Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Tidak Ada Kategori

    Permintaan Pilot NAM Air Korban Sriwijaya Air Tak Terwujud, Keluarga Pasang Karangan Bunga Terbalik - xita

    5 min read

    Permintaan Pilot NAM Air Korban Sriwijaya Air Tak Terwujud, Keluarga Pasang Karangan Bunga Terbalik - xita
    TRIBUNJATIM.COM – Permintaan terakhir pilot NAM Air Captain Didik Gunardi akhirnya tidak terwujud untuk selamanya.
    Pilot NAM Air Captain Didik Gunardi bersama beberapa kru nya menjadi korban di dalam pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
    Seperti diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh dan hilang kontak pada 14.40 WIB Sabtu (9/1/2021).Di sekitar Kepulauan Seribu saat ini, pihak terkait sudah mulai mengevakuasi kejadian nahas hilangnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tersebut.
    Ilustrasi pesawat dugaan penyebab jatuhnya Sriwijaya Air SJ182 (Tribun Jambi)
    Kini, evakuasi para korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sudah memasuki hari keempat.
    Beberapa keluarga korban masih begitu terpukul mengetahui kejadian nahas yang dialami maskapai Sriwijaya Air.
    Termasuk keluarga Captain Didik Gunardi yang merupakan pilot pesawat NAM Air yang rencana akan terbang dari Pontianak ke Solo atau Surabaya.
    Momen terakhir dirasakan oleh keluarga, termasuk juga adanya permintaan terakhir dari pilot sebelum terlibat dalam tragedi tersebut.
    Disampaikan oleh Inda Gunawan di kediaman keluarganya beralamat di Perumahan Vida Bumipala, Mustikajaya, Kota Bekasi, Senin (11/1/2021).
    Pada Rabu (6/1/2021), Didik Gunardi sempat berkomunikasi dengan keluarga di Pekalongan.
    "Hari itu dia video call kakaknya di Pekalongan, Mbak Diah namanya. Kebetulan bapak, orangtua saya sama Didik tinggal di sana sama Diah. Kalau adik saya kan tinggal di Bekasi," kata Inda.
    Dalam komunikasi itu, Didik memiliki satu permintaan supaya bapaknya dapat dibawa ke Bekasi bersama keluarga berkumpul menginap di rumahnya.
    "Jadi dia video call ke kakaknya (Diah), minta tolong besok-besok bapak di bawa ke sini (Bekasi), di kampung cuma ada bapak, ibu kami kan sudah meninggal," tuturnya.
    Permintaan Didik itu masih mengganjal. Dia berjanji akan mengabarkan waktu yang tepat mengajak orangtuanya menginap di rumah yang berada di Bekasi.
    "Terus ditanyakan sama kakak yang di video call itu, besok-besokkannya kapan, terus Didik bilang nanti saya kabarin lagi," ujarnya.
    Akhirnya permintaan tersebut belumlah terwujud hingga saat ini.
    Keluarga Captain Didik Gunardi hingga saat ini masih begitu terpukul dengan kejadian nahas ini.
    Akibatnya, mereka masih belum mempercayai berbagai ucapan duka yang disampaikan kepada keluarga.
    Ilustrasi para penyelam yang masuk ke dalam laut dan mengevakuasi jasad Sriwijaya Air (Kompas TV)
    Termasuk kiriman bunga yang tampak menghiasi kediaman keluarga besar Captain Didik Gunardi.
    Kiriman karangan bunga duka cita ke kediaman Kapten Didik sengaja dibalik oleh pihak keluarga.
    Dan hingga kini pihak keluarga masih berharap adanya keajaiban yang diberikan kepada Didik.
    "Kami masih berharap ada keajaiban, meskipun sekecil apapun," kata Inda.
    "Barangkali Tuhan berkehendak mudah-mudahan bisa ditemukan dalam keadaan hidup," imbuh Inda.
    Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, telah menerima black box berupa Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Selasa (12/1/2021). (YouTube/Kompas TV)
    Selain membalik karangan bunga yang dikirim, pihak keluarga Kapten Didik juga menolak dipasang bendera kuning di rumahnya sebagai simbol adanya seseorang yang meninggal.
    Pihak keluarga juga menutup akses informasi dari media televisi karena tak mau menambah kesedihan dan terus berharao masih adanya keajaiban.
    Terlebih, istri Didik bernama Ari Kartini (40) tak kuasa melihat pemberitaan di televisi yang terus mengabarkan penemuan puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
    "Begini ya, kalau informasi ditemukan atau belum, kita belum juga belum bisa memberikan informasi."
    "Karena apa, di rumah ini juga informasi ini ditutup," ucapnya.
    "Ada TV di atas itu ditutup, enggak dinyalain. Justru adek saya, istrinya Didik juga enggak menerima karangan bunga atau apapun memang belum bisa menerima," tegas dia.
    Sebelum Jatuh, Sriwijaya Air SJ 182 Sempat Dikandangkan 9 Bulan, Sriwijaya Air Pastikan Laik Terbang
    Meskipun sempat masuk hangar selama 9 bulan, Sriwijaya Air memastikan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 telah dinyatakan laik terbang oleh Kementerian Perhubungan.
    Berdasarkan data Kemenhub, pesawat jenis Boeing 737-500 itu masuk hanggar pada 23 Maret 2020 dan tidak beroperasi sampai dengan bulan Desember 2020.
    Namun, Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena mengatakan, pihaknya telah memperpanjang sertifikat kelaikudaraan atau Certificate of Airworthiness SJ 182 yang diterbitkan oleh Kemenhub dengan masa berlaku sampai dengan tanggal 17 Desember 2021.
    Selain telah memperpanjang sertifikat izin dari regulator, Sriwijaya Air juga disebut telah melengkapi sertifikasi aspek keamanan dan keselamatan dengan adanya audit independen dari Basic Aviation Risk Standard (BARS).
    "Sejak bulan maret 2020, kami di Sriwijaya Air telah menjalani audit keamanan dan keselamatan yang diselenggarakan oleh BARS yang independen serta berlaku secara internasional," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (12/1/2020).
    "BARS melakukan audit terhadap beberapa hal seperti keselamatan dan quality system management, manual operasi, lisensi dan data pelatihan awak penerbangan serta pengawasan terhadap pesawat dan suku cadang," tambah Jefferson.
    Pernyataan Jefferson pun dibenarkan oleh Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati, yang mengatakan Sriwijaya Air telah mengurus sertifikat kelaikudaraan pada November 2020.
    "Hasilnya, Sriwijaya Air telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan," ucapnya.
    Anggota KNKT memeriksa bagian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (10/1/2021). (TRIBUNNEWS.COM/IRWAN RISMAWAN)
    Sebelumnya, Komisi V DPR RI menyoroti usia pesawat Sriwijaya Air SJ 182, yang jatuh di Kepulauan Seribu, pada Sabtu (9/1/2021).
    Wakil Ketua Komisi V DPR RI Fraksi Partai Golkar Ridwan Bae, mempertanyakan faktor usia pesawat terhadap potensi terjadinya kecelakaan sebuah penerbangan. Sebab sebagaimana diketahui pesawat Sriwijaya Air SJ 182 telah berusia 26 tahun.
    "Kita mesti bicara persoalan, yang pertama usia pesawat itu sendiri. Apa layak usia sudah di atas 20 tahun masih dipakai penerbangan domestik kita?," ujarnya di di Posko SAR, Dermaga JICT, Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (11/1/2021).
    Menurut dia, hal tersebut menjadi salah satu penyebab masih terjadinya kecelakaan sebuah penerbangan di dalam negeri.
    Selain itu, Ridwan juga menyoroti pelaksanaan perawatan armada pesawat, khususnya bagi para maskapai bertarif murah atau low cost carrier (LCC).
    "Bagaimana penerbangan yang bertarif murah ini jangan teralu banyak mereka lahir tapi tidak memperhatikan faktor-faktor keselamatan," tuturnya.
    Artikel di atas diolah dari artikel yang tayang di TribunWow.com dan Sripoku.com
    Komentar
    Additional JS