Singapura Ragukan Vaksin Sinovac, Kasus di Indonesia jadi Rujukan
Terjemahan
Zacharias Wuragil
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Singapura tak menambahkan Vaksin Covid-19 dari Sinovac ke dalam daftar vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi nasional. Persetujuan belum diberikan otoritas kesehatan setempat, meski jenis vaksin itu telah mendapat izin edar melalui sejumlah klinik swasta pascaizin penggunaan daruratnya disetujui WHO pada awal bulan ini.
Kenneth Mak, Direktur Layanan Medis di Kementerian Kesehatan Singapura, mengungkapkan kalau otoritas kesehatan Singapura, Health Sciences Authority, masih menunggu data kritikal disediakan oleh Sinovac. Data itu dibutuhkan untuk otoritas itu bisa melengkapi jaminan kualitas dan keselamatan dari penggunaan vaksin tersebut kepada warga Singapura.
Mak juga mengungkapkan kalau Kementerian Kesehatan Singapura mencemaskan laporan yang datang dari negara lain tentang orang-orang yang masih bisa terinfeksi dan sakit bahkan setelah menerima vaksin Covid-19 Sinovac. Satu laporan yang dicupliknya merujuk ke Indonesia, yakni belasan dokter dan tenaga kesehatan yang telah menerima vaksin Covid-19 Sinovac dosis lengkap harus menjalani rawat inap dalam ledakan kasus baru di Kudus, Jawa Tengah.
Laporan terbaru dari Indonesia yang diangkat media Singapura untuk mengkaji vaksin Sinovac adalah pengumuman Ikatan Dokter Indonesia bahwa ada sedikitnya 10 dari 26 dokter meninggal karena Covid-19 sepanjang bulan ini. Kesepuluh dokter telah dipastikan penerima dosis lengkap vaksin Sinovac. Status vaksinasi sebanyak 16 dokter lainnya masih diverifikasi oleh IDI.
Laporan dari negara lain adalah sudah munculnya kebutuhan akan suntikan booster hanya enam bulan setelah vaksin Sinovac dosis lengkap diberikan. "Itu membuktikan kalau efikasi setiap vaksin yang berbeda akan sangat bervariasi," kata Mak pada pertengahan bulan ini.
Sejumlah studi juga dikutipnya menunjukkan vaksin yang dikembangkan Pfizer-BioNTech dan Moderna--yang digunakan di program vaksinasi nasional Singapura--90 persen efektif mencegah infeksi. Menurut Mak, sedikit saja laporan gejala infeksi yang parah pada mereka yang sudah mendapatkan suntikan dosis lengkap dari vaksin-vaksin yang dikembangkan dengan teknik mRNA itu.
Studi lain lagi, kata Mak, mengindikasikan kalau infeksi masih bisa menerobos (vaccine breakthrough) pada orang-orang yang sudah diberikan vaksin Covid-19 dari Cina, termasuk vaksin yang dikembangkan Sinovac. Peluang kejadiannya lebih besar daripada di antara penerima vaksin Pfizer atau Moderna.
Mak juga mengingatkan bahwa riset uji klinis tahap 3 dari vaksin Covid-19 buatan Sinovac, CoronaVac, di berbagai negara di dunia melaporkan angka efikasi 50 sampai 84 persen. Ketika WHO mengizinkan penggunaannya secara darurat belum lama ini, badan kesehatan dunia itu bahkan mengatakan vaksin ini hanya 51 persen efektif mencegah infeksi yang bergejala.
Vaksin-vaksin dari Cina memang masih dianggap sangat efektif melawan gejala yang berat. Tapi, para ilmuwan memperingatkan kalau negara berkembang yang memilih untuk bergantung kepada vaksin-vaksin itu mungkin akan tertinggal dalam pemulihan dari pandemi.
Di Singapura, sebagian warga mulai mendaftar mendapatkan vaksinasi menggunakan vaksin Sinovac melalui 24 klinik swasta sejak akhir pekan lalu. Satu alasan sebagian masyarakat di Singapura antusias memilih vaksin Sinovac adalah karena mereka merupakan warga Cina atau berencana melakukan perjalanan ke Cina. Pemerintahan Cina juga disebut-sebut lebih mengakomodir para pendatang ke negerinya yang telah dituntik vaksin dari negara itu.
THE STRAITS TIME | THE WALL STREET JOURNAL | NY TIMES
Komentar
Posting Komentar