Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Bencana Featured Lintas Peristiwa Spesial Sumatera

    Perlu Lembaga Khusus Tangani Rehabilitasi-Rekonstruksi Banjir Sumatera - Beritasatu

    5 min read

     

    Perlu Lembaga Khusus Tangani Rehabilitasi-Rekonstruksi Banjir Sumatera

    Minggu, 7 Desember 2025 | 11:56 WIB
    SM
    SM

    Foto udara dampak kerusakan banjir bandang di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Selasa (2/12/2025). (ANTARA FOTO/Suhendra)

    Jakarta, Beritasatu.com – Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda (PPTIM) mendesak pemerintah membentuk lembaga khusus menangani rehabilitasi dan rekonstruksi pascabanjir serta longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat karena dampak kerusakannya sangat luas, bahkan melebihi dampak awal tsunami 2004. 

    ADVERTISEMENT

    Induk organisasi paguyuban Aceh juga meminta pemerintah mempercepat pembangunan kembali infrastruktur utama yang rusak akibat bencana, serta membuka akses bantuan internasional. 

    Hingga sekarang, masih banyak daerah yang masih terisolasi dan belum menerima bantuan memadai, terutama logistik dan air bersih. Situasi darurat ini dinilai memerlukan keputusan strategis dan cepat dari pemerintah pusat.

    BACA JUGA

    Derita Aceh Seusai Banjir: Kelaparan, BBM Sulit, Listrik-Internet Mati

    ADVERTISEMENT

    Ketua Umum PPTIM Muslim Armas menegaskan percepatan perbaikan infrastruktur utama, termasuk jembatan dan jalur transportasi yang rusak, merupakan prioritas mendesak. Kerusakan parah pada jalan nasional dan jembatan penghubung telah menghambat evakuasi korban serta distribusi bantuan kemanusiaan ke wilayah terdampak.

    “Jangan sampai warga menunggu lebih lama hanya karena jalur utama tidak segera dipulihkan,” kata Muslim Armas di sela-sela Rapat Kerja II PPTIM di Aula Masjid Baiturrahman kompleks DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (6/12/2025).

    Warga melintas di dekat mobil yang terbawa arus banjir bandang di Desa Bukit Tempurung, Kota Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, Rabu (3/12/2025). 
 - (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
    Warga melintas di dekat mobil yang terbawa arus banjir bandang di Desa Bukit Tempurung, Kota Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, Rabu (3/12/2025). - (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

    PPTIM juga meminta pemerintah untuk segera menerjunkan alat berat berikut suplai bahan bakar tambahan ke daerah-daerah yang terputus total dari akses darat. Mengingat banyak wilayah tidak lagi dapat ditembus kendaraan, Muslim menekankan pentingnya pengiriman peralatan dan logistik melalui jalur udara. 

    “Jika dibutuhkan, angkut dengan helikopter. Ini soal nyawa dan waktu,” ujarnya.

    BACA JUGA

    40 Desa di Gayo Lues Terisolasi, Bupati Aceh Tenggara Minta Bantuan

    Selain upaya perbaikan infrastruktur, PPTIM mendesak pemerintah membuka akses bantuan asing untuk membantu penanganan bencana di Aceh. Hingga kini, banyak wilayah terutama di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Timur, Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, hingga Aceh Tenggara masih belum tersentuh bantuan pemerintah akibat terisolasi sepenuhnya. Sejumlah Bupati di Aceh telah mengaku kewalahan, terutama terkait distribusi air bersih bagi ribuan penyintas.

    Menurutnya, pembukaan pintu bantuan asing merupakan langkah krusial ketika kapasitas penanganan nasional tidak mencukupi. “Prinsipnya sederhana: selamatkan dulu warga kita. Jika negara sahabat siap membantu, tidak ada alasan untuk menutup akses tersebut,” tegasnya.

    PPTIM menilai langkah paling efektif untuk mempermudah mobilisasi bantuan lintas lembaga, termasuk dukungan internasional, adalah dengan menetapkan status darurat bencana nasional untuk banjir dan longsor di Sumatera. Penetapan status ini akan memberikan kewenangan lebih luas bagi pemerintah pusat untuk mengoordinasikan operasi kemanusiaan secara terpadu dan cepat.

    Sebuah rumah terlihat tertimbun lumpur di sebuah desa yang terdampak banjir bandang di Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Indonesia, Selasa, 2 Desember 2025. - (AP/AP)
    Sebuah rumah terlihat tertimbun lumpur di sebuah desa yang terdampak banjir bandang di Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Indonesia, Selasa, 2 Desember 2025. - (AP/AP)

    Muslim meminta Gubernur Aceh Muzakir Manaf segera menyurati Presiden Prabowo Subianto untuk mendesak penetapan status Darurat Bencana Nasional agar penanganan korban dan dampak kerusakan lebih optimal dan komando lebih terpusat. 

    Melebihi Dampak Tsunami 2004

    Jumlah korban jiwa dalam bencana banjir dan longsor di Sumatera memang lebih kecil dibandingkan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004. Namun, skala kerusakan akibat bencana kali ini melebihi dampak awal tsunami Aceh. 

    “Daerah terdampak baik langsung maupun tidak langusng, lebih luas dari Pulau Jawa. Karena itu, PPTIM meminta pemerintah membentuk lembaga khusus yang menangani rehabilitasi dan rekonstruksi,” kata Muslim. 

    Lembaga tersebut diharapkan dapat bekerja lintas kementerian, fokus, dan memiliki target pemulihan yang terukur.

    PPTIM juga mengingatkan transparansi dan keterbukaan informasi publik harus dijaga dalam proses penanganan bencana. Masyarakat berhak mengetahui perkembangan kondisi lapangan, jumlah korban, alur bantuan, serta upaya pemulihan. Tanpa keterbukaan, penanganan bencana akan menghadapi tantangan tambahan berupa kesimpangsiuran informasi.

    Dalam pernyataannya, ketua umum PPTIM menegaskan saat ini bukan waktu untuk proses birokrasi yang panjang. Ia menyerukan agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah besar dan cepat demi menyelamatkan warga Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat serta mempercepat pemulihan pascabencana.

    Komentar
    Additional JS