Tangki Pertamina di Kilang Cilacap Belum Dipasang Penangkal Petir
Jumat, 19 Nov 2021 19:22 WIB
Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Arie Gumilar menilai kebakaran tangki di Kilang Cilacap pekan lalu karena sambaran petir. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/IDHAD ZAKARIA).
Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Arie Gumilar menyebut tangki 36 T-102 di kilang Cilacap, Jawa Tengah, yang terbakar pekan lalu belum dipasang penangkal petir.
Arie mengungkapkan tangki 36 T-102 telah berusia hampir 40 tahun atau sudah dipakai sejak 1980-an. Kendati sudah berusia puluhan tahun, ia mengklaim bahwa Pertamina melakukan pengecekan (assessment) rutin dan memastikan tangki masih layak pakai sesuai dengan standar internasional.
Menurut dia, kebakaran pekan lalu bukan terjadi akibat kelalaian perusahaan minyak negara, melainkan disebabkan oleh sambaran petir.
"Kita lihat Kilang (Cilacap) ini dibangun sejak 1976, untuk kilang 36-T102 ini mungkin tahun 1983-an, artinya hampir 40 tahun dan baru kejadian sekarang, bisa saja petir yang sekarang berbeda dengan petir lalu," ujar dia pada konferensi pers daring, Jumat (19/11).
Ia mengungkapkan manajemen sudah melakukan evaluasi mengingat baru Juni lalu terjadi kebakaran di kilang yang sama. Dari evaluasi Juni lalu, ia menyebut disepakati setiap tangki minyak harus dipasang penangkal petir.
Namun, ia menyebut perbaikan membutuhkan waktu dan kebetulan tangki 36-T102 yang terbakar belum dipasang penangkal petir.
Menanggapi klaim Arie, Pengamat Energi dari UGM Fahmy Radhi menilai alasan kebakaran Kilang Cilacap akibat petir merupakan klaim yang naif.
Fahmy menuturkan kebakaran seharusnya tidak terjadi bila Pertamina benar-benar mengikuti standar keamanan internasional yang berprinsip nihil kecelakaan (zero accident).
Ia mengatakan bahwa pengamanan standar internasional memiliki sistem pengamanan berlapis-lapis dan tangki yang dipakai dunia internasional menggunakan teknologi yang tahan sambaran petir.
Fahmy menyebut petir semestinya hanya menjadi pemantik saja, tidak sampai terjadi kebakaran. Tak ayal, ia mengaku meragukan teknologi yang diadopsi Pertamina.
"Yang saya tahu di beberapa negara pengamanannya berlapis-lapis, jadi kalau kena petir saja itu kan pemantiknya belum jadi kebakaran, ada sistem atau teknologi yang mencegahnya," ujar dia.
Ia turut mempertanyakan bila Pertamina benar menggunakan standar pengamanan internasional. Pasalnya, dalam kurang dari setahun sudah terjadi 3 kali kebakaran di kilang Pertamina sedangkan hal sama tak terjadi di negara lain.
Oleh karena itu, ia mengusulkan agar dilakukan investigasi menyeluruh terkait penanganan dan sistem keselamatan di Pertamina agar kecelakaan tak terus terjadi.
"Perlu audit reguler apakah dilakukan ESDM atau yang lain untuk memastikan sistem penanganan memang benar-benar aman," pungkasnya.
Sebagai informasi, kebakaran melanda tangki 36 T-102 di kilang minyak Pertamina Cilacap Sabtu (13/11) petang. Api sempat padam pada pukul 23.05 WIB, namun kembali berkobar.
Baru pada Minggu (14/11) pukul 07.45 WIB, api berhasil dipadamkan total dan dipastikan aman sekitar pukul 09.15 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Puluhan warga yang sempat diungsikan juga telah pulang ke rumah masing-masing.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati pada konferensi pers pekan lalu menyatakan bakal melakukan evaluasi dan investigasi atas kejadian tersebut. Namun, hingga kini belum jelas apa penyebab kebakaran dan berapa kerugian yang ditimbulkan.
(wel/sfr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar