KALTENG POS - Tren drama China bertema CEO kaya yang jatuh cinta pada gadis miskin kini tengah berada di ujung tanduk. Meski sempat menjadi fenomena global karena alurnya yang manis dan penuh fantasi, genre ini mulai menuai kritik tajam lantaran dinilai menciptakan ekspektasi yang tidak realistis bagi generasi muda.

Menanggapi keresahan publik akan narasi kekayaan sebagai solusi instan dalam hidup, Pemerintah China akhirnya resmi turun tangan untuk menertibkan konten-konten tersebut demi menjaga nilai sosial yang lebih nyata.

Kini, dengan keluarnya peraturan baru dari Administrasi Radio dan Televisi Nasional China (NRTA), genre romansa dengan tokoh CEO super kaya resmi dibatasi. Industri hiburan pun mulai menyesuaikan diri, menandai berakhirnya era cinta instan antara gadis biasa dan pria miliarder dalam drama digital.

Larangan ini tidak hanya soal tontonan, tetapi juga tentang dampak sosial. Pemerintah khawatir generasi muda akan membangun ekspektasi tidak realistis setelah terus-menerus menonton kisah cinta glamor.

Mereka ingin mengingatkan bahwa kekayaan bukan solusi segala masalah. Nilai moral, kerja keras, dan kejujuran justru dianggap lebih penting untuk ditampilkan di layar kaca.

Pemerintah China kini mendorong industri hiburan untuk memproduksi cerita yang lebih masuk akal. Kisah cinta tetap boleh dibuat, tetapi harus menyentuh realitas sosial dan budaya masyarakat.

Cerita tentang perjuangan, keluarga, dan kehidupan sehari-hari kini mulai lebih sering muncul. Dengan begitu, generasi muda diharapkan bisa melihat contoh yang lebih sehat tentang cinta dan kebahagiaan. (*)