Cerita Dokter di RS UI: Terima Pasien Covid-19 yang Ditolak 10 RS hingga Banyak Rekan Terinfeksi Corona Halaman all - Kompas
9 min read
Cerita Dokter di RS UI: Terima Pasien Covid-19 yang Ditolak 10 RS hingga Banyak Rekan Terinfeksi Corona Halaman all - Kompas.com
DEPOK, KOMPAS.com - "Dua minggu terakhir ini benar-benar terjadi lonjakan kasus Covid-19. Peningkatannya tiba-tiba banget. Workload-nya benar-benar gede," kata Rizal, bukan nama sebenarnya, memulai ceritanya kepada Kompas.com, Rabu (23/6/2021).
Rizal adalah seorang dokter yang bertugas di IGD Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI), Depok. Selama pandemi, ia banyak merawat pasien Covid-19.
Rizal berujar, lonjakan jumlah pasien Covid-19 pasca-libur Lebaran lebih parah ketimbang Januari 2021, setelah libur Natal dan Tahun Baru.
Kondisi kesehatan para pasien juga jelek, yakni bergejala klinis sedang hingga berat.
"Tren pasien klinisnya sedang-berat, bahkan sekarang lebih banyak yang usia lebih muda, kurang dari 60 tahun. Yang usia 25-26 tahunan dengan klinis berat juga ada," ucapnya.
Setelah menghadapi gelombang tinggi kasus Covid-19 pada Januari lalu, para tenaga kesehatan di IGD RS UI tak banyak menerima pasien Covid-19.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Saking sepinya, mereka punya waktu untuk memisahkan IGD khusus Covid-19 dan non-Covid-19.
Tujuh ranjang khusus Covid-19 tak pernah terisi penuh. Tiap shift kerja tujuh jam, paling hanya ada 2-3 pasien baru, malah kadang tak ada pasien, kata Rizal.
"Setelah surge Januari-Februari, kami lumayan lengang selama empat bulan. Sekarang, pasien baru IGD per shiftbisa lebih dari lima," tutur Rizal.
"Sekarang ada 24 pasien stagnan enggak bisa naik rawat inap, ICU, atau HCU karena full. Jadi, mau enggak mau, ya, di IGD. Kemarin sempat sampai 30 pasien, ada beberapa yang harus nunggu sambil duduk di IGD karena bed IGD terisi semua," ujar dia.
Selain tidak kebagian tempat tidur, ada pula pasien yang tak kebagian sentral oksigen karena semuanya sudah habis terpakai. Akhirnya mereka memakai tabung oksigen.
Terima pasien yang ditolak 10 RS
Rizal bercerita, RS UI tidak pernah menolak pasien. Dari sejumlah pasien yang datang ke sana, banyak di antaranya sudah datang ke RS lain terlebih dahulu, tetapi ditolak.
"Pasien yang datang ke RS UI mostly udah ditolak RS-RS lain, bahkan ada yang sampai ditolak 10 RS karena full," kata Rizal.
Karena RS UI tak pernah menolak pasien, sudah tentu ada konsekuensi yang dihadapi. Pasien membeludak, tempat tidur terisi seluruhnya, tak ada lagi tempat untuk menampung pasien.
"Jadi ya kami edukasi pasien. Kalau mau ke IGD kami, konsekuensinya harus duduk dan pasti enggak nyaman, enggak tahu juga kapan dapat bed atau kamar. Belum lagi kalau sesak, oksigen belum tentu ada," tutur Rizal.
"Tapi kadang-kadang malah disalahartikan sama pasien, seolah-olah kami enggak mau terima pasien, padahal kondisinya begitu."
Kekurangan nakes
Membeludaknya pasien di RS UI bisa menimbulkan efek ganda.
Rumah sakit kekurangan tenaga kesehatan (nakes) yang melayani pasien, meski jumlah nakes sudah ditambah.
"Dokter sekarang ditambah per shift tiga orang, tapi masih belum ideal. Perawat yang masuk cuma tiga orang, tapi harus pegang sampai 30 pasien. Itu sangat enggak ideal," kata Rizal.
Kurangnya jumlah nakes kemudian berpotensi menimbulkan efek baru, yakni pelayanan yang tak optimal.
"Pelayanan enggak maksimal karena rawan banget skipkasih terapi," tutur Rizal.
Banyak rekan nakes terinfeksi virus corona
Rizal bertutur, RS UI saat ini tengah menggelar tes PCR untuk pegawai.
Berdasarkan hasil tes, sudah banyak pegawai RS UI yang terinfeksi virus corona.
"Di RS UI sekarang lagi skrining karyawan. Udah ada sejumlah orang positif," kata Rizal.
"Gue besok jadwal swab. Doakan ya," ujar dia, yang sebelumnya sudah pernah terinfeksi virus corona.
Lonjakan kasus Covid-19 di Depok
Grafik kasus Covid-19 di Depok, yang sebelumnya melandai, kembali melonjak dengan kemiringan nyaris vertikal.
Kenaikan dimulai pada 26 Mei 2021. Jumlah pasien Covid-19 di Depok yang mulanya stagnan di kisaran 1.020-1.040 pasien sehari menjadi 1.099 pasien.
Setelahnya, lonjakan menghebat.
Temuan kasus baru Covid-19 pada Juni 2021 per harinya kembali di atas 100 orang. Angka itu lalu naik jadi 200, 300, 400, 500, hingga mencapai rekor baru pada Minggu (20/6/2021) dengan 653 kasus baru Covid-19 per hari.
Pada Rabu kemarin, Depok mencatat 422 kasus baru Covid-19.
Jumlah pasien Covid-19 di Depok pun terus mendaki hingga 5.449 orang per kemarin, lebih banyak ketimbang catatan tertinggi sebelumnya, yakni 5.011 pasien pada 30 Januari 2021.
Imbasnya, ketersediaan tempat isolasi pasien Covid-19 di rumah sakit-rumah sakit di Depok menyusut dalam waktu yang sangat singkat.
Padahal, per 31 Mei 2021, keterisian tempat tidur isolasi maupun ICU bagi pasien Covid-19 di Depok masih di bawah 50 persen.
"BOR (bed occupancy rate, tingkat keterisian tempat tidur) di Kota Depok per hari ini, untuk ICU sudah mencapai 100 persen karena memang kebutuhannya sangat tinggi," ujar juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok Dadang Wihana, Selasa.
"Untuk BOR isolasi sudah mencapai 88 persen," kata Dadang.
Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok berusaha sesegera mungkin menambah kapasitas rumah sakit.
"Dalam waktu dekat, ICU akan ditambah kurang lebih 17 di RS Universitas Indonesia. Demikian pula untuk tempat tidur isolasi. RS UI akan menambah kurang lebih 51 bed, RSUD 50 bed, RS Bunda lebih kurang 30 bed," ujar Dadang.
"Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa terealisasi sehingga saat ini antrean warga yang membutuhkan perawatan di IGD bisa segera terlayani di ruang perawatan," lanjut dia.
[Category Opsi Informasi, Kesehatan]
[Tags Featured, Coronavirus, Covid-19]
DEPOK, KOMPAS.com - "Dua minggu terakhir ini benar-benar terjadi lonjakan kasus Covid-19. Peningkatannya tiba-tiba banget. Workload-nya benar-benar gede," kata Rizal, bukan nama sebenarnya, memulai ceritanya kepada Kompas.com, Rabu (23/6/2021).Rizal adalah seorang dokter yang bertugas di IGD Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI), Depok. Selama pandemi, ia banyak merawat pasien Covid-19.
Rizal berujar, lonjakan jumlah pasien Covid-19 pasca-libur Lebaran lebih parah ketimbang Januari 2021, setelah libur Natal dan Tahun Baru.
Kondisi kesehatan para pasien juga jelek, yakni bergejala klinis sedang hingga berat.
"Tren pasien klinisnya sedang-berat, bahkan sekarang lebih banyak yang usia lebih muda, kurang dari 60 tahun. Yang usia 25-26 tahunan dengan klinis berat juga ada," ucapnya.
Setelah menghadapi gelombang tinggi kasus Covid-19 pada Januari lalu, para tenaga kesehatan di IGD RS UI tak banyak menerima pasien Covid-19.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Saking sepinya, mereka punya waktu untuk memisahkan IGD khusus Covid-19 dan non-Covid-19.
Tujuh ranjang khusus Covid-19 tak pernah terisi penuh. Tiap shift kerja tujuh jam, paling hanya ada 2-3 pasien baru, malah kadang tak ada pasien, kata Rizal.
"Setelah surge Januari-Februari, kami lumayan lengang selama empat bulan. Sekarang, pasien baru IGD per shiftbisa lebih dari lima," tutur Rizal.
"Sekarang ada 24 pasien stagnan enggak bisa naik rawat inap, ICU, atau HCU karena full. Jadi, mau enggak mau, ya, di IGD. Kemarin sempat sampai 30 pasien, ada beberapa yang harus nunggu sambil duduk di IGD karena bed IGD terisi semua," ujar dia.
Selain tidak kebagian tempat tidur, ada pula pasien yang tak kebagian sentral oksigen karena semuanya sudah habis terpakai. Akhirnya mereka memakai tabung oksigen.
Terima pasien yang ditolak 10 RS
Rizal bercerita, RS UI tidak pernah menolak pasien. Dari sejumlah pasien yang datang ke sana, banyak di antaranya sudah datang ke RS lain terlebih dahulu, tetapi ditolak.
"Pasien yang datang ke RS UI mostly udah ditolak RS-RS lain, bahkan ada yang sampai ditolak 10 RS karena full," kata Rizal.
Karena RS UI tak pernah menolak pasien, sudah tentu ada konsekuensi yang dihadapi. Pasien membeludak, tempat tidur terisi seluruhnya, tak ada lagi tempat untuk menampung pasien.
"Jadi ya kami edukasi pasien. Kalau mau ke IGD kami, konsekuensinya harus duduk dan pasti enggak nyaman, enggak tahu juga kapan dapat bed atau kamar. Belum lagi kalau sesak, oksigen belum tentu ada," tutur Rizal.
"Tapi kadang-kadang malah disalahartikan sama pasien, seolah-olah kami enggak mau terima pasien, padahal kondisinya begitu."
Kekurangan nakes
Membeludaknya pasien di RS UI bisa menimbulkan efek ganda.
Rumah sakit kekurangan tenaga kesehatan (nakes) yang melayani pasien, meski jumlah nakes sudah ditambah.
"Dokter sekarang ditambah per shift tiga orang, tapi masih belum ideal. Perawat yang masuk cuma tiga orang, tapi harus pegang sampai 30 pasien. Itu sangat enggak ideal," kata Rizal.
Kurangnya jumlah nakes kemudian berpotensi menimbulkan efek baru, yakni pelayanan yang tak optimal.
"Pelayanan enggak maksimal karena rawan banget skipkasih terapi," tutur Rizal.
Banyak rekan nakes terinfeksi virus corona
Rizal bertutur, RS UI saat ini tengah menggelar tes PCR untuk pegawai.
Berdasarkan hasil tes, sudah banyak pegawai RS UI yang terinfeksi virus corona.
"Di RS UI sekarang lagi skrining karyawan. Udah ada sejumlah orang positif," kata Rizal.
"Gue besok jadwal swab. Doakan ya," ujar dia, yang sebelumnya sudah pernah terinfeksi virus corona.
Lonjakan kasus Covid-19 di Depok
Grafik kasus Covid-19 di Depok, yang sebelumnya melandai, kembali melonjak dengan kemiringan nyaris vertikal.
Kenaikan dimulai pada 26 Mei 2021. Jumlah pasien Covid-19 di Depok yang mulanya stagnan di kisaran 1.020-1.040 pasien sehari menjadi 1.099 pasien.
Setelahnya, lonjakan menghebat.
Temuan kasus baru Covid-19 pada Juni 2021 per harinya kembali di atas 100 orang. Angka itu lalu naik jadi 200, 300, 400, 500, hingga mencapai rekor baru pada Minggu (20/6/2021) dengan 653 kasus baru Covid-19 per hari.
Pada Rabu kemarin, Depok mencatat 422 kasus baru Covid-19.
Jumlah pasien Covid-19 di Depok pun terus mendaki hingga 5.449 orang per kemarin, lebih banyak ketimbang catatan tertinggi sebelumnya, yakni 5.011 pasien pada 30 Januari 2021.
Imbasnya, ketersediaan tempat isolasi pasien Covid-19 di rumah sakit-rumah sakit di Depok menyusut dalam waktu yang sangat singkat.
Padahal, per 31 Mei 2021, keterisian tempat tidur isolasi maupun ICU bagi pasien Covid-19 di Depok masih di bawah 50 persen.
"BOR (bed occupancy rate, tingkat keterisian tempat tidur) di Kota Depok per hari ini, untuk ICU sudah mencapai 100 persen karena memang kebutuhannya sangat tinggi," ujar juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok Dadang Wihana, Selasa.
"Untuk BOR isolasi sudah mencapai 88 persen," kata Dadang.
Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok berusaha sesegera mungkin menambah kapasitas rumah sakit.
"Dalam waktu dekat, ICU akan ditambah kurang lebih 17 di RS Universitas Indonesia. Demikian pula untuk tempat tidur isolasi. RS UI akan menambah kurang lebih 51 bed, RSUD 50 bed, RS Bunda lebih kurang 30 bed," ujar Dadang.
"Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa terealisasi sehingga saat ini antrean warga yang membutuhkan perawatan di IGD bisa segera terlayani di ruang perawatan," lanjut dia.
[Category Opsi Informasi, Kesehatan]
[Tags Featured, Coronavirus, Covid-19]
orciocremic