Putin: AS Coba Tarik Rusia ke Dalam Perang Ukraina
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fimg.okezone.com%2Fokz%2F500%2Fcontent%2F2022%2F02%2F02%2F18%2F2541202%2Fputin-as-coba-tarik-rusia-ke-dalam-perang-RnFYop204C.jpg)
Dalam komentar signifikan pertamanya tentang krisis dalam beberapa minggu, dia mengatakan tujuan AS adalah menggunakan konfrontasi sebagai dalih untuk menjatuhkan sanksi lebih banyak kepada Rusia.
Dia juga mengatakan AS mengabaikan kekhawatiran Rusia tentang pasukan aliansi NATO di Eropa.
"Tampaknya bagi saya bahwa Amerika Serikat tidak begitu peduli tentang keamanan Ukraina, tetapi tugas utamanya adalah untuk menahan perkembangan Rusia. Dalam hal ini Ukraina sendiri hanyalah alat untuk mencapai tujuan ini,” terang Putin usai berbicara Perdana Menteri (PM) Hungaria Viktor Orban di Moskow.
Putin mengatakan AS telah mengabaikan kekhawatiran Moskow dalam menanggapi tuntutan Rusia untuk jaminan keamanan yang mengikat secara hukum, termasuk pemblokiran ekspansi lebih lanjut NATO ke timur.
Dia mengatakan jika Ukraina diberikan keinginannya untuk bergabung dengan NATO, itu bisa menyeret anggota lain ke dalam perang dengan Rusia.
"Bayangkan bahwa Ukraina adalah anggota NATO dan operasi militer [untuk merebut kembali Krimea] dimulai," lanjutnya.
“Apakah kita akan bertarung dengan NATO? Apakah ada yang memikirkan hal ini? Sepertinya belum,” ujarnya.
Diketahui, ketegangan kian meningkat karena penumpukan pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina.
Rusia dalam beberapa pekan terakhir telah memindahkan sekitar 100.000 tentara - dilengkapi dengan segala sesuatu mulai dari tank dan artileri hingga amunisi dan kekuatan udara - ke perbatasan Ukraina.
Namun Rusia membantah tuduhan Barat bahwa mereka merencanakan invasi, hampir delapan tahun setelah mencaplok semenanjung Krimea selatan Ukraina dan mendukung pemberontakan berdarah di wilayah Donbas timur.
Moskow pada gilirannya menuduh pemerintah Ukraina gagal menerapkan kesepakatan internasional untuk memulihkan perdamaian di timur, ketika setidaknya 14.000 orang telah tewas dan pemberontak yang didukung Rusia menguasai sebagian besar wilayah.
Rivalitas antara Rusia dan AS, yang masih memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia, berawal dari Perang Dingin (1947-1989). Ukraina saat itu merupakan bagian penting dari Uni Soviet yang komunis, kedua setelah Rusia.
Sementara itu, PM Inggris Boris Johnson yang berkunjung ke Ukraina menuduh Putin secara efektif "menodongkan senjata ke Ukraina" dan dia meminta Kremlin untuk mundur dari "bencana militer".
Berbicara setelah pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di ibukota Kyiv, dia mengatakan kepada wartawan bahwa tentara Ukraina akan melawan jika terjadi invasi.
"Ada 200.000 pria dan wanita di bawah senjata di Ukraina," katanya. "Mereka akan melakukan perlawanan yang sangat, sangat sengit dan berdarah dan saya pikir orang tua, ibu, di Rusia, harus merenungkan fakta itu. Dan saya sangat berharap Presiden Putin mundur dari jalur konflik dan bahwa kita terlibat dalam dialog,” lanjutnya.
Johnson memperingatkan bahwa Inggris akan menanggapi agresi Rusia dengan paket sanksi dan tindakan lain yang akan diberlakukan saat serangan Rusia pertama melintasi lebih jauh ke wilayah Ukraina.
Inggris telah mengumumkan akan memberikan 88 juta poundsterling (Rp1,7 triliun) ke Ukraina untuk mempromosikan pemerintahan yang stabil dan kemandirian energi dari Rusia.
Presiden Ukraina mengatakan itu tidak akan menjadi perang antara Ukraina dan Rusia, namun ini akan menjadi perang di Eropa, perang skala penuh".
Dia menyerukan sanksi untuk diperkenalkan sebelum eskalasi apa pun, dengan mengatakan dia akan mendukung langkah apa pun oleh Inggris untuk menangani "uang kotor" yang diduga terkait dengan ‘pencucian uang’ Kremlin melalui Kota London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar