Matinya Ribuan Burung Pipit Sudah Terjadi Dua Kali di Desa Pering Gianyar Bali By Merdeka - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Matinya Ribuan Burung Pipit Sudah Terjadi Dua Kali di Desa Pering Gianyar Bali By Merdeka

Share This

 

Matinya Ribuan Burung Pipit Sudah Terjadi Dua Kali di Desa Pering Gianyar Bali

By
Moh. Kadafi
MERDEKA
2 min

Merdeka.com - Fenomena matinya ribuan burung Pipit, di Desa Pering, Kecamatan Blabatuh, Kabupaten Gianyar, Bali, masih diteliti oleh Balai Besar Veteriner (BBvet), di Denpasar, Bali.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar, Made Santiarka, menerangkan, pihaknya masih menunggu hasil penelitian penyebab kematian ribuan burung Pipit itu belum keluar.

"Hasilnya belum diketahui kapan. Karena, teknisnya ada di sana. Tergantung pemeriksaan dianogsanya dengan pemeriksaan," kata Santiarka, saat dihubungi Senin (13/9).

Ia juga menyebutkan, bahwa fenomena matinya ribuan burung Pipit di Desa Pering juga pernah terjadi pada 3 tahun yang lalu, di tempat yang sama dibawa pohon asem tersebut.

"Menurut Kelian Dinas setempat itu, 3 tahun yang lalu perna terjadi peristiwa yang sama, di tempat yang sama. Itu menurut Kelian Dinas di sana," imbuhnya.

Ia juga menyampaikan, bahwa ribuan burung tersebut memang selalu bertengger di dua pohon asem kembar yang berada di kawasan kuburan tersebut.

"Pohon Asem ada berjejer dua, kayaknya kembar asemnya. Tingginya ada 10 meter. Dan (pohon asem itu,) sudah puluhan tahun dan burungnya juga sering sekali tidur di sana, kata warga di sana. Dan sudah dari dulu burungnya hinggap di sana," ungkapnya.

Ia juga menyebutkan, bahwa burung-burung tersebut hanya hingga di dua pohon asem itu. Sementara, di pohon lain tidak dihinggapi. Hal itu, menurutnya karena pohon asem kemungkinan lebih membuat hangat para koloni burung Pipit itu.

"Pohon lain tidak disinggahi. Kadung sudah di sana dan numplek gitu. Mungkin, dia lebih hangat tidur di asem. Katanya penjual burung di kios-kios kebanyakan (jual) tengger itu, berasal dari kayu asem. Mungkin, kayu asem yang disinggahi burung membuat hangat atau bagaimana," katanya.

Ia juga menyatakan, untuk saat ini pihaknya belum berani menyimpulkan atas kematian ribuan burung Pipit itu. Ia hanya menunggu hasil penelitian BBvet.

"Saya tidak mau bilang itu keracunan, karena saya belum ada jawabannya. Menunggu hasil lab (BBvet). Kalau hanya menebak-nebak kan nanti ada yang tersinggung," ujar Santiarka. (mdk/bal)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages