Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Spesial Teroris

    Terungkap! Ini Pertanyaan Jebakan Kelompok Teroris untuk Jaring Anak-anak - inews

    3 min read

     

    Terungkap! Ini Pertanyaan Jebakan Kelompok Teroris untuk Jaring Anak-anak

    Selasa, 18 November 2025 - 21:25 WIB


    Densus 88 Antiteror Polri mengungkap modus kelompok teroris merekrut anak-anak dengan menggunakan ruang digital seperti media sosial (medsos) dan game online. Foto/Danandaya Arya Putra
    A
    A
    A
    JAKARTA - Densus 88 Antiteror Polri menangkap lima orang dewasa yang bertugas merekrut anak-anak untuk tergabung dalam kelompok teroris. Para pelaku ini menggunakan ruang digital seperti media sosial (medsos) dan game online untuk mencari korbannya.

    "Kemudian terkait rekrutmen di dalam grup yang umum atau mungkin di game online atau mungkin di website dan sebagainya, itu pola ajakan seperti apakah yang sudah bisa membuat anak tiba-tiba bisa terekrut ya," kata Juru bicara Densus 88 Antiteror, AKBP Mayndra Eka Wardhana dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (18/11/2025).

    Baca juga: Densus 88 Antiteror Tangkap 5 Orang Perekrut Anak Masuk Jaringan Terorisme

    Dalam jaringan terorisme ini, pelaku menggunakan latar belakang ideologi kanan atau agama, untuk menjaring korban. Kelompok teror ini juga memberikan pertanyaan jebakan agar menjerumuskan anak menjadi radikal.



    "Mungkin ada pertanyaan seperti ini ya, 'Manakah yang lebih baik antara Pancasila dengan kitab suci?' gitu. Salah satu jebakan pertama. Jadi Pancasila dan kitab suci itu sesuatu yang bukan apple to apple, tidak sesuatu yang tidak bisa diperbandingkan, dikomparasikan, karena dua-duanya ini memiliki posisi yang berbeda," katanya.

    "Kemudian mungkin ditanyakan lagi, 'Baik mana negara Indonesia dengan negara berdasarkan agama?' gitu," sambungnya.

    Begitu jawaban sudah sesuai ekspektasi kelompok teror, maka pelaku mengundang korbannya ke sebuah grup untuk didoktrin radikalisme lebih lanjut.

    Baca juga: Polisi Ungkap Kondisi ABH Terduga Pelaku Peledakan SMAN 72

    "Nah mereka masuk, lalu direkrut ke dalam. 'Kalau gitu kalian masuk ke sini' atau mungkin karena nomornya sudah diketahui maka di-invite, gitu ya," ucapnya.

    Mayndra menegaskan bahwa dalam proses merekrut anak-anak, kelompok teror awalnya tentunya tidak langsung memberikan ideologi terorisme. Namun korbannya dibuat tertarik lebih dulu kemudian diajak mengikuti sebuah grup.

    "Kemudian diarahkan kepada grup yang lebih privat, grup yang lebih kecil, dikelola oleh admin ini ya. Di situlah proses-proses indoktrinasi berlangsung. Jadi, memang tidak bisa kita sebut satu platform saja tetapi berbagai model, gitu," tuturnya.

    Melalui media sosial, kelompok teror ini akan menyebarkan visi utopia sebagai daya tarik untuk anak-anak.

    "Jadi memang kita paham bahwa di media sosial ini ada beberapa jenis platform yang menyediakan saluran, baik umum maupun privat ya. Jadi, tentunya yang di platform umum ini akan menyebarkan dulu visi-visi utopia ya," kata Mayndra.

    Selain merekrut anak-anak melalui media sosial, kelompok teror juga mencari korbannya ke dunia game online. Pelaku akan membujuk sang anak bergabung hingga nantinya korban dimasukan ke grup khusus.

    "Ada beberapa kegiatan yang dilakukan anak-anak kita ini ya, bermain game online. Nah di situ mereka juga ada sarana komunikasi chat, gitu ya. Ketika di sana terbentuk sebuah komunikasi, lalu mereka dimasukkan kembali ke dalam grup yang lebih khusus, yang lebih terenkripsi, yang lebih tidak bisa terakses oleh umum," urainya.
    (shf)
    Komentar
    Additional JS