Tokoh Adat Tegaskan Kematian Ribuan Pipit di Gianyar Tak Ada Kaitan dengan Mistis | merdeka.com

Merdeka.com - Tokoh adat di Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali, angkat bicara terkait matinya ribuan ekor burung pipit di wilayah itu. Fenomena itu dinyatakan tidak ada kaitan dengan hal mistis.
"Kalau di masyarakat saya biasa-biasa saja itu (tidak ada unsur mistis)," kata Bendesa Adat Sema, I Made Wardana, saat dihubungi, Selasa (14/9).
Menurutnya, matinya ribuan ekor burung pipit itu merupakan fenomena alam. Dia menyebut tidak terjadi apa-apa dengan koloni burung itu jika hujan deras tidak turun.
"Kalau tidak hujan, tidak ada apa-apa terhadap burung itu. Kalau hujan (baru ada kejadian seperti itu). Saya, sudah berpikir waktu kemarin itu, hujan deras begini gimana nasib burung itu," imbuhnya.
Wardana menceritakan, peristiwa yang sama juga pernah terjadi di kawasan itu pada tahun 2018. Ia sempat syok melihat peristiwa itu.
"Berapa tahun lalu begitu juga. Waktu tahun sebelumnya baru syok, saya kasihan burungnya yang tahun 2018 itu. Yang, sekarang karena kejadian 2018 itu saya waswas waktu kejadian kemarin. Kejadiannya pas juga seperti yang tahun 2018 dan burungnya lebih banyak yang kemarin," ujar Wardana.
Seperti diberitakan, video burung pipit berjatuhan ke tanah menjadi viral dan heboh di media sosial, pada Kamis (9/9). Video itu dibagikan akun bernama Dek Eko via@balibrodcast.
Dalam video tersebut, terlihat banyak burung berjatuhan yang terjadi di wilayah Sentra, Banjar Sema Pring, Kabupaten Gianyar, Bali, Kamis (9/9). Dalam keterangan video disebutkan,"Banyak burung pipit jatuh saat hujan dan angin kencang yang terjadi di wilayah tersebut. Sehingga membuat sayap mereka basah." (mdk/yan)
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar