Kisah Pulau Paling Terpencil di Dunia, Tak Terjamah Virus Corona dan Bisa Dengar Suara Rumput Halaman all - Kompas.com

"Rekan seumur hidup"
Total penduduk yang hidup di Tristan da Cunha adalah 245 jiwa (133 perempuan dan 112 pria - berdasarkan hitungan terakhir). Mereka tinggal di sebuah pemukiman yang bernama Edinburgh of the Seven Seas.
Pemukiman ini memiliki kafe, aula acara sosial, kantor pos, dan pub bernama The Albatross.
Ada juga rumah sakit kecil yang cukup modern dan sekolah yang kecil.
"Kecuali jika meninggalkan pulau, Anda akan segera menyadari bahwa teman di sekolah waktu kecil adalah teman bersama hingga tua dan selama sisa hidup Anda," Alasdair Wyllie, yang sampai saat ini tinggal dan bekerja di sana sebagai penasihat pertanian kepada BBC.

Mungkin tidak mengherankan, jika Anda seorang Tristanian, sebutan untuk penduduk lokal, kemungkinan besar Anda akan bangga menjadi keturunan salah satu dari enam nama keluarga di pulau utama: Lavarello, Repetto, Rogers, Swain, Green atau Glass.
Hanya ada dua orang penduduk yang tidak lahir di pulau ini, yaitu seorang pria dan seorang perempuan yang bertahun-tahun lalu menikah dengan penduduk pulau dan memutuskan untuk tinggal bersama keluarga baru mereka.
Ada juga seorang dokter dan guru yang datang dan pergi bergantian dari Inggris, karena pulau ini masuk dalam Wilayah Luar Negeri Inggris.
Hiburan: Anda bisa mendengar "rumput tumbuh"
"Sangat sepi di sini, bahkan Anda bisa mendengar rumput tumbuh," kata Harold, yang mencintai kedamaian dan ketenangan kampungnya.
Dan di sini sangat aman, bahkan "tidak ada kunci," tambahnya.

Kemudian terdapat juga sebuah jalan yang membawa Anda untuk mengelilingi pinggir pulau sekitar tiga kilometer guna melihat rangkaian ladang kecil yang terlindungi dinding batu dari hembusan angin kencang.

Hiburan kesukaan di sana adalah pesta barbekyu atau disebut braai - sebuah pengaruh dari Afrika Selatan yang lokasinya paling dekat - dan kesempatan terbaik mengelola hasil ternak lokal.
Bermain alat musik dan bernyanyi bersama-sama pernah menjadi kehidupan utama masyarakat pulau, tetapi "saat ini kebanyakan mereka lebih suka menghabiskan waktu luang di depan layar," kata Alasdair.
Ada juga pilihan untuk melakukan pendakian dan menikmati keindahan alam di sekitar pulau - yang lebarnya tidak lebih dari 10 kilometer - dan juga bisa menikmati lembah curam dan pegunungan terjal yang berada di 2.062 meter di atas permukaan laut.
Nyatanya, hampir tidak ada daerah landai di sini. Dinding batu terjal yang berhadapan langsung dengan serangan ombak laut lepas membentang luas mengelilingi lebih dari dua pertiga garis keliling pulau itu.
"Tempat yang indah, tapi bukan surga"
Pulau Tristan da Cunha, atau bisa disebut Tristan adalah pulau utama dari susunan kepulauan vulkanis yang berlokasi di Samudera Atlantik Selatan itu.
Terdapat satu pulau bernama Nightingale yang menjadi tempat favorit orang Tristan untuk liburan dan berenang karena tidak terlalu berbahaya - arus tidak terlalu kuat dan rendah ancaman dari hiu.

"Ada kecenderungan untuk meromantisasi kehidupan pulau," kata Alasdair, tetapi Anda melakukannya atas risiko Anda sendiri, "Memang tempat yang indah, tapi bukan surga."

Pulau yang sunyi: "Ribuan burung tak berkicau"
Selain desiran angin dan suara sapi aneh yang meraung di pulau utama, Anda tidak dapat mendengar suara lain di sini.
Satu hal yang mencolok tentang kepulauan ini adalah Anda dapat dikelilingi oleh ribuan burung ke mana pun Anda pergi… namun tidak pernah mendengar satu pun dari mereka berkicau.

Kurangnya predator juga berarti bahwa beberapa burung menjadi tidak dapat terbang, seperti Pulau Inaccessible, salah satu dari banyak spesies endemik khas kepulauan.
Tidak ada buah dan sayuran, tapi banyak lobster
Tinggal di pulau paling terpencil di dunia itu membuat Anda tidak perlu melakukan isolasi - karena letak geografi telah melakukannya dengan baik.
Tapi "walaupun tidak ada Covid-19 di pulau bukan berarti kami tidak terkena pandemi," kata penduduk Fiona Kilpatrick.
Lockdown di Afrika Selatan membuat kapal yang biasanya membawa barang ke pulau tersebut tidak dapat meninggalkan dermaga di Cape Town.
"Rantai pasokan menjadi sangat terdampak akibat Covid," kata Alasdair, yang masih sering menghubungi bekas tetangganya.
"Mereka sudah lama kehabisan buah dan sayuran," tambahnya, "Hal ini biasa terjadi, tetapi kali ini, siapa yang tahu kapan pasokan segar akan dikirimkan dengan situasi saat ini."
Yang selalu berlimpah di sini adalah lobster Tristan, spesies lobster lokal batu air dingin yang ditangkap dan dibekukan oleh penduduk pulau, dan bila dapat diekspor, menyumbang 70 persen pendapatan TDC.

Kelahiran seorang bayi
Tetapi yang lebih dramatis, efek samping yang tak terduga dari dampak Covid-19 di Tristan da Cunha adalah kelahiran bayi di pulau itu untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.
"Sebelumnya, untuk menghindari komplikasi, wanita biasanya melakukan perjalanan ke Afrika Selatan sebelum waktunya untuk melahirkan. Tetapi dengan penutupan Afrika Selatan dan komunikasi dihentikan, bayi tersebut harus dilahirkan di Tristan," kata Alasdair.
Kondisi ibu dan anaknya sehat. Penduduk setempat sangat senang menyambut penghuni baru pulau itu.
Pemukim pertama Tristan tiba pada awal 1800-an, dan meskipun populasinya berfluktuasi sejak itu, dalam beberapa dekade terakhir jumlahnya terus menurun.
"Selama saya tinggal di sana, 15 orang meninggal karena usia tua, tetapi hanya dua yang lahir," kata Alasdair. "Dengan populasi yang menua dan jumlah yang menyusut, kelahiran ini adalah peristiwa yang sangat bagus."

Ini akan menjadikannya sebagai perempuan muda pertama di pulau itu yang kuliah ke universitas (meskipun sebelumnya ada seorang Tristanian lulus melalui pembelajaran jarak jauh).
Jika Anda menghargai keterpencilan dan Anda mungkin tergoda untuk pindah ke sana, berhati-hatilah karena kemungkinan besar Anda tidak akan berhasil.
"Majelis Pulau Tristan harus menyetujui siapa pun yang ingin pindah ke sana secara permanen," kata Alasdair, "dan sebagian besar pelamar biasanya ditolak."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar