Masjid Sriwijaya Senilai Rp 130 Miliar Mangkrak karena Korupsi, Digadang-gadang Jadi Terbesar di Asia Tenggara Halaman all - Kompas - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Masjid Sriwijaya Senilai Rp 130 Miliar Mangkrak karena Korupsi, Digadang-gadang Jadi Terbesar di Asia Tenggara Halaman all - Kompas

Share This

 

Masjid Sriwijaya Senilai Rp 130 Miliar Mangkrak karena Korupsi, Digadang-gadang Jadi Terbesar di Asia Tenggara Halaman all - Kompas.com

Kondisi Masjid Raya Sriwijaya Jakabaring Palembang, Kamis (23/9/2021).

KOMPAS.com - Proyek Masjid Raya Sriwijaya mencuat pasca ditetapkannya mantan Gubernur Sumsel, Alex Noerdin sebagai tersangka dugaan korupsi masjid yang sempat digadang bakal jadi terbesar di Asia Tenggara ini.

Kondisi masjid tersebut sangat memprihatinkan. Walapun sudah mengeluarkan anggaran Rp 130 mliar, pembangunana Masjid Raya Sriwijaya tersebut jauh dari kata selesai.

Dikutip dari Tribun Sumsel, bangunan beton yang sudah berdiri terlihat kusam dan ditumbuhi lumut yang mengering.

Salah satu bangunan yang sudah berdiri di antara tiang beton tampak tak terurus.

Dari bentuknya, bangunan tersebut mirip seperti gedung parkir karena ada lift, tangga, dan jalur naik ke lantai dua untuk kendaraan yang berbentuk landai.

Terlihat di bagian atas bangunan tersebut, lantainya dipenuhi lumut dan lumpur. Bahkan di beberapa tempat ada genangan air keruh.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email

Sedangkan rumput ilalang di sekitar bangunan tumbuh hingga mencapai dada orang dewasa.

Di sekeliling bangunan pagar seng masih terpasang dan papan penanda bertuliskan, "Kawasan & Bangunan ini Dalam Proses Penyidikan Tipikor Kejaksaan Negeri Sumatera Selatan".

Digadang-gadang sebagai ikon baru Kota Palembang

Lokasi pembangunan masjid Sriwijaya di Palembang mangkrak sejak 2018. Akibatnya, sejumlah mantan pejabat di Pemrov Sumsel diperiksa oleh penyidik Kejati Sumsel.
Lihat Foto
HANDOUT
Lokasi pembangunan masjid Sriwijaya di Palembang mangkrak sejak 2018. Akibatnya, sejumlah mantan pejabat di Pemrov Sumsel diperiksa oleh penyidik Kejati Sumsel.
Sejak dibangun tahun 2015, Masjid Raya Sriwijaya digadang-gadang sebagai masjid paling megah di Sumatera Selatan bahkan hingga Asia Tenggara.

Dikutip dari Kompas.id, ide pembangunan masjid ini muncul dari sejumlah tokoh nasional asal "Bumi Sriwijaya" yang menginginkan ada ikon baru di Kota Palembang.

Tak mengherankan, Alex Noerdin yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Sumsel selalu antusias mempromosikan kemegahan masjid tersebut di setiap pertemuan, bersanding dengan promosi Asian Games 2018 saat Palembang menjadi tuan rumah mendampingi Jakarta.

Masjid yang ia pamerkan di setiap pertemuan itu baru berupa rancangan animasi.

”Masjid ini akan menjadi salah satu yang termegah di Indonesia bahkan mungkin di Asia Tenggara,” kata Alex kala itu.

Dalam kesaksiannya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Palembang, Selasa (28/9/2021), Alex tetap meyakini, Masjid Raya Sriwijaya bukan sekadar tempat ibadah biasa melainkan menjadi tempat bagi mereka yang haus tentang ilmu keislaman karena di kawasan yang sama juga akan dibangun Islamic Center.

Itulah alasan mengapa Alex berkeras untuk menempatkan Masjid Raya Sriwijaya di Kawasan Jakabaring, dekat dengan Kampus B Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

Awalnya masjid tersebut akan dibangun di Jalan Bypass Soekarno Hatta milik keluarga Hatim Luthfi yang menghibahkan lahan seluas 10 hektar untuk pembangunan masjid.

Sementara di Jakabaring, lahan yang digunakan adalah milik pemprov dengan luas sekitar 15 hektere.

”Setelah diperiksa bahwa lahan itu clean and clear, saya putuskan untuk menjadi tempat pembangunan Masjid Raya Sriwijaya,” kata Alex kala itu.

Namun kenyataannya, enak hektar lahan tersebut berstatus sengketa dan diklaim oleh beberapa warga.

Tak ada aktivitas pembangunan masjid

Bagian bawah proyek mangkrak Masjid Raya Sriwijaya di Kawasan Jakabaring Palembang, Rabu (29/9/2021). Kondisinya sangat memprihatinkan.Proyek ini dibangun dengan menggunakan dana hibah Pemprov Sumsel sekitar Rp 130 miliar.
Lihat Foto
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Bagian bawah proyek mangkrak Masjid Raya Sriwijaya di Kawasan Jakabaring Palembang, Rabu (29/9/2021). Kondisinya sangat memprihatinkan.Proyek ini dibangun dengan menggunakan dana hibah Pemprov Sumsel sekitar Rp 130 miliar.
Pada Kamis (23/9/2021), Nurlela (42), warga sekitar mengatakan sudah seminggu terakhir tak ada aktivitas pembangunan masjid.

"Tidak ada yang keluar masuk selama beberapa hari bahkan seminggu ini, bangunan itu tidak didatangi orang. Saya juga kurang tau karena tidak terlihat pagar masuknya," kata Nurlela.

Ia mengetahui jika ada bangunan di dalamnya, tetapi apa yang sedang dibangun Nurlela mengaku tak tahu.

"Seingat saya ada yang bilang mau dibangun masjid tapi belum tau juga," katanya.

Nasaruddin (49) juga tidak melihat adanya aktivitas di lokasi bangunan Masjid Raya Sriwijaya.

"Saya cuma buka toko saja ke sini datang pagi pulang sore. Selama itu saya tidak lihat ada yang masuk-masuk ke dalam sana, " katanya sambil menunjuk bangunan.

Semnetara Sandy (20), warga RT 11 yang tinggal tepat di seberang pintu masuk Masjid Raya Sriwijaya mengaku sempat melihat ada dua bus yang masuk ke dalam lokasi pembangunan.

"Tiga hari lalu ada yang masuk bus dua unit, tapi cuma sebentar. Saya tidak tahu bus apa itu, " ujarnya.

"Kalau sampai begitu tentu akan berakibat pada bangun atasnya. Sebenarnya anggaran Rp 200 miliarnya ada, cuma karena seperti ini maka kita guna kan ketempat lainnya dulu," jelasnya.

Menurut Deru, Sumsel harus tetap ada Islamic Center, namun akan dibangun di tempat lain

Saat ditanya tentang kasus Alex Noerdin, mantan Gubernur Sumsel yang ditetapkan sebagai tersangka, dalam perkara dugaan korupsi dana hibah pembangunan Masjid Raya Sriwijaya Palembang, Deru enggan berkomentar.

"Saya serba salah, kemarin saya bilang prihatin disalahkan orang. Hari ini ditanya lagi, saya kembalikan ke hati nurani Anda saja. Saya tidak mau komentar karena ini rumah ibadah," katanya.

"Yang jelas komentar tentang proses hukumnya bisa ditanyakan Kejati," katanya.

Jangan terburu-buru

Sementara itu Ahli Kebijakan Publik dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr MH Thamrin MSi mengatakan meski pembangunan masjid itu bermasalah, namun dana yang telah diinvestasikan harus tetap dimaksimalkan.

"Pertama Masjid Sriwijaya ini penuh masalah dari sisi kebijakan, kenapa ia bermasalah, yang jelas transparansi tidak ada. Sekarang bagaimana menghapus masalah ini, jangan dengan cara jalan terburu- buru," kata Thamrin, Jumat (24/9/2021).

Diungkapkan Thamrin, meski putusan Herman Deru itu dikatakannya semua sudah dibahas dengan Forum Komunikasi pimpinan daerah (Forkompinda), namun harus juga dilakukan kajian mendalam.

Menurutnya jika pun pembangunan masjid Sriwijaya dilanjutkan kembali, harus sudah melalui proses kajian, dan proses hukum tetap dipisahkan, mengingat aset yang ada juga tidak disita Kejaksaan.

"Artinya, tugas kita berikutnya bagaimana membangun untuk mengatasi masalah yang lama, dengan kehati- hatian sehingga perlu transparansi kehatian kedepan. Kalau memang tidak terbangun jelas jadi sejarah dan mau apalagi, dan jadi monumen masjid tak sudah, kalau di Bengkulu ada monumen dendam tak sudah," pungkasnya

SUMBER: KOMPAS.id, TribunSumsel.com

Kompas.com Play

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages