Mama-mama Papua Bikin Puluhan Ribu Noken Buat Suvenir PON XX - detk

 

Mama-mama Papua Bikin Puluhan Ribu Noken Buat Suvenir PON XX

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Logo PON XX Papua
PON XX 2021 di Papua (Foto: Hari Suroto/Istimewa)
Jakarta -

Pekan Olahraga Nasional XX bakal segera diselenggarakan. Mama-mama di sana bikin belasan ribu noken atau tas khas Papua sebagai suvenir para peserta.

Jadi, penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional ke-20 memang berdampak bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Ajang ini bisa jadi momen memperkenalkan potensi wisata lokal.

"Saat PON diselenggarakan nanti, pihak penyelenggara akan menjadikan 25 ribu noken sebagai official merchandise untuk PON XX bagi atlet dan ofisial," kata Menparekraf Sandiaga Uno dalam temu wartawan secara daring.

"Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 tentunya dapat memberikan dampak terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Karena melalui ajang ini kita bisa memperkenalkan berbagai potensi budaya, alam, hingga ekonomi kreatif yang dimiliki oleh Papua," imbuh dia.

Kata Sandiaga, buah tangan itu dapat tercipta dengan kolaborasi berbagai lembaga. Para mama juga akan diberi tempat untuk menjual noken ini.

"Merchandise ini terwujud dengan kolaborasi BP PON dengan mama-mama Papua yang juga diberikan lokasi untuk menjual noken Papua ini," terang Sandiaga.

Untuk diketahui, noken merupakan ikon kearifan lokal Papua sebagai alat untuk membawa barang-barang. Noken sendiri telah diakui UNESCO sebagai warisan kebudayaan tak benda.

Noken adalah tas rajut atau anyaman. Namun di pedalaman Papua, noken tak hanya sekedar menjadi tas, noken menjadi bagian dari pemilihan kepala daerah (pilkada).
Noken merupakan tas tradisional hasil karya mama-mama Papua. Noken ini berbahan kulit kayu atau daun pandan hutan.

Dalam pesta demokrasi pilkada serentak 2020 ini, kita mungkin lebih mengenal pemilu dengan sistem demokrasi atau one man one vote. Namun untuk sebagian daerah di pedalaman Papua, hal ini tidak berlaku.

Karena akses yang terbatas, pemungutan suara di pedalaman Papua menggunakan sistem noken. Ada dua macam yaitu noken digunakan sebagai pengganti kotak suara, dengan one man one vote secara demokratis.

Atau noken sebagai sistem pemilu yaitu suara sepenuhnya diserahkan kepada kepala suku atau tokoh adat yang dihormati untuk memilih satu pasangan calon kepala daerah.

Pilkada model ini sebenarnya merupakan suara keseluruhan warga pemilih yang diwakilkan kepada salah satu kepala suku atau tokoh adat yang dihormati.

Suara ini merupakan hasil musyawarah mufakat warga pemilih dalam menentukan calon yang dipilih. Atau bisa juga sebelumnya tanpa musyawarah tetapi pengambilan keputusan langsung diserahkan kepada kepala suku.

Dalam sistem noken ada deal-deal politik atau janji-janji antara calon dengan tokoh adat sebagai perwakilan warganya. Ada segi positif dalam sistem ini, yaitu janji-janji politik akan dipegang bersama antara calon dan warga pemilih.

Jika calon nantinya terpilih dan dia tidak menepati janjinya, maka di pilkada selanjutnya masyarakat tidak akan memilih lagi. Selain itu si calon terpilih akan malu untuk berkampanye lagi ke daerah tersebut atau warga akan cuek dan tidak peduli.

Namun dalam sistem noken ada kelemahannya yaitu suara warga pemilih bisa dibeli, walaupun selama ini tidak terpublikasikan secara umum. Pembelian suara itu dikemas dengan cara pemberian bantuan-bantuan dana sosial, hal ini mudah dilakukan oleh petahana.

Sistem noken sebenarnya merupakan cara efektif dalam pemilu terutama di daerah pegunungan dan pedalaman. Hal ini karena penduduk tinggal terpencar di lereng gunung, tepi sungai, di lembah maupun di dalam hutan, yang tidak ada akses jalan darat untuk menuju ke tempat pemungutan suara.

Atau karena tempat tinggal mereka terisolasi sehingga warga pemilih akan membutuhkan waktu lama atau berhari-hari berjalan menuju TPS.





Simak Video "PON Papua Digelar 2 Oktober, Polri Antisipasi Gangguan KKB"

(msl/ddn)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya