Bukan AS, Negara Ini Pernah Kalahkan Rusia di Sejarah Perang

Jakarta, CNBC Indonesia - Drama konflik Rusia-Ukraina masih berlanjut. Sebelumnya, pada 2014, Rusia telah merebut Semenanjung Krimea di Laut Hitam dari tangan Ukraina.
Kini, diperkirakan Rusia akan menyerbu Ukraina pada 15 Februari 2022. Setidaknya Rusia sudah menyiapkan pasukan di perbatasan Ukraina-Rusia.
Sekutu penting Ukraina dalam konfliknya saat ini tidak main-main. Yakni Amerika Serikat dan Inggris.
Sebelum ini, ketika Rusia bagian dari Uni Soviet, Inggris dan Amerika adalah musuh di masa Perang Dingin. Di masa Perang Dunia II dan Perang Dunia I, Amerika dan Inggris adalah sekutu.
Sebelum abad ke-20, pada pertengahan abad ke-19, Rusia pernah juga menjadi lawan negara-negara dari barat. Antara Oktober 1853 hingga Februari 1856, Rusia "dikeroyok" oleh Inggris, Perancis, Sardinia dan Turki Utsmaniyah dalam Perang Krim.
"Prancis, Inggris, dan Turki adalah penyerang," tulis AW Kinglake dalam The Invasion of The Crimea (187:3). Wilayah yang diserang adalah Krimea yang kala itu milik Kekaisaran Rusia.
Pada hari-hari berikutnya Prancis, Inggris, dan Turki mendapat bantuan dari Kerajaan Sardinia, yang terletak di sekitar Italia. Atas serangan itu, mula-mula Rusia bertahan dari serangan itu.
Krimea jauh dari Moscow. Butuh banyak untuk menggerakkan pasukan ke Krimea.
Dalam perang yang melibatkan ratusan ribu serdadu itu, Rusia dikeroyok negara-negara dari barat itu akhirnya kalah. Sebelum kalah, Rusia memberikan perlawanan terbaiknya. Dua laksamananya bahkan terbunuh dalam perang itu.
Armada Laut Hitam Rusia kala itu dipimpin oleh Laksamana Pavel Nakhimov (1802-1855) dan Laksamana Vladimir Alexeyevich Kornilov (1806-1854). Nakhimov sukses memimpin memusnahkan armada laut Utsmaniyah di Sinope pada tahun 1853.
Selama Perang Krimea tahun 1853-1856, saat terbaiknya datang selama Pengepungan Sevastopol. Di mana ia dan Laksamana VA Kornilov mengorganisir dari awal pertahanan darat kota dan pelabuhannya, pangkalan utama Armada Laut Hitam Rusia .
Militer Kekaisaran Rusia lalu terjepit di pusat Krimea, Sevastopol, oleh armada Inggris dan sekutunya. Di Sevastopol, Laksamana Nakhimov memimpin armada laut dan pasukan darat Kekaisaran Rusia.
Pada 10 Juli 1855, Laksamana Nakhimov memeriksa garis depan pertahanan di Malakhov Kurgan. Di sana seorang sniper musuh menembaknya hingga terluka parah di kepala. Dua hari kemudian Laksamana Nakhimov tutup usia pada 12 Juli 1855.
Pada bulan 24 Agustus 1855, benteng Rusia ditembaki dengan meriam dan pada 28 Agustus 1855, pasukan pun mundur dari Sevastopol. Jatuhnya Sevastopol ke tangan militer Inggris dan sekutunya, menjadi penanda akan berakhirnya Perang Krimea.
Meski Rusia kalah dalam Perang Krimea itu, Pavel Nakhimov tetap pahlawan. Namanya terus dikenang sebagai nama penghargaan militer dan nama sekolah angkatan laut di Rusia.
Jika benar, serbuan ke Ukraina terjadi, sejarah berulang kembali. Sekali lagi Inggris berperang lagi dengan Rusia. Bedanya kali ini dengan di zaman Perang Krimea, Inggris bersama AS yang militernya kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pmt/pmt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar