Warga Borong Obat Antivirus Hingga Antibiotik, Tanda Apa? - CNBC Indonesia - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Warga Borong Obat Antivirus Hingga Antibiotik, Tanda Apa? - CNBC Indonesia

Share This
Warga Borong Obat Antivirus Hingga Antibiotik, Tanda Apa?
Ferry Sandi , CNBC Indonesia
News
01 July 2021 20:22
Pedagang melayani pengunjung di Pasar Pramuka, Jakarta, Rabu (30/6/2021). Tingginya kasus positif Covid-19 di Jakarta membuat penjualan alat kesehatan, obat, dan vitamin di Pasar Pramuka meningkat hingga 100 persen. Salah satu pedagang di Pasar Pramuka mengatakan untuk obat-obatan vitamin paling banyak di konsumsi. Iya mengatakan vitamin C yang banyak dibeli karena dianggap mampu meningkatkan imunitas tubuh di masa pandemi. Meski banyaknya permintaan, para pedagang pasar tidak menaikkan harga. Harga jual vitamin yang berkisar mulai dari Rp30 ribu hingga di atas Rp100 ribu. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)Foto: Suasana Penjualan Obat dan Alat Kesehatan di Pasar Pramuka. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasokan obat dan vitamin di beberapa apotik mulai menipis karena banyak masyarakat yang mulai mencari persediaan. Pelaku usaha apotek menduga ada kepanikan dari warga di tengah ledakan kasus Covid-19 di Indonesia yang terus naik.
Sedangkan tok dari supplier obat terbatas karena permintaan dari banyak apotik juga tinggi sehingga ada kekhawatiran harga obat, vitamin hingga alat kesehatan naik. Namun, pihak apotik menyatakan harga belum ada perubahan.
"Harga masih normal. Itu terkadang yang fast movingbanyak dicari, agak terbatas. Mungkin ada tapi dijatah gitu," kata kata Dwi Prasetyo, PIC Apotik Arafah yang berlokasi di Jl. Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur kepada CNBC Indonesia, Kamis (1/7/21).
Obat fast moving adalah obat yang lebih banyak dicari masyarakat, misalnya antibiotik, antivirus, vitamin hingga obat batuk pengencer dahak. Alhasil, persediaan mengarah pada habis. Apotik pun kewalahan dalam menyediakan stok baru karena ada aturan pemerataan dari distributor atasnya.
"Misalnya pengencer dahak karena rata-rata beli yang paten Rp 75 ribu/lembar isi 10, untuk antibiotik Rp 80 ribu, vitamin relatif macam-macam tergantung merek. Multivitamin Becom Zet Rp 28 ribu/lembar isinya 10. Kemarin sempat banyak yang cari Ivermectin sih, sama antivirus banyak, cuma emang barangnya agak susah yang antivirus," jelas Dwi.
Apotik lain pun mengakui permintaan terhadap obat dan obat kian tinggi. Namun, tidak ada rencana menaikkan selama harga dari distributor masih tetap sama. Jika harga dari distributor resminya berubah, maka lain hal
"Harga normal karena barang terbatas kita nggak mau ambil kesempatan juga dalam kondisi ini. Kalau dari sananya naik beda, kalau atas tinggi terpaksa menaikkan tapi selama ini di gelombang kedua (Covid-19) ini normal, nggak kayak di awal-awal," kata Dwi.
Pengelola toko obat atau Apotik lain juga mengaku kewalahan dengan permintaan ini.
"Permintaan naik 3x lipat sejak pandemi gelombang kedua Covid ini, yang minta memang banyak, tapi stoknya yang terbatas," kata Sandi Maulana, Pemilik Apotik Bunda Berkah yang berlokasi di Kemang Bogor kepada CNBC Indonesia, Kamis (1/7/21).
Namun, pihaknya tidak bisa memenuhi semua permintaan dari konsumen. Pasalnya, stok dari distributor atasnya pun sangat terbatas. Namun, jika harus mencari distributor lain pun kondisinya serupa, karena stok obat dari asalnya kian menipis.
"Kalau dicari pun nggak jauh beda, karena hampir semua kesusahan. Jadi lebih mengharapkan yang memang sudah ada saja," kata Sandi.
WHO Rekomendasikan Obat Ini untuk Pasien Covid-19

(hoi/hoi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages