Olimpiade Matematika Tingkat SD di Bojonegoro Dihentikan Karena Ricuh, Ini Penjelasan Panitia - Tribunnews.com
Olimpiade Matematika Tingkat SD di Bojonegoro Dihentikan Karena Ricuh, Ini Penjelasan Panitia - Tribunnews.com
Ringkasan Berita:
- Olimpiade Matematika tingkat SD dan MI di Bojonegoro, Jatim dihentikan karena ricuh.
TRIBUNNEWS.COM, BOJONEGORO – Kegiatan Olimpiade Matematika tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) se-Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dihentikan karena ricuh.
Olimpiade Matematika tersebut dilaksanakan Saryta Management di Gedung Serbaguna Bojonegoro, Minggu (7/12/2025).
Ribuan peserta sebelumnya mengikuti olimpiade tersebut. Informasi yang dihimpun sejak awal pelaksanaan, kegiatan ini sudah menuai kejanggalan dan keluhan dari para wali murid pendamping.
Mereka menilai penyelenggaraan olimpiade tidak profesional, mulai dari kurangnya persiapan teknis hingga sistem pelaksanaan yang dinilai tidak tertata dengan baik.
Orangtua Tak Puas
Ketidakpuasan tersebut memuncak ketika hasil penjurian diumumkan dan dinilai tidak adil oleh sebagian orang tua siswa.
Kekecewaan para wali murid akhirnya berujung kegaduhan.
Sejumlah orang tua merangsek masuk ke dalam gedung memprotes panitia terkait hasil penilaian.
Di saat bersamaan, para orang tua juga mulai saling mencari anak-anak mereka karena kegiatan perlombaan telah berakhir.
Suasana Ricuh Anak-anak Menangis Histeris
Situasi di dalam gedung pun berubah menjadi tidak terkendali.
Kepanikan melanda para peserta yang sebagian besar masih anak-anak.
Banyak di antaranya yang menangis bahkan histeris saat hendak keluar meninggalkan lokasi acara.
Sementara, di luar gedung, para orang tua yang menunggu juga ikut panik dan berupaya masuk mencari anak-anak mereka.
Panitia penyelenggara terlihat kewalahan mengendalikan situasi hingga akhirnya kegiatan dihentikan atau dibatalkan. Sedangkan penyelenggara digiring ke Mapolsek Bojonegoro Kota untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Polisi Turun Tangan
Kapolsek Bojonegoro Kota AKP Agus Fauzi membenarkan adanya peristiwa itu, menurutnya pasca kejadian keributan itu, kegiatan olimpiade langsung dihentikan.
Selain itu, lanjut Fauzi pihaknya juga memanggil panitia penyelenggara untuk dimintai keterangan.
"Sore tadi pihak panitia sudah kami mintai keterangan," ujar Fauzi.
Para para peserta telah mengikuti serangkaian seleksi di tingkat sekolahnya masing-masing.
Mereka yang lolos, kemudian mengikuti puncak acara olimpiade.
Selain itu, dalam kegiatan ini para peserta juga dimintai uang pendaftaran sebesar Rp55 ribu untuk mengikuti olimpiade, dengan hadiah berupa medali, sertifikat dan uang pembinaan.
Namun, karena kegiatan dibatalkan, para peserta dan orangtua akhirnya melayangkan protes keras dan menuntut agar pihak panitia bertanggungjawab.
"Intinya, kita jembatani. Antara orang tua peserta dan panitia. Kita sudah berkomunikasi dan ketua panitia bersedia bertanggungjawab, selanjutnya akan didata dan akan dikembalikan lewat sekolah," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Bojonegoro Anwar Mukhtadlo menyebut bahwa pelaksanaan kegiatan olimpiade itu dilaksanakan tanpa berkomunikasi dengan dinas.
"Itu (olimpiade) tidak ada izin, dan sama sekali tidak ada koordinasi dengan dinas pendidikan Bojonegoro, jadi kita tidak tahu. Tapi, ini teman-teman sudah saya suruh kesana," singkatnya.
Sementara itu, belum ada keterangan resmi dari pihak panitia penyelenggara terkait kejadian ini.
Penjelasan Panitia
Panitia menghentikan pelaksanaan lomba sesi pertama yang beru berjalan pada tahapan level 2 dan 3.
Sementara itu, peserta yang sudah mengikuti lomba pada tahap awal tidak dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan sebagaimana jadwal yang telah ditentukan karena sudah ricuh.
Panitia mencatat jumlah peserta yang terdaftar melalui lembaga rekanan mencapai sekitar 2.000 siswa.
Jumlah tersebut melonjak dari laporan awal kepada pihak perizinan yang sebelumnya hanya sekitar 1.000 peserta.
“Awalnya kami laporkan sesuai izin sekitar 1.000 peserta. Namun sehari sebelum pelaksanaan ada tambahan dari sekolah-sekolah sehingga jumlahnya menjadi sekitar 2.000 peserta,” kata Ketua Panitia Penyelenggara Saryta Management, Ita Puspitasari.
Sesuai jadwal Olimpiade Matematika tersebut, lanjut Ita dibagi dalam tiga gelombang pelaksanaan. Tahap pertama untuk siswa kelas 1–2 dilaksanakan pukul 07.00–09.30 WIB.
Kemudian, tahap kedua untuk kelas 3–4 pada pukul 10.00–11.30 WIB. Sementara tahap ketiga untuk kelas 5–6 dijadwalkan pukul 12.00 WIB hingga selesai.
Penyebab Kericuhan
Karena kurangnya persiapan, minimnya pengaturan parkir, jalur keluar-masuk yang terbatas, serta tidak adanya petugas lapangan yang memadai menyebabkan arus kepulangan peserta dan wali murid menjadi tidak terkendali.
Kemacetan panjang terjadi di sekitar lokasi, sementara di dalam gedung banyak anak-anak yang menangis dan histeris akibat berdesakan.
Meski kegiatan berakhir ricuh dan tidak sesuai dengan rencana, panitia memastikan akan tetap bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Saat ini, pihak penyelenggara tengah berkoordinasi dengan sekolah-sekolah untuk melakukan pendataan ulang peserta.
“Kami akan bertanggung jawab penuh, termasuk terkait pengembalian biaya pendaftaran. Karena pelaksanaannya memang belum selesai. Kami juga akan berkoordinasi dengan pihak sekolah terkait mekanisme selanjutnya,” pungkasnya.
dan