Ilustrasi Vaksin COVID-19 Astrazeneca. Foto: Shutter Stock© Disediakan oleh Kumparan Ilustrasi Vaksin COVID-19 Astrazeneca. Foto: Shutter Stock

Komite Darurat WHO pada Selasa (18/1), menggelar rapat membahas vaksin COVID-19. Dalam rapat itu, mereka mendesak produsen vaksin COVID-19 memberikan data lengkap pembuatan vaksin kepada mereka.

WHO mengatakan, data ini diperlukan agar mereka bisa melakukan kajian lebih dalam terkait izin penggunaan darurat vaksin COVID-19. Sebab, masih ada beberapa negara belum menerima bantuan vaksin karena keterbatasan data.

"Komite mengakui tantangan yang ditimbulkan oleh beberapa produsen yang menunda pengiriman data vaksin ke WHO," kata Komite Darurat WHO dikutip dari Reuters, Rabu (19/1).

WHO memiliki program COVAX yang bertujuan memberikan akses vaksin secara gratis kepada negara miskin di dunia. Namun, produsen vaksin harus menyerahkan lebih dahulu data terkait vaksin COVID-19 yang mereka buat.

Hanya saja, WHO tidak mengungkap produsen vaksin yang masih belum menyerahkan data pembuatan vaksin COVID-19 kepada mereka.

Sebungkus botol bekas dan tidak terpakai dari vaksin Sputnik V di sebuah rumah sakit swasta di Karachi, Pakistan. Foto: Akhtar Soomro/Reuters© Disediakan oleh Kumparan Sebungkus botol bekas dan tidak terpakai dari vaksin Sputnik V di sebuah rumah sakit swasta di Karachi, Pakistan. Foto: Akhtar Soomro/Reuters

Tapi, dalam sebuah dokumen WHO pada 23 Desember 2021, vaksin Sputnik V yang diproduksi Institut Gamaleya belum memiliki data yang lengkap.

Artinya, Institut Gamaleya masih belum menyerahkan data lengkap kepada WHO. Hal ini juga yang menjadikan vaksin itu belum mendapat izin penggunaan darurat dari WHO.

Lebih lanjut, selain membahas data vaksin, Komite Darurat WHO juga membahas soal rekomendasi terkait kebijakan penanganan COVID-19 termasuk aturan perjalanan internasional.