Aksi Pasukan Taliban Saat Sweeping Rumah Mewah Milik Petinggi Militer Afghanistan - TRIBUNNEWS - Opsiin

Post Top Ad

demo-image

Aksi Pasukan Taliban Saat Sweeping Rumah Mewah Milik Petinggi Militer Afghanistan - TRIBUNNEWS

Share This
Responsive Ads Here

 

Aksi Pasukan Taliban Saat Sweeping Rumah Mewah Milik Petinggi Militer Afghanistan - Halaman all

Pejuang Taliban berdiri di atas kendaraan polisi yang rusak di sepanjang pinggir jalan di Kandahar pada 13 Agustus 2021.
herat

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, KABUL - Taliban saat ini menguasai lebih dari dua pertiga wilayah Afghanistan. Bahkan kabarnya kelompok militan itu mendekati ibu kota Kabul.

Kelompok militan Taliban telah menyerbu rumah mewah milik seorang petinggi militer Afghanistan sekaligus mantan Wakil Presiden negara itu, yakni Jenderal Rashid Dostum.

Dostum diketahui merupakan sekutu penting Amerika Serikat (AS) selama hampir 20 tahun, saat AS melancarkan kampanyenya melawan kelompok teroris itu.

Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (15/8/2021), pada hari Sabtu waktu setempat, sebuah video menunjukkan bahwa para pemberontak ini sedang duduk-duduk di atas sofa mewah serta memegang furniture berwarna emas milik Dostum pun beredar secara online.

Menariknya, para militan ini juga turut memeriksa satu set cangkir teh berwarna emas yang dipajang di lemari ruang tamu Dostum, di tengah laporan bahwa sang jenderal itu telah melarikan diri dan saat ini berada di 'lokasi yang aman'.

taliban-05-45
Aksi seorang Taliban saat sweeping rumah mewah milik seorang panglima perang Afghanistan sekaligus mantan Wakil Presiden negara itu, Jenderal Rashid Dostum.

Perlu diketahui, rumah mewahnya itu terletak di Mazar-e-Sharif, kota terbesar ke-4 di Afghanistan yang telah dikuasai Taliban sejak Sabtu kemarin.

Kemunculan video ini pun diikuti oleh 'klaim belum terverifikasi' tentang teroris yang memerangi pasukan pemerintah di pinggiran Kabul, ibu kota Afghanistan.

Perkembangan itu terungkap saat Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berjanji untuk mencegah 'ketidakstabilan lebih lanjut' di negaranya dalam menghadapi serangan Taliban yang sedang berlangsung saat ini.

"Sebagai Presiden Anda, fokus saya adalah mencegah terjadinya kekerasan dan penyanderaan orang-orang saya," kata Ghani, saat berpidato untuk negaranya pada hari Sabtu kemarin.

Ia menekankan bahwa dalam situasi saat ini, melakukan mobilisasi kembali pasukan keamanan dan pertahanan Afghanistan tetap menjadi prioritas utama pemerintah.

herat
Seorang pejuang Taliban memegang granat berpeluncur roket (RPG) di Herat, kota terbesar ketiga di Afghanistan Jumat (13/8/2021), setelah pasukan pemerintah ditarik keluar sehari sebelumnya setelah berminggu-minggu dikepung. (AFP)

"Pemerintah telah memulai konsultasi ekstensif tentang situasi di Afghanistan, baik di dalam maupun luar negeri, dan hasilnya akan segera disampaikan kepada publik," tegas Ghani.

Ia pun berharap komunitas internasional akan 'mendukung' upaya Afghanistan untuk menghentikan aksi kekerasan.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden meningkatkan jumlah pasukannya di Afghanistan menjadi 5.000 untuk menjamin 'penarikan' personil militer, staf diplomatik dan warganya dapat berlangsung aman.

Begitu pula evakuasi terhadap warga Afghanistan yang selama ini membantu misi AS di negara itu dan mereka yang berisiko menjadi target.

Pidato itu didahului oleh keputusan administrasi Biden pada hari Kamis lalu untuk mengerahkan 3.000 tentara AS ke Kabul demi membantu mengevakuasi warga Amerika di Kedutaan Besar AS dan pemohon Visa Imigran Khusus Afghanistan.

Menurut informasi terbaru, jumlah pasukan AS kini telah ditingkatkan menjadi 5.000.

Biden menyatakan bahwa tujuan penambahan pasukan itu adalah untuk memastikan agar penarikan personel AS dan personel sekutu lainnya berlangsung secara tertib dan aman.

POTUS (President of the United States) inii sebelumnya menuduh mantan Presiden AS Donald Trump meninggalkan kelompok militan 'dalam posisi terkuat secara militer sejak 2001', saat Biden merujuk pada kesepakatan damai antara AS-Taliban yang dicapai di Doha, Qatar pada tahun lalu.

Perjanjian tersebut menetapkan penarikan pasukan AS dari Afghanistan dengan imbalan sejumlah konsesi dari Taliban.

Sedangkan Trump mengecam Biden terkait kebijakannya di Afghanistan.

Ia mencaci maki Biden karena gagal melanjutkan rencana yang ditinggalkan oleh pemerintahan Trump ke Biden mengenai penarikan pasukan AS dari Afghanistan.

Mantan POTUS itu memang tidak merinci apa yang menjadi 'rencana' sebenarnya, namun ia menegaskan bahwa blueprint tersebut telah melindungi AS.

"Ini melindungi orang-orang kami dan properti kami, dan memastikan Taliban tidak akan pernah bisa bermimpi bahwa mereka dapat mengambil kedutaan kami atau menyediakan pangkalan untuk serangan baru terhadap Amerika," tegas Trump.

Menurut Trump, akan menjadi 'aib' jika Taliban 'mengibarkan bendera mereka di atas Kedutaan Besar Amerika di Kabul'.

Sebelumnya, beberapa minggu terakhir telah terjadi peningkatan aksi kekerasan di Afghanistan, di mana Taliban telah meningkatkan kegiatan militernya di tengah penarikan pasukan AS dan NATO yang sedang berlangsung dari negara itu.

Kelompok teroris tersebut saat ini telah menguasai sekitar 24 dari 34 provinsi Afghanistan.

Laporan terbaru mengklaim bahwa militan telah merebut Jalalabad di Afghanistan timur, salah satu dari dua kota besar di negara yang tetap berada di bawah pemerintah Afghanistan bersama dengan Kabul.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages