Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured

    Awalnya Tercium Seperti Bau Bangkai Tikus, Warga Siak Ini Kaget Campur Senang Bertemu Ini By TRIBUNNEWS

    7 min read

     

    Awalnya Tercium Seperti Bau Bangkai Tikus, Warga Siak Ini Kaget Campur Senang Bertemu Ini

    By
    CandraDani
    pekanbaru.tribunnews.com
    5 min

    TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Angin membawa aroma bunga bangkai ke Posyandu di kampung Benteng Hulu, kecamatan Mempura, kabupaten Siak.

    Aroma itu menyergap penciuman Lenti Ostoria dan kawan-kawannya yang sedang bersih-bersih di Posyandu itu.

    Awalnya Lenti mengira aroma kurang sedap dihirup itu adalah bangkai tikus atau kotoran dari luar kantor.

    Tetapi Lenti tidak diam. Dia menyelidik benda apa yang sedang mengganggu hidungnya pagi itu.

    “Saya kaget, ternyata bukan kotoran atau bangkai tikus. Saya melihat melihat pamandangan langka yang menakjubkan, bunga bangkai. Bunga bangkai telah tumbuh dekat Psoyandu,” urai Lenti, Rabu (12/2/2021).

    Aroma tidak sedap yang membuntuti hidung Lenti sedar awal berubah menjadi sebuah kegembiraan dan keterharuan.

    Lenti membayangkan betapa berbunganya hati Raffles dan sahabatnya Joseph Arnold saat menemukan bunga Rafflesia di Bengkulu.

    Pengalaman cinta yang dirasakan Raffles itu terjadi pada 1818 silam.

    Tetapi Joseph yang menemani petualangan Raffles ke Bengkulu adalah seorang ilmuan.

    “Ya, apakah kemungkinan sama dengan itu, saya jadi menghayal,” kata Lenti lagi.

    Sebagaimana Raffles kemudian menamai bunga bangkai yang ia temukan dengan namanya, Rafflesia Arnoldi, gabungan dari Raffles sebagai nama genus dan Arnoldi sebagai nama spesies.

    “Saya tentu menyadari bahwa saya bukanlah Raffles dan teman saya bukan Joseph sang ilmuwan itu. Lagian saya yakin tumbuhan ini pasti sudah ada nama genus dan spesiesnya,” kata Lenti lagi.

    Benar saja, tumbuhan yang ditemukan Lenti adalah Suweg (Amorphophallus paeoniifolius).

    Tumbuhan ini merupakan tanaman anggota marga Amorphophallus dan masih berkerabat dekat dengan bunga bangkai raksasa dan iles-iles.

    Suweg sudah familiar bagi masyarakat Jawa tetapi belum bagi masyarakat Siak.

    Karena itu, masyarakat Siak menyambut hangat tumbuhnya 4 bunga bangkai bernama Suwed tersebut di kampung Benteng Hulu.

    Menakjubkan sekaligus mengherankan bagi masyarakat yang kampungnya di kepung perkebunan kelapa sawit itu.

    Bunga bangkai yang tumbuh di Kampung Benteng Hulu ini menghasilkan umbi batang.

    Memakan umbi suweg ini tidaklah mengherankan bagi orang Jawa.

    Umbi yang dapat dimakan ini mempunyai kemiripan dalam morfologi daun pada fase vegetatifnya.

    Bahkan Suweg ini juga ada yang menyebutnya sebagai porang dan stink lily dalam bahasa Inggirsnya.

    “Saya menyukai bunga ini, bunga aneh yang belum pernah saya lihat selama ini,” celoteh Lenti.

    Kegembiraan Lenti dan teman-temannya makin membuncah. Tumbuhan aneh di matanya tersebut diabadikannya melalui kamera ponsel masing-masing. Dinding media sosial masyarakat Siak kemudian dihiasi 4 bunga bangkai itu. Beruntunglah Lenti menjadi orang pertama yang menjumpai suweg di Benteng Hulu. Dalam waktu singkat, orang berdatangan. Kebanyakan hanya untuk berfoto dan membuat konten untuk platform media sosial. Bunga Bangkai ini mungkin kembali ditemukan pada musim lain lagi.

    Bungai bangkai itu tumbuh di ladang yang ditangani Ali Altaram, tepat di belakang rumahnya. Ia sendiri mengaku kaget kala banyak orang datang ke kebunnya.

    Setelah mendengar ada bunga bangkai, Ali pun menolak untuk memercayainya.

    “Itu tidak mungkin. Bunga bangkai tidak tumbuh di tanah gambut. Itu main orang di media sosial
    saja itu,” kata Ali begitu ada yang memberi tahu bunga bangkai tumbuh di ladangnya.

    Akhirnya, Ali pun menaruh rasa penasaran. Ia datang ke ladangnya tersebut.

    Raut kaget menempel di wajahnya dan matanya yang tak berkedip untuk beberapa saat.

    “Wah, ternyata benar. Pertanda apa ini Tuhan,” gumam Ali saat itu.

    Ali mencermati satu persatu bunga bangkai itu. Satu batang tumbuh di sela pohon kelapa
    sawitnya.

    Tiga batang lainnya tumbun dekat kantor Posyandu. Ali seakan ingin menjaga bunga itu untuk selamanya.

    “Saya senang sekali, bunga bangkai itu tumbuh di belakang rumah, yang awalnya saya tak percaya. Saya ingin bunga itu sering-sering tumbuh di sana. Ini keindahan yang diberikan Tuhan buat kami sekeluarga,” kata dia.

    Setelah Lenti mengabarkan, Ali melihat langsung ke ladang di belakang rumahnya, kini teman-teman, sanak family, handaitolan mereka berdatangan berbondong-bondong, hanya untuk melihat rupa bunga bangkai Suweg.

    Ditanam Sejak Tiga Tahun Lalu

    Lain Lenti dan Ali, lain pula Suryadi (62).

    Karena sejatinya tanah yang ditumbuhi bunga bangkai itu adalah milik Suryadi, dan Ali yang mengerjakannya.

    Sebab, Suryadi tidak heran dengan bunga bangkai yang sedang digilai masyarakat lokal itu. Sebagai orang Jawa, Suryadi sudah kenal betul dengan bunga itu.

    “Orang Jawa menyebut bunga ini Suweg, ada umbiannya yang bisa dimakan,” kata dia.

    Ceritanya berbeda dengan keheranan Lenti dan orang -orang sebelumnya.

    Ternyata Suryadi menyukai tumbuhan Suweg dari dulu. Ia mengaku telah menanam tumbuhan itu sejak 3 tahun lalu.

    “Ya, saya telah menanam bunga ini sejak 3 tahun lalu, namun baru kali inilah berbunga. Seperti inilah bentuknya,” kata dia.

    Suweg itu, kata Suryadi sudah 8 hari tumbuh di ladang miliknya tersebut.

    Suryadi membersihkan ladangnya yang ditumbuhi bunga bangkai Suweg
    Suryadi membersihkan ladangnya yang ditumbuhi bunga bangkai Suweg

    Hanya saja viral setelah Lenti menemukan penyelidikannya atas aroma tak sedap yang menghinggapi hidungnya sejak bersih-bersih di kantor Posyandu desa.

    “Kalau di Jawa ini sering sekali kita temui yang seperti ini. Umbinya dimakan. Tidak ada yang heran,” kata dia.

    Suryadi justru heran kala melihat orang-orang berdatangan dan keheranan melihat bunga itu.

    Suryadi mengenal bunga itu sejak lama dan ia mengetahui perbedaan suweg dengan porang.

    “Porang memiliki batang yang berduri dan bentuk motif yang ke atas, kalau Suweg tidak berduri, dan bentuk bunganya bisa mengembang," kata dia.

    Menurut Suryadi, bunga itu akan layu setelah berusia sekitar 2 munggu.

    Bunga itu hanya mau tumbuh di atas tanah yang kering. Jika terkena air maka akan cepat membusuk dan layu. (Tribunpekabaru.com/mayonal putra)

    Komentar
    Additional JS