Diakui Putin sebagai Negara Merdeka, Donetsk dan Luhansk Berpesta - SINDOnews

 

Diakui Putin sebagai Negara Merdeka, Donetsk dan Luhansk Berpesta

Selasa, 22 Februari 2022 - 08:19 WIB
Diakui Putin sebagai Negara Merdeka, Donetsk dan Luhansk Berpesta
Rakyat Donetsk berpesta kembang api setelah wilayahnya dan Luhansk di Ukraina timur diakui Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai negara merdeka. Foto/Russia Today
A A A
DONBASS - Rakyat Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur berpesta kembang api setelah kedua wilayah itu diakui Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai negara merdeka.

Kedua wilayah Ukraina timur yang dikuasasi separatis pro-Rusia itu menjadi negara dengan nama Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR).

Foto-foto dan video yang diambil dari tempat kejadian menunjukkan kembang api menerangi langit di atas Donetsk, yang telah menjadi ibu kota DPR selama hampir delapan tahun.

Video lain, yang ditayangkan Russia Today, Selasa (22/2/2022), menunjukkan sekelompok orang berkumpul di jalan-jalan, mengibarkan bendera Rusia dan mendukung langkah Moskow.

Baca juga: Putin Kerahkan Pasukan Militer Rusia ke Ukraina Timur!

Perayaan juga dimulai di Luhansk, di mana konvoi mobil besar-besaran terlihat melintasi kota dengan bendera republik Luhansk. Bendera Rusia juga ikut dipajang.

Pengakuan oleh Putin datang di tengah eskalasi yang sedang berlangsung antara pasukan Ukraina dan dua republik yang memisahkan diri tersebut.



Sejak Kamis pekan lalu, DPR dan LPR telah melaporkan penembakan besar-besaran oleh pasukan Kiev, serta beberapa insiden yang mereka sebut sebagai serangan "teroris" terhadap infrastruktur oleh penyabot Ukraina.

Pejabat tinggi kedua republik menuduh eskalasi itu tampak seperti awal serangan habis-habisan oleh Kiev.

Ukraina, bagaimanapun, menolak tuduhan itu, bersikeras tidak memiliki rencana untuk merebut kembali wilayah yang memisahkan diri dengan paksa.

Kiev juga mengeklaim bahwa penembakan dan serangan oleh penyabot telah dilakukan oleh pasukan republik pemberontak itu sendiri, sebagai operasi "false flag [bendera palsu]" untuk membingkai Ukraina atas eskalasi.

Donetsk dan Luhansk memisahkan diri dari Ukraina pada tahun 2014, menyusul kudeta Maidan di Kiev, yang menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis.

Pemberontakan di timur negara itu berubah menjadi konflik bersenjata, fase paling keras yang dihentikan pada 2015 dengan gencatan senjata yang ditandatangani di Minsk, Belarusia.



Menurut Putin, pihak berwenang Kiev belum benar-benar menerapkan apa pun yang dibayangkan dalam perjanjian Minsk, dengan jelas menunjukkan bahwa mereka hanya berusaha untuk mengakhiri konflik dengan kekerasan daripada melalui negosiasi.

“Mereka tidak tertarik pada solusi damai—mereka ingin memulai Blitzkreig,” klaim Putin. “Setiap hari mereka mengumpulkan pasukan di Donbass.”

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya