.

    Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg News yang diterbitkan pada Senin pagi, Zelensky mengatakan bahwa negosiasi masih jauh dari kata sepakat mengenai isu-isu teritorial.

    "Ada visi AS, Rusia, dan Ukraina—dan kami tidak memiliki pandangan yang sama tentang Donbas," ujarnya, merujuk pada wilayah Ukraina timur yang disengketakan.

    Pada Minggu malam, Trump mengkritik Zelensky dengan mengeklaim bahwa pemimpin Ukraina tersebut belum membaca versi terbaru proposal perdamaian yang muncul dari perundingan berjam-jam antara negosiator Amerika dan Putin pekan lalu.

    "Saya harus mengatakan bahwa saya sedikit kecewa karena Presiden Zelensky belum membaca proposal tersebut," kata Trump kepada para wartawan. "Rakyatnya menyukainya, tetapi dia belum."
    (mas)
    Komentar
    Additional JS