Arcandra Sebut Gas Bumi Punya Peran Strategis dalam Transisi ke EBT
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fimg.beritasatu.com%2Fcache%2Fberitasatu%2F910x580-2%2F1617095538.jpeg)
Arcandra mencontohkan peran gas bumi di tengah upaya pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap. Mengingat biaya mahal jika berdiri sendiri, dalam operasionalisasinya PLTS atap akan membutuhkan bantuan baterai atau sumber energi lain. "Fungsi gas atau baterai di sini adalah sebagai energi primer yang akan menyokong penerapan PLTS atap ketika energi dari matahari drop," kata Archandra dalam keterangannya dikutip Selasa (14/9/2021).
Dengan harga gas yang lebih kompetitif, lanjut Arcandra, kombinasi gas bumi dan PLTS akan lebih efisien daripada penggunaan baterai. "Secara komersial akan lebih kompetitif, PGN dapat membangun sinergi dengan PLN untuk menjalankan strategi ini," jelas Arcandra.
Arcandra mengatakan bahwa pasar gas bumi masih besar, seperti halnya yang kini sedang dilakukan PGN dengan menyuplai kebutuhan gas bagi industri kilang minyak (refinery) yang dikelola Pertamina. Sejumlah kilang minyak yang mendapat suplai gas dari PGN adalah Cilacap, Balongan dan kilang lainnya. Untuk mendukung pemenuhan gas bagi industri kilang tersebut, PGN tengah membangun sejumlah infrastruktur menuju lokasi kilang. Langkah ini dilakukan melalui pembangunan infrastruktur seperti storage dan regasifikasi melalui fasilitas seperti Floating Storage Regatification Unit (FSRU).
Arcandra menambahkan, kebijakan sejumlah negara untuk beralih ke energi baru terbarukan harus dicermati dengan baik. Terutama berkaitan upaya pemenuhan zero carbon di tahun 2050 oleh sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa. AS bersama Uni Eropa, Jepang, dan Korea sudah memiliki komitmen untuk mencapai zero emisi pada tahun 2050, sekitar 29 tahun lagi. Sebagai usaha mewujudkan komitmen itu, Uni Eropa dan beberapa negara tersebut sudah mulai fokus pada pengembangan renewable energy.
Menurut dia, periode 29-30 tahun ke depan adalah kunci. Jika perusahaan migas mengurangi eksplorasi dan produksi migasnya, akan menjadi tantangan baru. Pasalnya menggantikan energi fosil dengan renewable energy tidak semudah yang dibayangkan.
Proyeksi OPEC, sampai tahun 2040 kebutuhan minyak dunia akan bertambah sekitar 20 juta barel per day dari kebutuhan tahun 2020 yang sebanyak 90 juta barel per day. Sementara kehadiran kendaraan listrik (electric vehicle/EV) diproyeksikan hanya akan mengkonversi penggunaan BBM sekitar 6 juta barel per hari di seluruh dunia pada 2040.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar